"Keinginanku hanya satu, aku hanya ingin disayang oleh keluargaku sendiri."
- Aluna. D. E
***
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Aluna. Aluna meringis dalam hati. Sakit? Tidak. Tamparan ini tidak seberapa dengan sakit hatinya.
Tidak kuat juga untuk menanggung rasa sakit hati ini sendiri. Tidak bisa. Ini sungguh tidak bisa. Hatinya berdenyut nyeri.
"KAMU PULANG MALAM, HAH?! LIHAT! JAM BERAPA INI?! JANGAN BIKIN SAYA MALU KARENA PERBUATAN ANAK SIALAN SEPERTI KAMU!" bentak sang Papa yang bernama Damar.
Aluna menahan rasa sakitnya itu. Sungguh sangat tidak kuat. Namun, Aluna bersabar.
"Maaf, pa-"
Duk
Aluna di dorong oleh saudari tirinya, yang bernama Heni. Aluna di dorong hingga ke tembok. Bunyinya begitu nyaring.
Aluna meringis kesakitan. Punggung dan kepalanya terbentur. Rasanya ini sepertinya akan mati.
Air mata Aluna menetes. Aluna tidak mau terlihat lemah. Hanya karena itu, masa Aluna pingsan? Pikir Aluna.
Aluna berdiri. "Papa! Aku ini kerja!! Papa gak Sudi, kan, uang Papa aku pakai?!" tanya Aluna dengan nada yang membentak.
Memang, sejak menduduki kelas 1 SMP, Aluna sudah tidak dibiayai oleh ayahnya. Sejak 1 SMP, Aluna sudah bekerja disebuah warteg, dan bekerja di toko buku. Namun, sejak 1 SMA, Aluna bekerja di sebuah restoran ternama.
Papanya hanya diam membisu. Sedangkan Heni? Dia tertawa.
"Mampus lo! Lo itu harusnya mandiri! Dan juga tahu diri! Bukannya malah ngemis-ngemis buat minta uang! Lo itu gak cocok buat pakai uang Papa!" bentak Heni.
Dalam hati, Aluna berdecih. Bagaimana bisa? Harusnya Aluna-lah yang memakai uang itu. Seharusnya Aluna tidak bekerja, melainkan Heni yang bekerja, karena sudah kuliah. Kuliah sambil bekerja juga bisa.
Heni Yulianti Damian, hanya menumpang nama / marga 'Damian' saja di keluarga ini. Para keluarga Damian saja, sangat menyayangi Heni, tidak dengan Aluna, yang sangat dibenci oleh keluarganya.
Aluna segera berlari dan bergegas menuju kamarnya.
***
Saat berada di dalam kamarnya, Aluna meraih ponselnya, dengan keadaan yang masih sesenggukan.
Ada pesan dari nomor yang tidak dikenal. Sudah satu Minggu ini, orang itu menyampaikan pesan lewat WhatsApp.
+62 8××××
|Halo, Aluna. J. F. harap, kamu bersabar, ya? Sebentar lagi, kebahagiaan akan datang. Sudahlah, jangan bersedih lagi. Jangan menangis lagi. Hapus air matamu. Jangan biarkan air mata yang berharga itu menetes lagi. J. F. Merindukanmu. Good Night, Aluna.😊
[Apk : WhatsMock]
Aluna hanya tersenyum membaca pesan tersebut. Sepertinya, ini bukan cowok, namun cewek.
Setelah itu, Aluna merebahkan tubuhnya, dan matanya terlelap, dengan ponsel yang masih berada di genggamannya.
***
Author / Note :
Hai, bagaimana dengan cerita dari part awalnya? Seru? Feel-nya dapat tidak? Aku harap, iya.
Jangan lupa, untuk Vote, Komen, dan juga share cerita ini kepada teman-teman atau saudara kalian juga, ya!
Bogor - 11 Maret 2021
12.31 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUNA [SLOW UPDATE]
Teen FictionSok di follow dulu akun aku nya *** Cover ©Pinteres Copyright ©2021cyanviolet Cerita ini, hasil dari pemikiran ku. Jika ada kesamaan, mohon maaf. Dari latar, nama, atau apapun itu, yang memiliki kesamaan, aku mohon maaf, ya. Plagiat? Silahkan keluar...