Part 3: petaka dan penculikan

318 40 4
                                    


"Akh, sial. Badanku terasa sakit." Samatoki meringis sembari mencoba untuk bangkit dari posisi berbaringnya.

Ia tidak tidur sekamar dengan Ichiro.

Lebih tepatnya, tidak bisa.

Kedua bocah cilik Yamada merengek ingin tidur dengan Ichiro. Ichiro yang terlalu gemas melihat kedua adiknya yang merengek tanpa pikir panjang langsung setuju untuk tidur bertiga.

Sementara Jyuto tidur di kamar Jiro dan Riou tidur di kamar Saburo.

Samatoki? Tidur di sofa ruang tamu. Ia terlalu gengsi untuk tidur bersama dengan bocah cilik. Makanya, ia terbangun dengan tubuh yang terasa sakit karena tidak bisa bergerak leluasa saat tidur. Huft.

Langkah kaki terdengar kemudian, yang ternyata milik Ichiro. Yamada sulung itu berjalan mendekati Samatoki. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Ichiro pada awalnya, ia menatap Samatoki dengan lekat.

'Rambut Samatoki yang acak-acakan karena baru bangun tidur kok bikin makin keren, sih.' Ichiro membatin, 'meski lebih keren waktu pamer jidat.'

"Terpesona dengan ketampananku, eh?"

Perkataan Samatoki membuyarkan lamunannya. "Idih. Pede banget." Ichiro menyangkal sekenanya. Padahal ia memang betul terpesona, namun terlalu gengsi untuk mengaku. Pun kalau mengaku, nanti Samatoki jadi besar kepala.

"Bilang aja iya, sih."

"Diem gak."

"Ck." Samatoki mendecih, "terus, ngapain ke sini? Kangen, ya? Padahal baru gak ketemu kurang dari sepuluh jam doang."

"Apaan? Siapa juga yang kangen!" Ichiro menahan hasrat untuk memukul kepala Samatoki. "Aku mau ngomongin sesuatu."

Samatoki menguap pelan sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. "Ngomongin soal apa?"

"Soal anak-anak."

Samatoki melongo bodoh, "hah? Anak siapa?"

"Masa gak tau?!" Ichiro berujar dengan kesal. "Yang kumaksud itu Jiro, Saburo, Jyuto dan Riou."

".... Jadi kau sekarang adalah seorang mama?"

Ichiro tidak tahan, ia akhirnya menjitak kepala Samatoki. "AKU LAKI-LAKI, BODOH. MANA MUNGKIN JADI SEORANG MAMA."

"BERANI-BERANINYA KAU MENJITAK KEPALAKU!" teriak Samatoki murka sembari mengelus bagian kepala yang kena jitak oleh Ichiro.

"SIAPA SURUH BERKATA YANG TIDAK-TIDAK!"

"Lagipula kau bilang mereka anak-anak, sih! SALAHMU KARENA AKU BERPIKIR KAU SEORANG MAMA."

Ichiro menghela napas dalam. Astaga, ini masih pagi dan Samatoki sudah membuatnya kesal. "Oke, kuralat. Bukan anak-anak, tapi adik-adik."

"Hoo~ Jadi kau sudah menganggap Jyuto dan Riou adik iparmu~?"

"KAN. JANGAN MULAI LAGI."

"Oke, serius." Kini Samatoki menegakkan badan. "Mau ngomongin soal apa?"

"Kurasa kita harus membelikan mereka baju? Tidak mungkin mereka harus memakai baju yang terus menerus sama, 'kan? Apalagi kita tidak tahu kapan mereka akan kembali."

"Hmm." Samatoki terlihat menimbang-nimbang, "aku tidak perlu baju ganti?"

Ichiro memutar bola mata, "kau bisa ambil di Yokohama—atau pakai bajuku, berhubung ukuran tubuh kita tidak jauh beda."

"Hoo? Padahal ukuran bagian bawah ki—" Perkataan Samatoki terputus.

"Kutendang kau keluar."

"— ish, galaknya."

Unexpected [Hypnosis Microphone Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang