Kau datang tak kala sinar senjaku telah redup
Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnyaKau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguhKukira kau rumah
Nyatanya kau cuma aku sewa
Dari tubuh seorang perempuan
Yang memintamu untuk pulangKau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumahRomeo namanya. Cowok dengan wajah bak pangeran kerajaan Inggris, senyum menawan, dan kepribadian yang ramah. Dengan semua kelebihan itu, tentu kita sudah bisa menebak bahwa ia adalah salah satu mahasiswa populer. Ya, Romeo Aldrian. Si idola jurusan
Teknik Sipil dari salah satu Universitas kebanggaan Indonesia. Setiap manusia rupawan tentu akan sulit menemukannya berjalan sendiri. Tentu saja dalam kisah ini, Romeo memiliki Juliet-nya. Hei! Gadis itu benar-benar bernama Juliet. Kebetulan yang sangat romantis bukan?Keduanya bertemu saat masa OSPEK. Sebagai sesama mahasiswa baru, tentu mencari
teman adalah bagian dari daftar yang ingin dilakukan. Suatu kebetulan juga bahwa keduanya berasal dari daerah berbeda dengan Universitas tempat mereka akan menimba ilmu selama 4 tahun ke depan.
Saat itu, Romeo-lah yang pertama menghampiri dan mengajak sang gadis untuk
berkenalan.
“Hai.” Sapanya dengan senyum yang tidak ia sembunyikan
“Oh? H-hallo...”
“Aku Romeo. Jurusan Teknik Sipil.”
“Ah! Aku Juliet. Jurusan Teknik Lingkungan.”Perkenalan yang singkat, namun memiliki kesan. Tanpa mereka sangka akan bertemu
dengan 'pasangan'nya di tanah perantauan. Sejak saat itu, keduanya kerap terlihat bersama. Meski berada di jurusan yang berbeda, tapi mereka masih berada dalam naungan Fakultas yang sama. Dan untuk beberapa waktu yang sama, keduanya sering jalan bersama.Namun, Romeo Aldrian bukanlah Romeo dalam kisah yang terkenal dengan perjuangannya untuk bisa bersatu dengan Juliet-nya. Romeo Aldrian adalah si 'Arjuna' yang mencari cinta, menembakkan banyak anak panah ke arah berbeda, tanpa sadar masih ada gadis yang terus menunggu di belakangnya dan dengan bodohnya terus menerus memberikan amunisi anak panah untuk ditembakkan. Ternyata waktu 3 tahun bersama sang Juliet tidak sanggup untuk membuat sang Romeo menetap. Ia masih terus haus untuk mencari sang 'putri'.
Tapi, Romeo bukanlah sosok yang jahat. Romeo dan Juliet dalam kisah ini sejak awal
hanyalah sebatas teman. Orang-orang saja yang terlalu cerdas memberikan embel-embel 'hubungan' itu untuk keduanya. Nyatanya, mereka hanya teman. Bukan kesalahannya jika ia terus pergi dari satu pintu ke pintu yang lain untuk menemukan 'rumah'nya. Tidak, kamu tidak bisa menyalahkan Romeo dan mengasihani Juliet, karena pada kenyataannya, Juliet juga tidak pernah menuntut kepastian untuk mereka. Ia hanya berpikir, meski terus menembakkan anak panah kepada gadis berbeda, Romeo hanya akan selalu pulang kepadanya. Atau itulah yang ia percayai. Karena baginya, Romeo sudah menjadi rumah sejak
awal.Sama seperti sang pria, sang gadis juga kerap didekati oleh banyak lelaki. Banyak yang memintanya untuk bersama, namun sang gadis tidak kunjung memberi jawaban. Setiap
ia menceritakan kepada sang Romeo, jawaban yang ia dapat selalu sama;
“Terima saja. Siapa tahu dia cocok sama kamu.”Namun, Juliet tetaplah Juliet. Si gadis polos yang masih menyimpan sang Romeo jauh
di dalam hatinya. Ia akan menolak setiap lelaki yang mendekat dan memberitahukannya
kepada Romeo;
“Romeo, aku menolak dia.” Dan sang gadis mendapatkan senyuman yang sangat menawan hingga membuat jantungnya berdetak lebih cepat.“Ya sudah, berarti mereka emang bukan untuk kamu. Kan masih ada aku.”
Sang gadis terpaku untuk yang kesekian kali. Meski selalu adegan yang sama yang
terjadi, namun debaran itu masih terus terasa. Romeo dengan semua kasih sayangnya, Juliet dengan segala ketulusannya, mereka masih saja bergandengan tanpa mau melangkah lebih jauh untuk mereka.Mereka terus bersama, berbagi kisah yag tidak bisa dikatakan kepada orang lain,
membuat ruang tersendiri untuk satu sama lain, merasa nyaman dan terjebak dalam kebodohan yang sama. Hingga suatu ketika, dipertengahan bulan September, Romeo menghampiri Juliet dengan senyum lebar.
“Juliet!”
“Ya?”
“Alice menerimaku!”
“...ha?”
“Iyaaaa Alice, si anak Kedokteran yang aku ceritakan kepadamu tempo lalu.”
“O-oh, kenapa dengannya?”
“Kami resmi berpacaran.”Bagai petir di siang bolong, tiga kata terakhir yang diucapkan oleh sang Romeo
meruntuhkan langit-langit di atas kepala sang Juliet. Ada sesak yang menghampiri, namun
tidak bisa ia tunjukkan. Senyuman dari sang pria bukan ditunjukkan untuk dirinya, tapi untuk gadis lain. Sorot pandang memuja itu bukan lagi untuknya, tapi untuk gadis lain. Dan sang
Juliet pun menyadari, hati itu memang tidak pernah untuknya.Sejak awal, mereka hanya ditakdirkan bertemu dan bersama. Tapi tidak untuk terikat. Karena pada akhirnya, sang Romeo menemukan jiwa lain yang bisa ia jadikan rumah
sesungguhnya. Hah! Tentu saja kalian terlalu bodoh jika mengharapkan kisah romansa yang sama untuk mereka, layaknya Romeo dan Juliet di masa lalu.Sejak awal, mereka bukan rumah untuk satu sama lain. Mereka hanya bisa singgah,
tapi tak sungguh.Romeo, Juliet... kau bukan rumah.
-o0o-Heiii yo! Wassaaappp bro!
EheheheYa begitulah, gaes. Cerita yang lama belum selesai, gak pernah lagi update, kerjaannya rebahan doang, ehhh malah bawa cerita recehan lainnya :)
Maafkan diriku🙏🤡🐍
Oke. Cut!
BYE!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kau Rumah
Short StoryHanya sebuah interpretasi sebuah lagu dari Amigdala :)