Hutang

37 11 0
                                    

Silahkan tekan bintangnya ya. Jangan lupa spam komennya hehe. Share juga ya:)

___________________________________Hutang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________________________
Hutang.

Hal yang selalu dihindari semua orang. Walau dihindari hutang tetaplah hutang. Harus dibayar. Sulit menghindarinya. Saat-saat mendesak dan butuh bantuan, berhutang kadang seperti pilihan terakhir.

Tapi kadang hutang yang merupakan jalan terakhir dan jalan buntu malah semakin menyusahkan saja.
Itulah yang dialami oleh keluarga kecil Iris.
Karena terhutang sebesar tiga puluh lima juta pada satu keluarga kaya, keluarga Iris harus menghadapi banyak tekanan hidup.
Mulai dari tukang tagih utusan sampai olok-olokan tetangga.

Ibu Iris sampai selalu stres dan menangis karenanya.
Iris sendiri yang masih sekolah tingkat dua Camaradiere High School tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan membantu hutang ibunya, ia malah jadi beban tambahan saat uang bulanan sekolahnya yang cukup besar harus dibayar tepat waktu. Ck..percayalah, jadi beban itu lebih sulit dari yang kau bayangkan.

Iris berdiam diri di kamarnya. Rintik hujan masih tersisa satu-satu. Padahal tadinya cukup deras juga. Ia melirik jam dinding resah. Pukul 5 sore.
Ia merasa bulu tengkuknya berdiri sesaat. Ia gelisah. Tidak ada ketenangan. Ah, seharusnya hujan turun lebih lama lagi. Setidaknya kalau hujan deras kemungkinan penagih hutang datang akan semakin kecil.

Iris memandang keluar jendela yang mengarah tepat ke arah halaman depan rumahnya.
Jantungnya  berdegup kencang saat mobil sedan biru berjalan ke arah halamannya.
Ia mengenali mobil sedan itu.

"Penagih sudah datang." Batinnya ketakutan.
"Ibu tidak di rumah. Bagaimana ini?" Iris panik.
Suara ketukan di pintu masuk terdengar tidak sabaran.
"Apa aku pura-pura tidak di rumah saja ya?" Batinnya berujar.

"Sebentar." Ucapnya bergetar lalu memutuskan segera membuka pintu.
Tubuhnya bergetar hebat menemukan dua pria besar berjas hitam berdiri tepat di depannya.

Salah satu yang paling dekat dengan Iris membuka kaca matanya menampilkan wajah sombong nan menyeramkan miliknya.

"Ibumu mana?" Tanyanya ketus tanpa memandang ke Iris.

"I-ibu sedang tidak di rumah, tuan." Jawab Iris sambil menunduk.

Pria itu langsung menggeleng sambil bibirnya meracau tak karuan.
"Jangan berbohong. Kau pasti disuruh untuk tidak memberitahukan kalau ibumu sedang bersembunyi, kan?" Tuduh si penagih.

Iris menggeleng disertai kakinya yang terasa bergetar hebat dan lemas.

"I-ibu bilang, ibu sedang mencari uang untuk membayar hutangnya kepada tuan Amadera. Saya tidak berbohong, tuan." Iris mencicit.

"Ahhh..diam!. Kau dan ibumu sama saja. Setiap datang menagih ke sini, selalu beginilah  begitulah..apa susahnya sih membayar tiga puluh lima juta doang?!" Bentak si penagih.

Four of the Sweetest HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang