First

97 4 0
                                    

"Masa depan adalah masa lalu pada waktunya."

-Unknown-

Siang itu matahari enggan narsis rupanya, membiarkan awan kelabu yang mengambil alih perannya.

"Sudah gelap, antar aku pulang ya...", rengek seorang gadis kecil berkacamata sembari menenteng kamera pocketnya.

"Ah, manja! Pulang aja sana! Aku masih mau main,", jawab seorang anak laki-laki yang tengah asyik berkutat dengan mobil remotenya.

"Aku... aku... aku takut hujan, Tam!", ujarnya pasrah.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku bukan Goku yang bisa meniup awan, aku nggak pe--", ucapannya terpotong ketika melihat titik air yang jatuh ke pipi merah dan mulus gadis berkacamata di hadapannya. "Ng... baiklah, aku akan mengantarmu pulang."

Seolah persetujuan adalah sebuah permen kapas, maka gadis kecil itu menyambutnya dengan senyum sumringah. "Tamtamku memang baik!"

"Hey, aku Tammy, bukan Tamtam!", balas anak laki-laki yang bernama Tammy itu tak mau kalah.

"Ah, terserah.", jawab gadis kecil berkacamata sambil menarik lengan kaus sahabatnya--Tammy Dirgantara.

***

Wajah dan tubuhnya berubah, pun dengan lensa dan bingkai kacamata yang dikenakannya. Gadis manja yang takut hujan semasa kecilnya, kini tumbuh menjadi seorang remaja cantik yang kuat dan pemberani. Iris hitamnya menatap lekat-lekat sebuah objek di hadapannya. "Aku sungguh merindukanmu...", bisiknya lirih, hampir kasat telinga, mengembalikannya ke dunia nyata. Ia menceritakan seluruh keluh kesahnya, termasuk kejadian memalukan yang siang tadi menimpanya. "Kakak kelas sialan. Seenaknya saja menyuruhku menyatakan cinta di hadapannya. Cih! Dia pikir aku siapa,", umpatnya kesal. Sedetik kemudian, wajah cerah yang sebelumnya menggebu-gebu karena gemas, berubah menjadi murung karena lemas. Ia tahu bahwa teman yang ia ajak bicara tidak akan pernah bisa membalas cerita dan omelannya, namun setidaknya ia sadar bahwa hal itu dapat menenangkannya. Bukannya itu memang gunanya sahabat? Tempat bercerita dan berkeluh kesah. Walaupun telah tiada.

Ia tersenyum getir, sembari melepas kacamatanya untuk menghapus air mata yang meluncur bebas di kelopak matanya. Saat gerak rotasi bumi menenggelamkan matahari, saat itulah gadis berkacamata dengan kamera pocket di genggamannya, menenggelamkan masa lalunya.

Sebelum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang