Pukul 08.00 pm. Sosok laki-laki yang tiada hentinya menatap pintu masuk. Matanya melotot seakan tak kedip. Kedua tangannya dimasukkan di saku celananya. Berdiri tegap kadang jalan sana-sini. Setiap kali lonceng pintu masuk berbunyi, ia selalu fokus pada orang yang memasuki kafenya. 2 menit 5 menit. Ia tetap menatap pintu masuk itu.
Mita yang duduk dikursi kasir. Merasa lelah melihat bosnya mondar-mandir. Kesal karena bosnya menunggu cewek yang dianggapnya musuh. Karena Mita takut kalo bosnya direbut sama cewek itu.
"Mau saya telponkan dia?"
"Tidak usah"
"Mau saya buatkan teh?"
"Tidak perlu"
"Mau saya ..."
"Jaga saja kasir dengan baik"
Mita terdiam. Setiap kali ia mencari muka. Jawabannya selalu singkat, padat dan jelas. Tapi hal itu membuat ia tak berhenti untuk terus mendekati bos yang jomblo itu.'Emang aku siapa? Berharap ia lebih dulu datang kepadaku dan memberitahuku'
Kafe mulai ramai. Tapi tak ada satupun tanda kedatangan gadis itu. 15 menit ia mematung. Laki-laki itu mulai merasa lelah. Ia memutuskan untuk duduk dikursi dekat pintu masuk. Rasa berharapnya tiada henti. Seakan ia menanti kedatangan anaknya saja."Sepertinya bos kecapekan. Bos bisa pulang dulu, saya yang akan menutup kafenya" ucap Mita yang dari tadi prihatin pada bosnya. Hmm.Tak ada jawaban dari laki-laki dingin itu. Ia melipatkan tangannya dimeja dan kepalanya berada diatasnya. Sepertinya ia tertidur.
2 jam berlalu lonceng pintu berbunyi. Pertanda ada yang masuk. Ia tersentak. Menoleh ke arah pintu masuk. Nihil. Yang muncul bukan orang yang ditunggu-tunggu. Ia memutuskan keluar, melihat tanda-tanda orang yang ia nanti. 5 menit ia berjaga layaknya satpam. Tapi keberadaannya tak terlihat juga. Ia memutuskan untuk masuk, dan kembali ketempat duduknya tadi.
"Apakah bos berubah pikiran? Mau saya telponkan?""Tidak. Saya takut mengganggu dia" jawabnya datar.
Ia menyandarkan dirinya di dinding. Setiap kali lonceng pintu berbunyi ia selalu menoleh. Rasanya ingin melepas lonceng yang membuat ia berkali-kali menoleh.
'mungkin ia langsung ke kostnya'. Batin laki-laki itu. Berusaha menghilangkan pikiran yang tidak-tidak pada gadis itu.
5 menit berlalu. Kafe mulai sepi. Mungkin menyisakan 10 orang. Dan suara lonceng berbunyi lagi. Gadis berbadan tinggi dengan rambut diurainya dan tas yang menggantung bahunya.
"Aku lelah" lirih gadis itu.
Laki-laki itu sontak melihat orang yang masuk. Rasa kantuknya hilang. Gadis yang ia nanti-nanti akhirnya datang juga"gimana?" kedatangannya langsung disambut oleh pertanyaan.
"Seperti yang dipikirkan" jawabnya.Ia mendekati laki-laki itu dan duduk dikursi depannya.
"Lulus?"
Gadis itu hanya senyum datar karena lelahnya yang tak karuan.Lelaki yang duduk didepannya, segera berdiri, mengambil posisi yang tepat untuk...
"Hai kalian! Para pengunjung!!Pengumuman pegawaiku lulus skripsii dan aku sangat senang mengetahuinya karena itu semua pesanan gratis!""Mas Agya?!"
"Selamat yaa. Saya sebagai kakak pura-pura sangat bahagia mendengar adiknya lulus dari perjuangan"
"Mas Agya?!!"
"Impianmu tercapai bukan? Saya pernah merasakan saat impian saya tercapai, wujud didepan mata saya sendiri dan itu sangat... Sangat.."
"Mas Agya, mau saya pulang kerumah?"
Kegirangan laki-laki yang bernama Agya itu meringsut. Ia ingat akan janji gadis itu. Ia tak ingin gadis itu pergi, ia ingin gadis itu menetap disini selain sebagai pegawai kafe.
Agya kembali duduk. Menatap lamat-lamat gadis tepat didepannya yang menundukkan kepalanya. Semuanya terdiam begitu lama. Dan akhirnya Agya memutuskan untuk bicara.
"Memang itu keputusanmu. Itu janji 2 tahun yang lalu. Itu sebuah masalalu yang menjerat masa depan. Dan aku sadar aku siapa, aku tidak bisa melarangmu untuk kembali. Dan kafe ini selalu menerimamu kapan saja".
"Saya ngga mau pulang. Saya terlanjur nyaman dengan tempat ini. Saya bebas melakukan apapun disini, saya bebas berekspresi, saya bebas. Saya cinta tempat ini begitu pun kepada pemiliknya".
"Apakah kamu akan berlama disini?"
"mungkin setelah wisuda aku akan pulang" kepalanya menunduk. Berusaha mengurangi kepenatannya.
Setengah jam berlalu begitu cepat. Gadis itu terlelap dikursi yang ia duduki. Agya tak ingin membangunkannya. Ia berbisik ditelinga gadis itu
"Saya pulang dulu. Kamu yang menutup kafenya yaa. Tenangkan dirimu. Saya pergi"Lonceng yang menggantung didekat ambang pintu berbunyi. Laki-laki itu keluar tanpa berbalik tuk melihatnya.
.
Bukankah sebuah kegembiraan? Mendengar 3 kata yang dilontarkan penguji, 'Selamat Kamu Lulus'. 4 tahun perjuangan. Yang setiap detiknya mengandung bawang. Yang setiap langkahnya terseset oleh duri. Masalalu yang membuatnya terjun di masa ini. Kemurungan. Kesedihan. Keniscayaan menjadi realita.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEA
General FictionMemang kehidupannya sangat sederhana. tapi mereka yang memaksa untuk tidak menjadi dirinya sendiri. Menjadi diri orang lain yang dibentuk olehnya. Tapi nyatanya seberapapun merubah orang lain, ia akan tetap menjadi dirinya sendiri. Kita tak perlu me...