dernier

39 4 0
                                    



Kala Jatuh Cinta Tak Lagi Sederhana

Saat itu bagi kamu merajut asa adalah hal biasa. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan di halaman belakang seusai menyirami bunga-bunga dandelion yang seharusnya aku biarkan saja.

"Buat apa?" tanyamu waktu itu, "Toh, akan tetap hidup kalau pun kamu tidak menyiraminya." Yang dilanjut esok harinya ketika aku masih melakukan hal yang sama.

Kamu mencebik. Aku tersenyum.

Aku sedang merakit perahu besar. Jika, kamu tahu.

Alasanku bersandar selain kepada kekasihku tetapi bukan kamu adalah, bukannya aku tidak mencintaimu. Walau tingkahmu memang selalu seperti itu, aku masih terbayang sesosok yang mengusap suraiku sayang walau kamu telah beribu-ribu kali melakukannya tetapi tidak menghasil efek yang sama.

Kamu bukan dia.

Altair bukan dirinya, si kekasihku yang ada di masa lalu, sedangkan angka tiga belas pada Maret lagi-lagi telah datang.

Maka, aku panggil dengan suara yang teduh rindang di bawah pohon jambu halaman belakang rumah kita, mengucap asma, dan mencium pipimu sesungguhnya termasuk hal yang biasa saja.

Ikatan hubungan kita memang seharusnya seperti itu.

Sepasang cincin, milikku emas tetapi kamu bukan, sudah jelas adalah tanda apa.

Satu kata terucap sayang seperti pagi-pagi biasanya. "Selamat pagi, Altair. Selamat ulang tahun!"

Kamu tersenyum. Lubang di pipi yang biasanya memang nampak tetapi sekarang lebih tampak lagi, kamu mengangguk.

Mengusap suraiku dengan perasaan kembang api yang tiba-tiba saja muncul. Aku merenung sedikit, disenggol kamu dengan sapaan terima kasih lalu meniup lilin di kue.

"Aku sangat mencintaimu, Agalia. Terima kasih," balasmu.

Satu kalimat yang bahkan tersemat asmaku waktu itu bahkan terkesan seperti manisan pala: tetap hangat walau sudah ditaburi gula.

Sejenak aku sadar. Asmaku adalah doa yang benar-benar doa oleh ibu dan ayahku pada Yang Maha Kuasa. Tidak pernah istirahat. Mungkin, maksudnya adalah aku tidak akan pernah istirahat untuk mulai belajar mencintaimu. Mungkin ibu dan ayahmu juga sama seperti ibu dan ayahku yang mendoakan aku, Altair. Kamu Bintang. Bintang kehidupan yang dihadiahkan untukku tanpa aku sadar atas eksistensinya.

Ada letup kembang api dan suara nyaring rel kereta bersemayam pada tubuhku. Dekat, jauh, keras, semakin keras, melemah, menyesuaikan kehadiranmu di sisiku. Ini tidak mudah, Altair, tidak. Perihal jatuh cinta memang tak pernah lagi sederhana. Selalu membuatku berusaha, setengah mati, bahkan hampir mati setengah gila atas perihal kadar romansa manusia.

Aku akan memulai mencintaimu.
Seumur hidupku, aku yakin, aku akan handal.

Selesai.

Selamat ulang tahun Beomgyu!

kala jatuh cinta tak lagi sederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang