1

77 0 0
                                    

"Elsha bangun, udah siang nanti kamu telat sha"
"Elsha"
Tok tok tok tok
"Huff anak ini"
"Kalo kamu telat jangan nyalahin bunda"
"Kalo kamu nanti marah marah awas aja bunda tendang bokong kamu itu elsha"

Di pagi hari baik cerah atau mendung sekalipun teriakan arianti tetap menggelegar bak petir bergemuruh, Arianti Pratiwi Amjoni terkadang lelah dengan kegiatan pagi harinya untuk menggedor pintu kamar putri bungsunya yang telah berumur 18 tahun. Menurut Arianti seharusnya diumur putrinya yg 18 tahun sudah menjadi gadis yg pintar dan dewasa, tapi apalah daya dia tidak dapat memaksakan kehendaknya untuk mengatur kehidupan anak gadisnya.

"Bun, ko pagi-pagi udah cemberut?" Suara itu berasal dari suaminya sendiri Amar Fatah Amjoni

"Itu yah anak gadismu sudah setengah 8 tapi tetap saja susah bangunnya, harus diapain lagi itu yah apa harus kita dobrak pintu kamarnya? terus tentang bokongnya? atau kita siram air dingin biar bangun?"

Ucapan Arianti sungguh menakutkan untuk posisi sebagai seorang ibu tapi begitulah istrinya Amar hanya mampu menggelengkan kepalanya, Amar tau ucapan istrinya disebabkan oleh kekesalan terhadap putrinya itu hanya ucapan semata nyatanya istrinya adalah orang yg sangat menyayangi keluarganya.

Amar teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu saat ia beserta istrinya keluar kota untuk menjenguk sahabatnya. Hari itu membuat Elsa dan Davin harus memakan makanan dari luar karna ia dan Arianti terlambat pulang kerumah.

Flashback
"Mas lebih cepat bawa mobilnya"
"Mas kamu denger aku gak"
"Yah cepet ini elsa sudah menangis sakit perut"
Jangan lupakan air mata istrinya yg mendapat kabar dari asisten rumah tangganya ketika kedua anaknya mengeluh sakit perut karna memakan makanan luar, selama ini Arianti tidak pernah memperbolehkan anaknya memakan makanan luar rumah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Senior HusbandWhere stories live. Discover now