Chapter 1

96 17 18
                                    

Bukannya lebih penting tugas sekolah dari pada bermain dengan teman teman? Bukannya lebih penting juga, jika mengikuti pelajaran sampai akhir? Jika itu benar, itu tidak berlaku bagi Hyunjin dan Haechan yang saat ini telah pergi dari sekolah karena ada razia rambut.

Karena rambut Haechan dan Hyunjin tidak dipotong 1 bulan penuh, kini rambut mereka lumayan panjang. Namun tetap saja terkena razia.

Yang namanya siswa maupun siswi pasti benci dengan namanya razia. Mau razia rambut, barang barang seperti liptint or skincare, ataupun ponsel. Huh...

"Mau kemana nih kita?" tanya Haechan.

"Nyebat yuk, di warung biasa" jawab Hyunjin.

"Yang lain nggak diajak?" tanya Haechan.

"Ajak aja, chat aja di grup. Pasti mereka langsung ke sini" balas Hyunjin. Haechan mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Anak pungut (22)

Haechan
Woy!
Ayo ke warung
Gue sama memble lagi nyebat
Ikut kagak?

Jeno
Gue kena razia bangsat
Duluan aja
Ntar gue nyusul
Gue sama yang lain maksudnya yg kena razia

Jaemin
Gue, Shotaro, Sunwoo otw

Lalu Haechan memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku celananya. Sembari menunggu mereka datang, Hyunjin dan Haechan mengobrol. Lebih tepatnya menggibah kepala sekolah maupun anak OSIS yang membuatnya tak nyaman untuk bersekolah hari ini.

"Haduh, emang kalo gue jadi kepala sekolahnya gue sediain salon kalo perlu. Jangan lagi deh Pak Jongin yang potong, bisa petal gue" kata Haechan.

Hyunjin tertawa, "Yunseong aja pernah di petal Pak Jongin ngamuk ngamuk"

Tak lama, Jaemin dan Sunwoo datang. Di belakangnya ada Sanha, Bomin dan Eric yang sedang mengobrol lalu tertawa.

"Loh? Hwall, Jinyoung, Yos—"

"Udah jangan sebutin anak ambis. Nggak mungkin dia ikut kesini" potong Jaemin. Hyunjin diam, ada benarnya juga. Siswa rajin dari golongan mereka itu terlalu sulit untuk diajak mabal seperti ini.

Terlebih Jinyoung, Hwall, Yunseong dan Yoshi. Aduh, nggak bisa di ajak kompromi. Yang ada malah bantuin siswa dan siswi yang lagi ke gep untuk dimasukkan ke BK.

Soobin ikut ikutan saja, toh yang penting dia tidak merokok karena nanti bundanya akan marah jika ia ketahuan. Karena yang mencuci seragam Soobin sehari hari adalah bundanya.

"Eh, kalian tau nggak sih berita yang kemarin itu? Yang booming di Facebook?" tanya Bomin.

"Anak facebook mah beda" saut Sunwoo.

"Beneran sinting. Ada rumah salon gitu gedeeee banget salonnya! Kayak rumah boneka di WBL tapi lebih gede lagi" balas Bomin. Teman temannya tertarik ia mendekat kepada Bomin untuk mengetahui lanjutannya.

"Terus terus?" tanya Sanha.

"Ya itu lah! Masa nggak tau? Gue mau ke sana. Sekalian potong rambut" jawab Bomin sambil nyengir.

"Rumah salon dimana sih? Kok gue nggak tau?" tanya Jaemin.

"Alah! Entar deh kalo lewat, kita ke sana yuk? Sekalian potong sama main aja, jarang jarang kita potong rambut bareng" ajak Bomin.

"Cok ya mahal nggak? Kalo mahal ya mending di potong sama mami gue" saut Sanha.

"Bener, potongan mami emang beda" celetuk Sunwoo, lalu Sanha dan Sunwoo bertos ria.

Bomin mendengus, "lagi promo kok. Kemarin gue liat di banner nya harganya 10 ribu per orang buat yang jomblo, kalo yang ada pacarnya nambah 5 ribu" balas Bomin lagi.

"Ayo lah! Jarang jarang potong rambut 10 ribu!" seru Hyunjin.

"Ck, nggak usah aneh aneh deh," balas Soobin.

"Aneh aneh apa sih Bin? Ikut nggak? Kalo nggak mau ya nggak usah" kata Haechan.

Soobin berdecak, "iya deh. Tapi gue bayarin ya"

"O asu! Bilang aja nggak punya duit!" seru Hyunjin. Soobin hanya terkekeh.











































































Tanpa diketahui dari mereka, dari jauh seseorang tersenyum miring.

"Bagus ada banyak orang nantinya"





















TBC

Salon House | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang