06. APA KABAR

619 106 165
                                    

Bab 6
Hadiah itu berupa kebahagiaan. Kalau buruk, itu sih namanya malapetaka

.
.

Vier berlari menuju ruang OSIS, ada 90% kemungkinan besar seseorang yang ingin ia temui berada di sana. Karena ia ingat, bahwa Embun pasti akan sibuk sebelum masa jabatannya sebagai ketua Osis berakhir.

Bruk!!

Tabrakan yang baru saja terjadi itu tidak dapat dihindarkan. Tubuh Vier menabrak tembok sebelum akhirnya jatuh ke lantai, ditambah sebuah beban yang berada di atas tubuhnya.

Vier mendengar suara langkah kaki mendekat, gadis yang jatuh terduduk tidak jauh darinya mendekat sambil mengulurkan sebuah tangan.

"Kei, ayo bangun!" katanya pada teman ceweknya yang menimpa Vier.

Gadis bernama Kei itu meraih kacamatanya yang terjatuh lalu memakainya, saat itu juga matanya bertatapan dengan mata berkarisma milik Vier yang memancarkan sinar siap membunuh.

Tidak ingin berlama-lama di atas tubuh Vier. Kei langsung berdiri dengan wajah merah padam yang terasa membakar pipinya.

Vier bangkit sedetik setelah beban di atas tubuhnya menyingkir.

"Lo berdua nggak punya mata, hah?!" bentak Vier mengisi kesunyian lorong dengan suara serak-serak basah yang mengagetkan.

Kei meneguk air liurnya berat, ia ketakutan. Namun, rasa takut Kei berubah jadi perasaan terharu ketika gadis yang tidak ia tahu namanya itu mengeratkan genggaman tangannya pada Kei.

Naya adalah gadis yang dimaksud Kei. Mereka belum sempat berkenalan. Namun, Kei merasa nyaman dan aman didekat Naya.

Naya menyibak rambut panjangnya, memperlihatkan keseluruhan wajahnya. Dengan cepat ia pun mendongak ke arah cowok pemarah itu.

"LO!!" Vier membulatkan matanya takjub, lalu tersenyum menang. Sambil menujuk wajah Naya dengan jari telunjuknya.

"Lo lagi?" tanya Naya tidak kalah kaget. Tidak ada pertemuan yang baik antara ia dan cowok pengecut itu. Sudah pasti ada nasib sial diantara mereka berdua. Pastinya cowok pengecut itu biang keroknya, sumber kesialan yang menimpa Naya.

Vier menurunkan jari telunjuknya dari wajah Naya. Ia mengangkat sudut bibirnya seperti biasa, meremehkan cewek itu.

"Gue jadi, heran kenapa cewek kampungan kayak lo ada di sini?"

"Lo udah lupa ya rasanya kecebur got! Mulut lo masih aja bau sampah."

Kei berdiri di tengah-tengah pertengkaran Naya dan Vier.

"Nggak kok, makanya gue senang banget ngelihat lo lagi, di sini. Setelah apa yang lo lakuin ke gue." Vier berucap penuh penekanan, sekaligus menatap Naya penuh nafsu. Ia berteriak dalam hati atas kemenangan telak yang ia peroleh.

Ada hal yang harus dibayar cewek kampungan itu kepadanya. Melebihi siksaan hanya tercebur ke got.

"Gue nggak senang ketemu lo, dasar ban--!" Naya yang hampir mengumpat itu langsung terdiam ketika Kei menutup mulutnya, lalu menarik Naya menjauh dari Vier.

***

"Ini duit lo," ucap Naya menyerahkan uang gadis cantik itu.

PANGERAN PERMEN KARETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang