1

485 81 2
                                    

"Bocil! Sini nggak lo?!"

Dua orang yang saling mengejar itu tak berhenti berlarian sepanjang koridor sekolah.

"Kejar dong kalo bisa wlee." Yang lebih muda justru meledek yang lebih tua sambil menjulurkan lidahnya.

Tiba-tiba Jungwon berbelok masuk ke kelas orang. Jay di belakangnya masih mengikuti anak itu. Melewati sekumpulan yang sedang bermain dan memutari kelas sampai keluar dan lanjut melarikan diri.

"Yang Jungwon balikin hape gue!"

Jungwon semakin mempercepat langkahnya. Setelah melewati koridor adik kelas, koridor jurusan lain, bahkan menerobos masuk ke kelas orang, sekarang ia mengincar rooftop.

BRAKK

Pintu usang itu di dorong dengan kencang hanya dengan tangan kanan Jungwon. Jangan heran, ia handal dalam taekwondo sehingga pintu bukan masalah besar bagi Jungwon.

"Jungwon awas kesandung!"

"Bodo amatㅡ"

DUKK

Batu bata itu sedikit bergeser saat Jungwon salah melangkah. Tangan kirinya pun melepaskan pegangannya dari ponsel milik Jay untuk menumpu tubuhnya yang jatuh. Alhasil tangannya lecet akibat tergesek dengan aspal rooftop yang sedikit kasar.

"Dibilangin tuh nurut! Jatoh kan!" Jay mendekati Jungwon. Meraih kedua tangan Jungwon yang terlihat memerah dan beberapa bagian yang mengeluarkan darah. Meniupnya agar yang lebih muda tidak merasa perih pada lukanya.

"Sakit ngga?" Suara Jay melunak. Padahal ingin sekali mengomeli Jungwon karena sudah seenaknya mengambil ponselnya saat sedang ia pakai dan membawa kabur darinya.

Jungwon mengangguk samar. Dirinya takut dimarahi oleh Jay karena tidak mendengarkan perkataannya.

"Hapenya..." Cicit Jungwon seraya menunjuk ke arah ponsel Jay yang tergeletak. Kali ini ia takut dimarahi karena melempar ponsel milik Jay saat terjatuh tadi.

Jay mengambil ponselnya. Menyalakan layarnya lalu menghela nafas, ia sedang mengatur emosinya agar tidak meledak. "Gak apa-apa. Cuma retak antigores-nya."

"Maaf..."

"Ngga gue maafin. Cepet ke uks dulu, nanti keburu bel masuk."

"Jay sanaan, lo berat."

"Gak, lo aja yang pindah."

"Lo minggir. Ini iklannya udah selesai mau lanjut nonton."

"Nonton tinggal nonton, ribet amat."

"YA LO DUDUK YANG BENER DONG! SOFA LEGA LO MALAH SELONJORAN! GUE JUGA MAU DUDUK!" Jungwon kesal sekali. Disaat ia ingin menonton series horor di ruang tengah Jay malah merecokinya.

Jay mengalah dan kembali duduk dengan benar. "Iya ih, pake marah segala."

"Ya lo ngeselin. Udah ah, udah ngga mood nonton."

Jungwon bangun dan berjalan menuju kamarnya. Jay sedikit panik. Kali ini Jungwon marah beneran, bukan hanya bercanda seperti biasanya.

"Won. Uwon! Jungwon! Jangan marah dong. Iya nih ngga gue ganggu, yuk nonton lagi yuk?"

Dasar Park Jongseong. Jungwon justru semakin marah pada Jay.

"NGGA! Sono lo balik!"

Setelahnya Jungwon langsung membanting pintu kamarnya.

"Kak Jay."

"Mau apa lo?"

Jungwon terkekeh. "Tau aja lo gue lagi mau sesuatu."

Jay memutar bola matanya malas tetapi masih memfokuskan pada ponselnya, ia sedang bermain game. "Mau apa cepet bilang?"

Jungwon menghadapkan dirinya ke arah Jay. "Laper, dari tadi lo main tapi ngga bawain makanan."

Ya ampun, bisa-bisanya ia melupakan hal itu. Sepulang sekolah Jay mampir di rumah Jungwon. Keduanya habis bermain ps dan kalau dihitung kira-kira sudah tiga jam sejak keduanya sampai di rumah Jungwon.

"Yah, mama lagi pergi. Makanya gue main dulu di sini."

"Tapi bunda juga ngga masak."

Keduanya terdiam. Saling meruntuk dalam hati bisa-bisanya para orang tua tidak meninggalkan makanan untuk mereka.

"Ada nasi kan?"

Jungwon mengangguk. "Ada sih, tadi waktu ngambil minum ngeliat masih ada lumayan banyak."

"Gue gofood ya?" Lanjut Jungwon meminta persetujuan yang lebih tua.

Jay menggeleng tidak setuju. "Jangan boros. Gue buatin omelette aja."

Wajah Jungwon langsung sumringah. "As—"

"Tapi besok lo beliin gue mie ayam di kantin."

"Su.."

"Jungwon, musuh lo ngga dateng? Tumben amat. Biasanya udah perang pagi-pagi."

Baru memasuki kelas Jungwon sudah diinterogasi oleh Haruto.

"Gak tau, tadi dianter Ayah."

"Oh, kirain.."

"Kirain apa?!" Tanya Jungwon sedikit ngegas.

"Kirain capek musuhan terus pacaran, makanya pagi-pagi gini belom gelud."

"LO MAU GUE AJAK GELUD?!!"

"Bang hoon, cuma bertiga?"

"Iya, si Jay ngga masuk."

"Bunda."

"Iya, dek?" Bunda yang sedang menyiapkan makan malam menyahut seadanya.

"Jay kok ngga keliatan?"

"Hush!! Panggilnya yang bener."

Jungwon berdecak pelan. "Biarin, abisnya Jay ngeselin."

"Tetep aja kamu harus sopan." Bunda menuangkan sup ke mangkuk untuk Jungwon. Dan menaruh di hadapan anaknya. "Emangnya kenapa? Tumben nanyain. Biasanya kalian berdua juga berantem."

"Abisnya dari kemaren ngga masuk sekolah, kan jadi ngga ada yang Jungwon jailin."

Tiba-tiba bunda tertawa.

"Loh kamu belom dikasih tau Jay? Dia pindah ngikut kerja Ayahnya. Mamanya bilang cuma sebentar sih, ngga permanen katanya. Makanya rumahnya di sebelah juga ngga dijual. Mungkin bakal ditempatin lagi."

Kok ngga pamit sih?

"Waktu itu juga pindahnya malem-malem. Barangnya ngga dibawa semua. Soalnya cuma sekali angkut pake pick up."

"Tapi kok Jungwon ngga lihat ya?"

"Emang kamu kalau malem suka keluar?"

Oh iya.. ಠ︵ಠ

「✓」Meet Again ; JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang