Sky

141 17 0
                                    

Aku sampai di depan lab jurusan, untung aku tidak terlambat bangun pagi karena Phi Mew semalam.

Ketika kubuka pintu, hawa dingin tiba-tiba menerpaku. Pasti AC-nya hidup semua, pikirku. Aku orang pertama yang datang keruang lab. Tumben.

Setiba di dalam, aku melayangkan pandanganku ke seluruh ruangan.

"Sepi sekali"

.
.

Ratusan komputer layar datar terhampar berbaris-baris hingga sampai ke belakang. Semua tampak jelas dan sangat terang. Mungkin karena lantai keramik yang putih mengkilap memberikan efek terang jadi dua kali lipat.

Di ujung paling belakang, di komputer bernomor 333, aku melihat seseorang sedang duduk di sana.

Ternyata aku tidak sendirian, sepertinya dia serius sekali dan nyaris tidak bergerak. Tubuhnya tidak terlihat olehku karena tertutup CPU dan monitor. Hanya puncak kepalanya saja terlihat menyembul.

Kalau dilihat dari ujung rambut sepertinya dia Ben, Ben adalah anak offering lain yang mengambil matkul ini di offeringku.

"Hai Ben.. tumben datang pagi sekali" sapaku tapi dia hanya diam, aku tidak ambil pusing sih mungkin saja dia sedang memakai headset jadi tidak bisa mendengar suaraku.

Akhirnya aku memilih komputer paling depan, paling dekat pintu. Aku memang lebih nyaman duduk di sana. Alasan lain agar aku bisa cepat keluar saat jam pelajaran selesai haha.

Setelah memasukkan username dan password, aku mulai mengoperasikan komputer didepanku. Dalam beberapa menit saja aku sudah tenggelam dengan simulasi-simulasiku. Semua program kujalankan dan sambil menunggu hasilnya, seperti biasa, aku membuka jejaring sosial, melihat apa saja hal terbaru dari teman-teman.

Tapi akhirnya aku agak terganggu dengan ikon chatting room di pojok kanan bawah monitor yang terus berkedip-kedip menandakan ada seseorang yang mengirimiku pesan.

Komputer ini terhubung ke semua komputer di ruangan ini bahkan ke semua komputer di kampus ini dan chatting room itu adalah fasilitas untuk pengguna komputer agar bisa berkomunikasi lewat pesan ke seluruh pengguna komputer lainnya yang sedang online.

Aku meng-klik ikon itu dan sebuah windows berisikan pesan terbuka.



Di sini dingin sekali…

Begitu pesan itu tertulis.




Aku langsung melihat siapa pengirimnya dan ternyata Ben. Dari komputer bernomor 333!

Aku menoleh ke belakang. Dia tetap diam seperti pertama kali aku melihatnya ketika masuk tadi seolah dia tak peduli dengan kehadiranku. Walau pun terang, anehnya, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi, entah karena perasaanku saja, tampaknya Ben yang duduk di ujung paling belakang itu seolah tak mau memperlihatkan wajahnya.

Ketika aku berdiri dan mengangkat tumit supaya bisa lebih tinggi untuk melihat wajahnya, Ben malah semakin merundukkan kepalanya sampai sepenuhnya tersembunyi di balik monitor.

”Ben? Kau kenapa?” tanyaku penasaran.

Tak ada jawaban. Satu-satunya suara yang kudengar dari ruangan itu adalah suara dengung lemah yang berasal dari CPU komputer yang sedang hidup.

”Halo? Kamu bisa mendengarku Ben?” tanyaku lagi.

Lama kutunggu tapi tetap tak ada jawaban. Ah, sudahlah. Barangkali dia sedang memperbesar volume suara di headsetnya, pikirku.

Aku kembali duduk menghadap komputerku dan mengetik sesuatu untuk membalas pesan tersebut.

Ya, dingin sekali. Kurasa kau bisa mematikan salah satu AC-nya. Remote AC ada di dekatmu, kan?

WHAT'S THAT? -MewGulf-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang