[iii.]
Hari ini Jimin berencana untuk pergi ke perpustakaan kampus. Ingin segera menuntaskan karya tulis ilmiahnya agar cepat lulus. Tidak seperti kemarin, hari ini Jimin sudah beribu kali memastikan jika penampilannya sudah cukup enak dipandang. Kaos putih yang dipadukan dengan kemeja kuning kotak-kotak hitam, jeans hitam yang menempel membentuk kaki jenjangnya, dan rambut yang dibelah tengah.
Setelah bersolek dan meyakinkan diri penampilannya pas untuk digunakan ke kampus, Jimin beranjak dari apartemennya. Taehyung sudah berangkat lebih dahulu karena harus menemui pembimbingnya dan sudah menitip pesan untuk menunggunya di perpustakaan (setidaknya) sampai jam waktu makan siang.
Hangatnya angin musim semi membelai tubuh Jimin saat ia keluar dari gedung apartemennya. Kaki jenjangnya segera bergegas membawa dirinya ke halte bus, rambut hitamnya yang terkadang tersapu menutupi matanya sesekali ia balik rambutnya kebelakang.
Saat Jimin sudah mulai mendekati halte bus, bus biru yang selalu mengantar Jimin ke kampus tiba di depan halte. Jimin membawa langkahnya berlari menuju halte, mengejar bus agar tidak tertinggal. Ketika langkahnya sudah berada depan pintu bus, Jimin segera menempelkan kartu dan berjalan ke bangku bagian belakang bus.
Menyandarkan badan ke jendela, membiarkan angin musim semi menyapa wajahnya yang terlihat lelah sehabis berlari mengejar bus. Dadanya masih bergemuruh, nafasnya pun masih memburu.
Karena suasana dan hawa sejuk yang membungkus Jimin menjadi sangat mengantuk. Menaruh tas ransel di depannya dan segera melemaskan badan untuk bersiap tidur sebentar.
Lima belas menit perjalanan tidak ada salahnya bukan untuk tidur?
Matanya terpejam, kepalanya menyandar ke jendela bus yang kacanya terbuka sedikit, dan mulutnya yang menguap sebelum mulai beranjak untuk tidur singkatnya menuju kampus.
Namun, suara kekeh yang berada di sampingnya mengusik Jimin yang sedang menuju perjalanan mimpi singkatnya. Suara kekeh tersebut dibarengi dengan gelengan kepala, "Kalau ingin menguap mulutnya ditutup, Jimin."
Jimin merenggut kesal.
Sesaat membuka matanya, Jimin justru dibuat kaget dengan pemilik suara tadi. Matanya terbuka lebar dengan bibirnya yang menganga.
Min Yoongi ada di depannya dan melihatnya menguap dengan mulut yang terbuka lebar tanpa ia tutup.
"Y-yoongi?" Ucap Jimin terbata. Shit, kenapa ada dia disini?
Yoongi mengangkat alisnya bingung. "Ya, Jim?"
"Sejak kapan ada disitu?" cicit Jimin pelan. Bahkan suaranya hampir terpendam dengan suara mesin dan angin di luar.
Yoongi terlihat berpikir sebentar, mengangkat bahunya dan berkata, "Sejak kau memejamkan mata ... mungkin?" tidak memperdulikan Jimin yang terkejut setengah mati, pemilik rambut platinum blonde yang sedang menggunakan kemeja kotak-kotak hitamnya dan masker yang menempel di wajahnya duduk di bangku kosong sebelah Jimin. "Ada urusan Jim di kampus?"
Jimin menggeleng, "Tidak, hanya ingin mengerjakan revisian di perpustakaan kampus saja." jawab Jimin dengan nada setenang mungkin.
"Memang kalau mengerjakan di apartemen kenapa?"
"Bawaannya pengen tidur terus jika sudah melihat tumpukan kertas revisian."
Yoongi tergelak, suara tawanya yang kecil sangat membuat candu bagi Jimin. "Benar sih, rumah memang seharusnya menjadi tempat beristirahat bukan buat mengerjakan pekerjaan yang membuat pusing."
Selama perjalanan yang diselingi mengobrol dengan Yoongi di sampingnya, hati Jimin selalu mengumpati dirinya yang kadang suka membuat tindakan bodoh.
Lagi-lagi Jimin memalukan diri sendiri di depan pujaan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
da da da da
Short StoryKenapa setiap ketemu si pujaan hati tidak pernah di waktu yang tepat?