Prolog

11 0 0
                                    

Dipagi yang cerah dengan sinar matahari menyinari bumi ditambah embusan angin pagi yang sejuk. Seorang gadis bernama Amara Putri Zanna bersiap pergi berangkat untuk menuntut ilmu.

Seragam putih abu-abu dan atribut sekolah sudah melekat ditubuh Amara. Sambil menyampirkan tas di bahu, Amara keluar dari kamar menghampiri seseorang yang sangat ia cintai.

"Anak mamah udah rapi. Kamu sarapan dulu ya. Harus banyak energi karena hari ini hari pertama kamu masuk dunia SMA." Sepiring nasi goreng sosis dengan tambahan telur dadar sudah tersaji. Sang ibu yang masih sibuk dengan perangkat dapur menyuruh Amara untuk cepat melahap sarapannya.

"Mamah kan tau, aku kalo sarapan suka sakit perut. Takutnya nanti di sekolah malah mules. Aku bawa bekal aja ya." Amara mengambil kotak makan, lalu mengisi dengan nasi goreng favoritnya. Sang ibu hanya bisa menghela napas.

"Aku berangkat ya Mah, dah." Setelah menyalimi tangan ibunya, Amara berangkat ke sekolah dengan ojek online karena sang ayah yang tak sempat mengantarkannya.

Sesampainya di sekolah, Amara langsung bergegas mencari kelas yang ia ketahui informasinya dari pengumuman di mading. Berjalan di koridor kelas lantai satu yang sepi berhubung saat ini masih sangat pagi.

Papan di pintu bertuliskan X IPS 3 telah Amara temukan. Amara langsung memasuki kelas tersebut yang ternyata didalamnya sudah terdapat empat orang. Amara memilih duduk dikursi ketiga dari depan bagian tengah. Ia menyempatkan berkenalan dengan salah satu teman kelasnya yang kursinya bersebrangan dengannya.

"Hai. Aku Amara. Kamu dari sekolah mana?"

"Eh, hai juga. Aku Hani dari SMP Tunas. Kalo kamu?"

"Aku dari SMP 68." Amara melirik kursi sebelah Hani yang masih kosong. "Aku boleh nggak duduk sama kamu?" Hani langsung mengangguk senang. "Iya boleh, sini."

Perkenalan tersebut merupakan awal dari pertemanan erat mereka. Selama proses pengenalan orientasi sekolah, mereka banyak bercerita yang semakin membuat hubungan mereka dekat. Bahkan, teman sekelas lainnya mengira bahwa Amara dan Hani merupakan teman lama.

Tiba waktunya demo ekstrakulikuler dimana para siswa kelas XI dan XII menampilkan ekstrakulikuler mereka untuk menarik minat murid baru. Amara sangat menunggu-nunggu penampilan dari ekskul Basket dan Tari Saman. Rencananya, Amara ingin bergabung dengan ekskul Basket dan Tari Saman karena dua ekskul tersebut merupakan ekskulnya ketika duduk dibangku SMP.

Saat penampilan ekskul Basket pria, Amara tertarik melihat pemain dengan nomor punggung 11 bertuliskan Keano. Cara dia bermain basket benar-benar membuat Amara kagum. Hani yang melihat temannya terus memandang satu sosok pemain basket, mulai menggodanya.

"Ekhem.. Ekhem.. Diliatin terus nih."

Amara langsung mengalihkan pandangannya dengan malu-malu. "Apaansi."

Setelah semua penampilan demo ekskul berakhir, para murid baru dipersilahkan untuk mendaftar ekstrakulikuler yang mereka inginkan. berhubung Amara dan Hani sama-sama ingin bergabung dengan Tari Saman, mereka mendatangi stand Tari Saman dan mendaftarkan diri untuk bergabung dengan ekskul tersebut.

"Kamu mau daftar apa lagi Han?" Tanya Amara. Hani terlihat bingung karena banyaknya ekstrakulikuler yang menurutnya bagus. "Nggak tau. Tapi kayaknya aku Tari Saman aja deh. Kamu daftar apa lagi?" Pandangan Amara mencari-cari dimana stand basket berada. "Nah itu. Aku mau daftar basket." Amara dan Hani pun mendatangi stand ekskul Basket.

Di stand tersebut ternyata ada pemain basket yang Amara kagumi sedang menata piala-piala diatas meja. Saat Amara menulis nama dan nomernya, pria itu masih membelakangi dirinya dan memperlihatkan nomor punggung yang mulai sekarang menjadi angka kesukaannya.

"Temennya nggak mau daftar juga?" Tanya salah satu pemain basket cewek. Hani menggeleng dan menampilkan senyum sungkan. "Ah enggak deh. Aku nggak bisa main basket Kak." Kakak kelas tersebut tertawa.

"Nggak papa kali, nanti kan diajarin dari basicnya juga kalo belum pernah main."

Hani tetap menolak dengan sungkan. Dirinya takut kalau bergabung malah jadi beban. Jangankan main basket, lari jogging saja kadang tidak kuat. Memang sangat lemah, Hani sadar kok.

"Udah orang nya gamau jangan dipaksa." Ucap pria yang ternyata sudah selesai melakukan pekerjaannya. Amara langsung terpesona mendengar suara berat pria itu. Amara yakin kini dirinya sudah terjangkit virus cinta pada pandangan pertama kepada pria bernomor punggung 11 bernama Keano.




TBC

Semoga kalian suka, hihi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PancaronaWhere stories live. Discover now