PROLOG

6 0 17
                                    

Dimensi Palanium, 520 Cravil

Dimensi indah denganpemandangan tak terkira. Sungai berkelok indah, gunung dan bukit menjulang kokoh menahan langit. Sejuk, panas, indah, menciptakan suasana tropis yang khas.

Burung berkicau merdu memanjakan telinga. Semilir angin dan siur air melengkapi suasana. Ah, betapa menyenangkannya.

Berjalan dengan telanjang kaki menapaki pasir pantai yang putih, bermesraan dengan pasangan, menghabiskan ahari dengan cumbuan dan ciuman. Paket yang lengkap bukan? Tapi yang berkilau belum tentu berlian, hhe. Ibarat pepatah, don't judje the book from the cover. Gambaran sekilah tentang dimensi itu sangatlah menggoda bagi para turis.

Setidaknya dalam jangka 3 tahun ini dimensi sedang dalam krisis. Persaingan antara dua pihak telah memuncak. Bagai air dan minyak, dua pihak telah berseteru tanpa titik temu yang akan mengakhiri.

Berawal dari persaingan spiritalis, tapi berujung pada genosida keturunan murni. Pagi itu, ras keturunan murni sedang berada di titik balik dalam persimpangan, apakah akan menusuk atau mendorong, dimana hanya ada satu pilihan.

"tuan, sekarang adalah waktu yang tepat. Pergilah sebelum terlambat" wajah panglima itu terlihat pucat pasi. Ia telah berlari sejauh setidaknya 7 KM. Tubuhnya yang atletis terlihat lemah. Luka-luka sabetan membuka memperlihatkan daging. Sungguh, orang-orang akan berdecak kagum mengatakan bagaimana ia masih berdiri. Ia menunduk, berusaha melindungi bayi imut yang tergendong.

Raut wajah lawan bicara sumringah menyambut "ah, akhirnya kamu tiba. Bagaimana dengan anakku? " tangannya segera mengambil bayi dari gendongan. Hatinya sedari tadi tidak tenang, berharap anaknya agar masih hidup. Bukan sekedar masalah pribadi. Takdir besar sudah menunggu, ia tahu anaknya akan menjadi penentu dalam perseteruan panjang ini. Nafasnya berhembus lega.

Tubuh lawan bicara dibalut dengan baju zirah keemasan mengilat. Sebilah pedang tersarung, darah segar menetes dari pedang tersebut. Wibawa serta ancaman kengerian masih tergambar jelas.

"tidak apa tuan, tuan muda a...." kata panglima terpotong. Sepucuk panah tiba-tiba menusuk dalam tepat di kepala.

Sontak refleks si lawan bicara yang tak lain adalah sang pemimpin berbalik dan berlari menjauh. Raut ,mukanya terlihat cemas. Bayangan hitam berkelebat mengikuti dari belakang. Hujanan busur-busur panah menyertai, situasi menjadi lebih rumit.

"sial apa yang terjadi ?" kata pemimpin memandang anaknya dalam gendongan. Ia sedih, telah terbayang apa yang terjadi jika bayinya terbunuh. Yang berada di atas akan berbalik, dan yang yang berada di belakang akan maju tak terbendung. Perdamaian antara dua dunia yang selama ini menjadi pembatas sedang dipertaruhkan.

Derap kaki semakin cepat, perlahan namun pasti bayangan hitam yang mengejar semakin menjauh.

...

Dimensi Solonium

Asap tebal membubung keluar dari cerobong. Hitam, pekat dan busuk. Andaikata orang-orang melihat dari jauh, ia akan menyangka ribuan bangkai sedang dibakar.

Tungku sedang dipanaskan. Ibarat proyektor, asap tebal perlahan membentuk gambaran peristiwa nun jauh di dimensi lain.

Seorang lelaki tegap penuh luka tampak berusaha melarikan diri. Tampak ia berusaha melindungi bayi mungin dalam dekapannya. Bayi itu sedang menangis, sadar bahwa dirinya sedang dalam bahaya.

Di dekat tungku berdiri dua pria tegap berjubah hitam. Diantara mereka bola hitam mengilat memantulkan cahaya sedang melayang. Mereka terlihat tersenyum melihat apa yang terjadi.

"akhirnya kesempatan yang ditunggu telah tiba. Api akan dibalas api saudaraku. Perang panjang yang tertunda sejak lama akan segera berlangsung. Apa yang akan menjadi hak kita akan menjadi milik kita kembali." Sahut tawa dalam kegelapan

ELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang