Part 1 - Rasa Dan Prasangka

24 3 2
                                    

Tiiiinn... Tiiinnn....

"Allena, buruan.. Kita udah telat ini."

Teriakan Allan menggema diluar sana. Allena dengan tergesah gesahnya menghampiri sang Kakak, masih dengan menenteng sarapannya.

"Sabar dong, Kak. Aku masih makan loh ini." Ujarnya sedikit mengomel sambil mengunyah perlahan roti yang sudah masuk semua ke dalam mulutnya. Saat akan melangkah ke mobil, tali sepatu yang belum terikat sempurna membuatnya tersandung hingga akhirnya terjatuh di atas aspal itu.

Allena pun menjerit, jeritannya itu membuat Allan mendesah pelan seraya turun dari mobilnya lalu berjalan menghampir sang adik yang sudah mengomel tak karuan.

"Ini gara gara Kak Allan nih.. Kan, liat kan... Lutut aku berdarah. Sakit tau."

Allan hanya tersenyum sembari mengusap usap lutut Allena yang lecet. "Iya, Maafin Kakak. Entar diobatin, yah."

Allena hanya cemberut. Setelahnya, ia berusaha bangkit, dibantu Allan.

"Sakit?"

"Menurut Kakak?"

"Yah mana Kakak tau. Emang Kakak yang ngerasain."

"Dih, nyebelin banget sih."

Allan hanya tersenyum melihat adiknya mengomel sembari terus berjalan menuju mobil mereka. Setibanya di dalam mobil, Allan memberikan sebungkus Coklat pada Allena.

"Apa nih? Sogokan? Biar aku gak ngomel lagi, gitu?"

Allan pun Tertawa. "Tau aja. Udah nih makan."

Walau masih cemberut, Allena tetap mengambil coklat pemberian Kakaknya itu. Sepanjang jalan, tak ada lagi omelan Allena yang terdengar, Gadis cantik berusia 16 tahun itu malah sibuk memakan coklat pemberian sang Kakak.

Sedang Allan, sibuk mengemudi, sambil sesekali melirik adiknya yang sangat tenang menikmati coklat pemberiannya. Dalam Hati, Allan tersenyum puas "Untung saja masih ada Coklat yang tersisa, Hampir saja Anak manja plus bawel ini mengomel sepanjang jalan."

*****


Setibanya Di sekolah, Allan langsung memarkirkan mobil Sport birunya. Setelahnya, Dia pergi dengan begitu terburu buru meninggalkan Allena yang kembali mengomel karna ulahnya.

"Kak Allan.. Tunggu, dong" Allena mencoba menyamai gerak langkah kaki Sang Kakak. Tapi tak bisa, Allan terlihat sangat terburu buru.

"Iccss.. Kak Allan nyebelin banget sih."

Akhirnya Allena menyerah, tak lagi mencoba mengejar sang Kakak. Dia berjalan dengan sedikit santai sebab lututnya yang masih terasa perih. Ditengah jalan, Allena dihampiri seorang pemuda tampan, bertubuh tinggi tegap, berkulit putih dengan sorot mata yang tajam. Pemuda itu tersenyum kearahnya, senyumnya begitu menawan, sehingga beberapa orang yang melihat dirinya ikut terpesona akan senyumannya.

"Hallo, Putri Cengeng." Ujar Pemuda itu pada Allena sembari mengacak pelan Rambutnya.

"Arkan ihh, Rambut aku rusak nih." Allena menjerit seraya menahan tangan pemuda bernama Arkan itu yang kembali akan mengacak acak rambutnya.

Bukannya berhenti, Arkan malah menggencarkan aksinya. Membuat Allena semakin kesal.

"Iihhh Arkan. Nyebelin banget sih." Teriakan Allena sungguh keras, membuat orang orang disekitar terdiam sambil menatap kearah mereka. Merasa diperhatikan, Allena pun langsung menutup mulutnya tapi masih menatap tajam kearah Arkan.

"ichss.. Nyebelin." Desisnya, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Arkan yang malah tersenyum memperhatikannya.

Pemuda tampan itu justru tertawa gemas melihat tingkahnya. Tak lagi mencoba mengejar Allena, dia justru memperhatikan langkah gadis itu yang sedikit terpincang. Setelah paham, Arkan pun berlalu entah kemana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memeluk BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang