Jilid 1

622 7 2
                                    

I. Pemuda misterius

barat tionggoan ada suatu kota bernama chengdu.
Kota pegunungan yang dianggap kota surga karena sumber dayanya yg melimpah.

Tahun itu,1132,Tionggoan terbagi oleh Jin di Utara dan Song di selatan.

Perang bertahun tahun yang menyengsarakan rakyat pun berhenti dengan dibaginya wilayah kekuasaan antara kedua dinasti itu.

Akan tetapi,tak ada yg bisa mengira sampai kapan kedamaian itu berlaku?tinggal menunggu waktu sebelum peperangan besar kembali terjadi.

Di bagian Utara Cheng Du terdapat daerah yg bernama Tong Chuan.
Tong Chuan memiliki gunung yg melingkari daerah itu yg bernama gunung Hui San.

Ada sebuah gua yg terletak di tengah tengah gunung Hui San yaitu gua matahari,begitulah gua itu dikenal oleh masyarakat Tong Chuan.

Tempat itu adalah tempat keramat dan angker bagi penduduk setempat banyak cerita bahwa siapapun yg berani masuk ke situ maka tidak akan ada yg bisa keluar hidup hidup.

Malam itu,di dalam gua terpancar sinar yang sangat terang.
Terlihat seorang pemuda duduk bersila berkeringat sangat deras dan ubun ubunnya mengeluarkan asap putih yg pekat.

Bau seperti kulit terbakar tercium begitu menyengat menusuk hidung.
Setengah hari berlalu menjelang pagi hari pemuda tadi membuka matanya,asap pekat yg menyelimutinya dan keringat sudah tak ada lagi.

"Sempurna sudah semuanya,dengan ini aku bisa membalaskan semua dendam dan sakit hati yg kutanggung selama ini".

Pemuda itu berumur sekitar 17 tahun dengan muka putih dan cakap.

Setelah berkata sepeti itu pemuda tadi pun bersila dengan tenang dan memejamkan matanya.

Siang hari pun tiba pemuda tadi masih dalam posisi yang sama.

Hingga kemudian dia membuka matanya dan bangkit berdiri

"Semuanya sudah siap,aku siap menghadapi dunia"

Pemuda itu keluar dari gua tadi dan berjalan santai akan tetapi sangat cepat dalam hitungan detik dia sudah sampai di kaki gunung.
Begitu cepatnya hingga tak terlihat oleh mata.

Tong Chuan memang bukanlah kota besar hanyalah sebuah kota kecil di pegunungan akan tetapi hiruk pikuk siang itu seperti tak kalah ramainya dibanding kota kota lainnya.

Para penduduk hilir mudik entah apa yang dicari dari pedagang hingga anak kecil sekalipun memenuhi jalan jalan.

Pemuda tadi setelah turun gunung berjalan memasuki kota melalui gerbang kota sebelah timur.

Dia mencari seperti mencari sesuatu dan tak lama setelah dia memasuki kota dia masuk ke sebuah restoran yang berukuran tak besar namun jg tak kecil.

Duduk di meja sambil memanggil pelayan memesan makanannya.

Ketika pemuda itu menunggu makanannya terjadi keributan dijalan.

"Minggir kalian semua,keluarga nangon akan melewati tempat ini"teriak seorang pria berpakaian seperti sastrawan.

Begitu mendengar teriakan itu,semua orang bergegas mengosongkan jalan dan berdiri di samping jalan.

Jalan itu benar benar kosong seperti kedatangan seorang raja ke suatu daerah.

Lalu muncullah rombongan besar yang mengiringi 4 kereta kuda emas.

Tak terlihat siapa di dalam kereta itu karena tertutup oleh tirai penutup yg berwarna sangat mencolok,warna biru yg sangat indah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pedang Tak BernamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang