Saat aku kecil pada usian TK sampai SD aku mempunyai sebuah kecemasan pada malam hari. Aku tidak tahu apakah hanya aku yang mengalaminya atau ada anak lain yang mengalami hal yang sama sepertiku.
Kecemasannya bermacam-macam. Mulai dari rasa gelisah disaat semua orang telah terlelap dalam mimpinya sedangkan aku masih terjaga mendengar suara dentingan jarum jam.
Rasa kesepian itu membuatku tak bisa tidur. Sering kali aku menangis untuk membangunkan ibuku dengan alasan sakit perut tapi nyatanya aku takut menjadi satu-satunya orang yang terjaga di rumah di malam hari. Namun aku tidak pernah mengakuinya bahwa aku ketakutan, aku tahu respon apa yang akan kudapatkan apabila aku mengatakan bahwa takut. Mungkin aku akan dianggap aneh, apa yang aku takutkan?
Terkadang aku membayangkan sosok wanita berambut panjang ataupun sosok menakutkan lain tengah memperhatikanku apakah aku masih terjaga atau tidak, sebisa mungkin aku bertindak seolah aku sudah tidur dan tidak membuat sebuah gerakan. Karena dalam khayalanku apabila sosok itu tahu bahwa aku masih terjaga maka dia akan mendatangiku. Konyol bukan? Ah tapi aku ingat hal yang lebih konyol dari hal itu.
Saat itu ada salah satu tetangga yang meninggal dunia, aku ikut melayat almarhum di rumahnya. Aku melihat jasadnya yang tertutupi oleh kain, tidak ada yang menakutkan sebenarnya, akan tetapi suasana pilu dan kehampaan terbawa hingga ke rumahku. Di malam harinya seperti biasa aku susah tidur. Akan tetapi dimalam itu aku lebih gelisah. Aku benar-benar tidak bisa tidur dan terus memikirkan tentang Alm. tetangga itu. Suasana kelam dan hampa itu terus menyelimuti ku, sebelumnya aku pernah mendengar bahwa arwah orang yang baru meninggal akan tetap ada selama 40 hari di dunia, mungkin itu yang membuatku cemas? Aku berpikiran bahwa arwah tetangga itu sedang berkeliaran disekitar kampung ku, mungkin dia sedang memperhatikanku yang masih belum tidur. Aku takut. Aku bahkan sesekali melihat keluar kamar apakah arwah itu ada di rumah ini dan aku tidak tahu kenapa, aku pergi menyentuh jendela depan rumahku lalu kemudian menyentuh jendela belakang rumah dengan harapan arwah itu akan pergi dan berhenti membuatku cemas. Dan selanjutnya aku tidak tahu bagaimana aku bisa tidur.
Di malam yang lain dan malam-malam biasanya, aku tidak bisa tidur apabila TV dimatikan, aku selalu membiarkan TV menyala hingga aku tidur, yah itupun jika ibuku tidak mematikannya atau aku akan mulai menangis untuk membuat ada yang terjaga selain aku.
Suara televisi setidaknya dapat mengobati rasa kesepian ku atau mungkin tidak? Acara televisi dimalam hari dan iklan-iklannya malah membuatku semakin kesepian dan hampa, seolah-olah hanya aku yang tinggal di bumi ini.
Aku ingat pernah menginap di rumah nenek, yang jaraknya satu meter dari rumahku. Malam itu seperti biasa aku tidak bisa tidur. Nenekku sudah tidur di sampingku. Di ruang tengah pamanku masih terjaga sambil menonton tv, tapi aku masih cemas karena tidak bisa tidur, suara iklan rokok ataupun film barat bahkan pertandingan sepak bola malam, membuat perasaanku tidak enak. Aku terus terjaga hingga paman mematikan TV dan mulai untuk tidur. Di sanalah aku benar-benar cemas. Hanya dentingan jarum jam yang menemaniku. Aku mulai menangis hingga ada yang terbangun, aku menyesal telah mengganggu waktu tidur nenek dan pamanku dengan menangis dan berbohong bahwa aku sakit perut. Tapi setidaknya itu sedikit menenangkan ku saat orang lain ikut terjaga untuk mengobati ku yang sebenarnya tidak sakit. Setelah menangis biasanya aku akan mulai mengantuk tapi tidak jarang setelah membuat orang di dekatku terbangun hingga mereka kembali tertidur aku masih susah untuk tidur, aku tidak bisa menangis lagi, aku hanya memaksakan diriku untuk tidur. Suara motor yang sesekali melewat diluar sedikit mengobati rasa kesepian ku.
Terkadang aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa diluar sana pasti ada yang masih bangun dimalam hari, seperti artis misalnya. Sehingga aku tahu bahwa aku tidak sendirian.
Kecemasan lain yang aku alami dimalam hari yaitu, aku selalu merasa ingin buang air kecil. Setiap beberapa menit aku akan ke kamar mandi untuk pipis meskipun tidak ada lagi cairan yang bisa aku keluarkan. Hal itu tidak jarang aku alami.
Yang menyebalkan disini adalah kamar mandinya terletak diluar rumah. Iya aku harus keluar rumah dulu untuk ke kamar mandi dan harus ditemani ibuku. Terkadang aku buang air di batu dihalaman rumah agar tidak terlalu jauh keluar. Saking seringnya buang air, ibuku jadi memarahiku, tetapi itu lebih baik dari pada aku dimarahi karena buang air di kasur.
Aku ingat kakakku pernah mengalami kecemasan yang sama denganku sekali, kami mengalami kecemasan yang sama, aku senang aku tidak sendiri lagi.
Saat itu kakakku lebih cemas dari lada aku, mungkin karena itu pertama kalinya dia seperti itu sedangkan aku sudah sering mengalaminya. Setiap kali aku berkata tentang pipis dia akan marah karena telah mengingatkannya lagi dan membuat kami keluar untuk buang air. Hahaha aku senang saat itu, aku tidak sendiri, akan tetapi dimalam selanjutnya aku kembali sendiri.Ah ya ada kecemasan lain lagi yang aku alami. Aku selalu mengecek apakah pintu rumah dan jendela telah terkunci berulang kali dengan memastikannya langsung. Padahal sekali saja sudah cukup untuk memastikannya, tapi karena kecemasanku aku memastikannya untuk kedua, ketiga, keempat kali mungkin lebih banyak dari itu untuk memastikannya.
Aku tidak mau apabila ada orang asing seperti maling yang masuk kedalam rumah dan mengambil barang-barang berharga yang ada didalam rumah.Aku rasa kecemasanku yang satu ini menurun pada adikku. Terkadang dia suka bertanya apakah pintu sudah terkunci atau belum. Jika aku menjawabnya ragu dia akan langsung memastikannya sendiri. Tapi setidaknya kecemasannya tidak terlalu parah dari pada yang aku alami dulu yang mengeceknya hingga berulang kali.
Aku tidak tahu pastinya kapan aku berhenti mengalami kecemasan-kecemasan itu, tapi yang aku ingat saat aku SMP aku tidak mengalaminya lagi yah mungkin sesekali, tidak sesering dulu.
Aku bersyukur tidak mengalami hal seperti itu lagi dan setelah dipikirkan lagi, wow aku tidak percaya telah melalui masa-masa suram itu.
Disaat aku mengalami masa sulit terkadang aku ingin kembali menjadi anak kecil, tapi setelah mengingat hal itu ah aku rasa tidak. Aku tidak mau mengalami hal itu lagi. Sudah cukup.
Katakan padaku apakah hanya aku yang mengalami hal seperti ini? Atau apakah kamu juga mengalami beberapa kecemasan seperti yang ku alami?
Kau bisa menceritakannya, jadi aku bisa tahu bahwa aku tidak sendirian:)