Bab 1

147 32 14
                                    

"Eh Ra, lo udah ngerjain PR Matematika ngga?" tanya Melda, Menghampiri Rayna yang baru saja memasuki pintu kelas.

"Udah," jawabnya malas

"Gue nyontek punya lo yah Ra. Gue ngak nger—"

"Gue juga yah, " pontong Alana semangat. Melda terjenkit kaget sebab, Alana yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"Apasih lo, ngagetin tau nggak."

"Hehe... Sorry buketu." Alana nyengir

"Ih enak aja gue semalam begadang ngerjainnya. Soalnya susah banget sumpah." ujarnya berlalu duduk di bankunya. Melda dan Alana mengekor di belakangnya.

Untuk kali ini Rayna tidak ingin memberi contekan pada sahabatnya. Karna semalam ia mengerjakannya susah payah.
Enak dimereka dong ngga harus capek mikir lagi.

"Ah elah Ra, pelit baget sih lo. Semalam juga gue ngerjain kok, cuman gue ngga ngerti pas bagian nomor dua. Ibu Salma ngga ngasih contoh pas ngejelasinnya sih." Alana mengangguk, ikut membenarkan perkataan Melda.

"Pelit tugas itu harus! Kenapa lo ngga ngechet gue aja semalam? Kan gue bisa ngejelasin buat lo!"

"Gue ngak bakal ngerti kalo dijelasinnya lewat ketikan," jawabnya. Lagi-lagi Alana ikutan mengangguk.

"Apasih lo ngangguk-ngangguk mulu," cetusnya marah.

"Alasan batt ngga ngerti lewat ketikan. Sekalinya dikasih penjelasan sama doi lewat ketikan aja langsung ngeriti, huuu...." Ica yang sedari tadi duduk menyimak di meja guru menimpali perkataan Melda.

"Nah iya bener." Rayna mengangguk setuju.

Setelah perdebatan panjang antara Rayna, Melda dan juga Alana, akhirnya Rayna pun pasrah dan membiarkan tugasnya dicontek oleh kedua sahabat laknatnya itu.

Rayna menghampiri Ica yang duduk termenung dimeja guru. " Ca lo udah ngerjain PR? " tanyanya duduk diatas meja. Tak apalah duduk dimeja, ngga ada guru yang melihatnya juga. Begitulah pikiran siswa-siswi disini.

"Udah kok," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Lo kenapa murung gitu, ada masalah?" Ica menggeleng. Ia memang tidak ada masalah, moodnya hanya sedikit tidak stabil.

"Assalamu'alaikum...."

Seorang guru perempuan memasuki kelas XI Tata Boga. Rayna dan Ica pun terburu-buru duduk ke bankunya masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi buu...." balas serentak seisi kelas.

"Baik sebelum kita memulai pelajaran pagi ini, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu. Ketua kelas silahkan memimpin doanya! "

"Baik bu, " balas Melda selaku ketua kelas.

"Perhatian! " ucapnya lantang

"Siap, " balas serentak seisi kelas

"Sebelum kita belajar mari kita berdoa bersama-sama, menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai! "

"Berdoa Selesai!"

"Baik anak-anak apa sebelumnya ada tugas dari saya?"
Semua siswi saling melirik satu sama lain.

"Syutt... Syutt... Woy ngak usah diingetin kalo ada PR ya! gue ngga ngerjain soalnya." seorang siswi yang duduk dibanku paling belakang berbisik, meminta persetujuan oleh teman sekelasnya, sebagian siswi setuju dan yang lainnya hanya diam.

Kalian harus tahu di kelas ini hanya dihuni oleh ciwi-ciwi. Eh maksudnya,
Siswa perempuan. Sesuai dengan nama jurusan kelas ini Tata Boga atau disingkat TB. Jadi, kelas ini hanya diperuntukkan untuk siswa perempuan saja.

RAYNA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang