idealist - prolog

28 1 0
                                    

 “Tio... berikutnya bagaimana?” Tanyaku. Tio kemudian memperlihatkan lipatan kertasnya padaku. “Begini... ini dilipat begini, kemudian dibuka... Jadi deh!” katanya sambil menjelaskan. Aku kemudian mengikutinya. Saat kulihat buatanku. “Ah... hancur...” kataku sambil menghelas nafas. “kalau latihan terus nanti juga bisa kok! Tenang aja Len,” kata Tio sambil menyemangatiku.

Tio berjalan mendekati meja belajarnya. Ia kemudian membuka laci dan mengambil sebuah kotak kecil didalamnya. Ia berjalan mendekatiku lagi dan memasukkan burung-burungan buatannya ke dalam kotak itu. Ia mebuat raut wajah sedih dan duduk di hadapanku. “Kenapa Yo?” tanyaku. “Begini... aku sekeluarga akan pindah minggu depan...” katanya. Aku kaget. “APA?! PINDAH?!” aku membuat wajah kacau. “Iya... ayahku akan pindah ke kota sebelah kantornya, jadi kami sekeluarga ikut,” lanjut Tio. “Jangan bercanda,” kataku tak percaya...

Tio memberikan kotak hitam yang ia pegang padaku. “Nih, kalau kangen liatin kotak ini aja...” katanya senyum. Aku tau senyumannya adalah senyum sedih.

Tio benar-benar pergi... aku menaruh kotak hitam pemberian Tio di atas meja belajarku... Aku berharap ia akan datang main walau hanya sebentar...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

idealist - prologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang