Sedingin Es ❄

1.6K 127 72
                                    

Happy Reading ~ OwO

Typo bertebaran!!

.................................................

Nah sebelum itu, Kita flashback dulu kayak yang Dean bilang dichapt sebelumnya.



FLASHBACK ON

"Ayo sedikit lagi buk, ya terus sedikit lagi. " Terdengar suara bidan yang sedang membantu seorang wanita melahirkan.

"Ugghhh, s-sakiittt " Rintihan wanita itu terdengar menyakitkan, walaupun ia sudah pernah yang namanya melahirkan tapi tetap saja rasanya masih sakit.

Oh iya, wanita itu sedang melahirkan anak ketujuh nya. Banyak kan anaknya, anak pertama dan ke-enam itu kembar.

Entahlah, gimana rasanya ngelahirin anak kembar enam :)














Didepan pintu persalinan, terdapat pria dengan ke-enam anaknya sedang menunggu istri dan ibu mereka. Bahkan anak kelima menangis tersedu sedu kala itu.

Dan nggak ada yang mau nenangin :v








"OOEKKKK, OEEKKKK-" Terdengar tangisan seorang bayi yang menggema keseluruh arah.

Mereka semua terutama pria tadi menghela napas lega, akhirnya anak bungsunya lahir.

Mereka langsung masuk ke ruang persalinan tanpa ijin.


"Selamat pak, anak bapak lahir dengan sehat tanpa cacat dan berjenis kelamin laki-laki. " Kata sang bidan sambil tersenyum.

Awalnya mereka senang, lalu waktu bidan memberi tahu jika jenis kelaminnya laki-laki wajah senang mereka tergantikan wajah sedih.

"Yaahhh, padahal kita pengennya perempuan:( laki-laki kan dah banyak" Anak kedua dari pasangan tersebut mengeluh, memang benar mereka menginginkannya anak perempuan tapi yang lahir malah laki-laki.


"Yaudah deh nggak papa, yang penting solar nggak jadi anak bungsu. " Anak ke-enam berujar senang.

Tapi kelima kakaknya masih belum Terima adik mereka ternyata laki-laki lagi.

"Yaudah gini aja, gimana kita ganti kelamin dia aja. " Salah satu dari mereka memberi usul panggil aja blaze.

"Gimana caranya? " Tanya mereka semua bingung.

"Kita potong aja belalainya sampe habis."

Orang tua mereka+bidan menepuk kening, berbeda dengan kembarnya yang menyetujui usulan tersebut.

"Meh, bawa sini. Thorn mau potong burungnya. " Ucap Thorn dengan nada polosnya.

"Eh eh eh, nggak boleh. " Ibu mereka menghentikan pergerakan anaknya.

"M-memangnya k-kenapa? " Mata mereka mulai berkaca kaca.

"Kalian mau adik kalian mati gara-gara nggak punya burung hm? " Sang kepala keluarga pun bertanya.

Mereka menggelengkan kepala tanda tidak mau, air mata mereka sudah keluar sejak tadi.

"Kalu kalian nggak mau, jangan ya. Terima aja kalu kalian mau anggep aja deh dia perempuan. " Ucap sang kepala keluarga menambahkan.

BUCIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang