Status : On Going
"Kak Juyeon, mau nggak habisin waktu akhir pekan sama aku?"
"Enggak."
"Kalau diajak sama Kak Soojin?"
"Mau."
Start : 18 Sept 2022
Finish :
Rahma, 2021.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak, besok ada waktu luang nggak? Kayaknya aku ada banyak deh, tapi bingung gimana cara habisin waktu luangnya. Gimana kalau kita jalan aja, Kak?"
"Mimpi jangan ketinggian dong, sayang. Kak Juyeon mana mau jalan sama lo!"
"Hei! Semua itu berawal dari mimpi, sekecil apa pun itu."
"Kalimat motivasi yang membanggakan sekali ya,"
"Ya emangnya kenapa sih? Nanti keduluan yang lain tuh buat ngajak jalan Kak Juyeon."
"Lo kan tahu sendiri, Kak Juyeon mana mau nerima ajakan jalan dari siapa pun, kecuali si itu tuh."
Lee Juyeon nyaris tergelak pada tempatnya, tapi sebisa mungkin ditahan. Dia masih berada di lingkungan sekolah. Tidak mungkin sisi dingin yang sudah melekat pada dirinya hilang seketika hanya karena mendengar rekaman audio dari Changmin.
Changmin membiarkan ponselnya dalam keadaan tenang. Pemuda itu sudah tertawa terpingkal-pingkal. "Gila sih, lo punya pelet apa sampai mereka kayak gitu?"
"Lo kurang kerjaan banget ya, sampai ngerekam omongan adek kelas." Juyeon melahap roti isi markisa yang tadi dibelinya.
Di sekolah ini, siapa yang tidak mengenal Lee Juyeon? Semua mengenalnya tanpa terkecuali. Lee Juyeon itu pandai dalam segala hal. Baik akademik maupun non-akademik. Ibarat pemeran utama dalam sebuah novel romansa, Juyeon merupakan manifestasi yang terdampar di SMA Pluto. Belum lagi saat Juyeon berkumpul dengan teman satu angkatannya yang semuanya populer.
Dari tahun pertama sampai tahun kedua, Juyeon ibarat kuda hitam yang sangat memesona. Mungkin terdapat Jungwoo yang murah senyum, Seonghwa yang memiliki tatapan menghipnotis, Kino yang kelewat manis, Minho yang pandai dalam basket, dan lain-lain. Akan tetapi, bagi anak-anak SMA Pluto, Lee Juyeon ini istimewa.
"Tadi si Kevin dapat titipan lagi tuh, cokelat ada tiga kali ya," kata Changmin sambil membuka bungkus jajan yang dibawanya. "Perlu gue makan lagi?"
Juyeon mengangguk tanpa minat. "Makan aja."
"Yuhuuu! Terbaek emang,"
Bertepatan saat itu, tiga pemuda turut bergabung dengan keduanya. Seonghwa, Jungwoo, dan Seungkwan. Namun anehnya, terdapat seorang gadis berambut pendek yang mengekori Seungkwan.
Seungkwan membuka suara, "Ju, nih, kenalin! Tetangga gue, nge-fans sama lo."
Juyeon mendongak. Melirik gadis yang dimaksud Kino, lalu melayangkan tatapan heran. "Terus?"
"Akhir pekan, dia kosong, Ju." Sambung Seungkwan, sudah seperti juru bicara bagi tetangganya.
Juyeon mengerutkan kening. Masih tidak mengerti. "Terus ...?"
Tiga temannya yang lain sudah tergelak. Terutama Changmin, hampir tersedak. Seonghwa tidak jadi meminum jus jeruknya, Jungwoo mengunyah roti isinya sambil tertawa kecil, dan Seungkwan yang kebingungan harus berkata apa.