Bayangan Janji

26 3 60
                                    

"Devan, sebelah sini!" teriak seorang gadis kecil pada temannya.

Gadis itu menggunakan gaun putih dengan motif bunga. Bibir kecil nan ranum itu mengukir seulas senyum di wajah mungilnya, maniknya berbinar kala melihat seorang anak laki-laki berlari kecil menghampirinya dari kejauhan.

"Sebentar, Kana. Tungguin! Aku ga boleh lari sama mama," balas seorang anak laki-laki kecil yang sepantaran dengan gadis itu, Javas Mahadevan namanya.

Devan terengah ketika ia akhirnya sampai tepat di hadapan Kana. Ketampanannya tidak luntur walau ia tengah kelelahan sekalipun. Mata tajamnya menatap sebuah benda yang menjuntai di tangan Kana.

"Apaan tuh?"

"Ini, aku buatin kamu kalung." Kana menyerahkan sebuah kalung hitam dengan sebuah batu kecil yang ia gunakan sebagai bandul.

"Kalung apaan nih? Jelek banget."

"Devan jahat! Aku ga mau temenan lagi sama Devan." Kana berteriak kencang dan menghentakkan kakinya, meninggalkan Devan sendirian di bawah sebuah pohon yang rindang di tepi danau.

"Aku bercanda, Kana. Jangan marah dong, ga seru ih, baperan." Devan mengejar Kana tanpa lupa menggunakan kalung pemberian gadis berambut hitam itu.

"Aku ga baperan, kamu yang ga punya hati. Kamu pikir buat kalung begini gampang apa?"

"Iya, iya, aku minta maaf deh, salahku. Jangan marah lagi, ya? Nanti aku ceburin ke danau nih kalo kamu masih ngambek-ngambek ga jelas begini." Devan tersenyum usil.

"Devan!"

Kana berlari ke arah Devan untuk memukulnya, Devan yang didekati Kana dalam mode marah segera berlari menjauh dengan tawa lebar di wajah tampannya.

"Balik sini!"

Kedua anak itu berakhir kejar-kejaran di sekeliling danau itu. Daun-daun dari pohon-pohon rindang menari kala semilir angin berhembus, air danau bergerak tenang, nyanyian-nyanyian kecil burung gereja mengiringi teriakan mereka pada satu sama lain.

Rumput, danau, dan segala benda di sana telah menjadi saksi bisu awal kedekatan mereka untuk selamanya.

"Kana, stop!"

"Apalagi?" Kana berteriak nyolot dengan sebatang ranting kecil di tangannya.

"Stop kejar aku! Ayo kita buat perjanjian." Devan tersenyum sembari mengulurkan tangannya.

Kana memicingkan matanya.

"Perjanjian apa?"

"Sebelumnya, aku mau bilang kalo aku sebenernya suka banget sama kalung ini. Aku ga bohong, Kana. Tadi aku cuman bercanda, suwer deh, aku suka banget." Devan memandangi kalung yang bertengger di lehernya itu dengan mata berbinar.

"Emangnya, apa yang kamu suka dari kalung jelek itu?"

"Kana, Kana, jangan ngomong begitu, aku suka banget sama kalung ini, karena, ini kalung pemberian kamu, bahkan kamu bikin sendiri," ucap Devan. "terima kasih, Kana."

Kana tertawa kecil dan berkata, "Apa kata kamu aja deh, makasih udah dibilang bagus."

"Jadi, apa perjanjiannya?"

Devan mengulurkan tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam kalung pemberian Kana. Kana menjabat tangan kanan Devan.

"Aku berjanji, akan selalu ada buat kamu, Kana. Aku janji akan selalu jadi alasan kamu tersenyum."

Bayangan JanjiWhere stories live. Discover now