Kabur

8 0 0
                                    

Angel terlahir sebagai anak orang kaya. Apapun yang dia inginkan, dia dapatkan. Tapi, yang menjadi permasalahan besar adalah dia capek disalahin terus-terusan karena ulah Cio, adiknya yang gila itu. Bukan gila beneran. Tapi, adiknya itu selalu playing victim. Angel korbannya tapi adiknya yg memelas seolah korban.

Sebenarnya mamanya tahu, tapi mamanya meminta angel untuk terus selalu mengalah karena kalau adiknya mengamuk, tak ada yang berani menghentikannya, marahnya selalu meledak ledak. Banting-banting barang, nendang pintu, ngerusak barang. Itu mengapa Angel menyebutnya gila.

Sedangkan ayahnya juga takut untuk sekedar menghentikan anak keduanya itu. Semakinlah senang Si Cio karena seakan bisa menguasai atau bahkan mengendalikan. Adiknya itu selalu saja mencari kesalahan-kesalahan kakaknya. Padahal Angel tak pernah mencari-cari kelakuan cacat adiknya. Tapi mengapa ia selalu dicela hingga luka batinnya.

Malam itu Angel keluar dari rumah karena sudah muak dengan seisi rumah itu.
"Cukup, Ma, Pa. Kalo kalian udah nggak pengen aku disini, aku pergi"
"Oo berani ngancem, kamu?"

Air mata Angel mulai membasahi korneanya. Nada bicaranya seperti ingin menangis tapi masih ditahan.

"Ya karena gue udah muak sama lo - lo semua. Paham? Capek tau, di suruh ngalah terus. Dia yang salah aku yang di maki-maki. He always playing victim. Sekarang puas kan kalian kalau aku pergi, have fun with your lovely son", pungkasnya.

Mungkin mereka lupa betapa bahagianya mereka saat pertama kali aku di dunia. -Angel

Angel menuju garasi untuk memasukkan kedua koper yang diseret di tangan kanan-kirinya ke dalam mobil. Papanya sempat menahannya hingga terjatuh karena Angel mendorongnya. Mamanya langsung sigap membantu papanya yang jatuh.

"Apasih, Pa. Papa pikir aku ga bisa berontak? Masih belum cukup puas nyiksa aku disini? Semua yang aku lakukan disini, selalu salah. Bahkan ngelakuin kesalahan terkecil pun, segala kebaikanku sama sekali tidak ada artinya. Sedangkan si Cio sudah jelas-jelas salahpun malah di baik-baikkin, di elus. Go to the hell, bitch!"

Angel segera membuka bagasi Mini Coopernya. Dua koper besar pun dimasukkan ke dalam bagasi. Mobilnya hampir penuh, karena hampir sebagian barang kesayangannya dibawa Angel pergi. Dari siang tadi ia sudah mengemas ke dalam mobil koleksi tas, sepatu, dan seluruh pakaiannya yang akan di bawa pergi. Semua barang yang bisa di bawa, akan dibawa oleh Angel. Bahkan sampai ada yang dipangku.

Angel segera pergi meninggalkan rumah. Ia menangis sesenggukan, mengeluarkan segala dendam yang ada di batinnya yang mengendap selama bertahun-tahun.

Ia segera mencari ATM terdekat untuk segera mentransfer uang-uang dari debit card yang di fasilitasi papanya ke rekening pribadinya sendiri, yang papanya tidak tahu.

Karena Angel tahu bahwa rekening yang dari papanya akan di blokir. Angel kemudian berhasil mentransfer semua uang yang ada.

Hujan pun turun, ia segera masuk ke mobil. Ia segera mencari apartemen di luar kota tentunya, untuk sementara waktu.

Setelah keluar dari parkiran, ia merasa ada mobil yang membuntutinya. Angel menambah kecepatanya hampir batas maksimal. Angel berulang kali matanya mengintai spion. Sampai pada lampu merah yang Angel terobos, sepintas bis pun lewat dengan kencang. Angel menginjak rem sangat mendadak. Suara ban mobilnya pun sampai berbunyi.

Bury A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang