Tuan muda

4 1 0
                                    

Nie menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Jarang baginya keluar kecuali bersama dengan Reas.

"Tuan muda mohon maaf atas kesalahan yang saya perbuat," Nie menolehkan kearah depan toko.

"Jangan beritahu ayah jika aku keluar. Aku hanya keluar sebentar. Kau kira aku anak an*ing yang harus selalu dijaga?" Tempramentnya buruk, batin Nie sembari memperhatikan pertengkaran itu.

"Saya akan carikan restoran kelas atas yang ada di kota ini tuan," Orang itu seakan menghalangi pemuda yang dipanggil dengan tuan muda tersebut.

"Aku ingin hidup menjadi seseorang melarat sehari saja apa kalian tidak mengerti?" lagi-lagi pemuda itu membentak bodyguardnya. Melarat katanya? Apa dia kira makan ditempat seperti ini seperti orang melarat?, batin Nie tak percaya.

"Kau melihat apa Nie?" Javanie terkejut akan Reas yang datang tiba-tiba. "Tidak ada. Kau sudah memesannya?" Reas mengangguk menjawab pertanyaan Javanie.

"Bagaimana cara memesan makanan kaum melarat di sini. Yudi carilah tutorial!" Nie dan Reas menatap tak percaya dengan orang itu.

"Hey Nie bahkan akupun tak mengerti dengan orang itu," bisik Reas berhati-hati. "Tidak baik membicarakan orang tak dikenal bos. Bagaimana jika dia punya indera ke-enam?" Reas bergidik ngeri membayangkan seseorang dengan tempramental seperti itu memiliki indera ke-enam.

Orang itu melirik kearah meja Javanie dan Reas. Nie yang merasa ditatap hanya diam sembari memainkan jarinya. "Tuan muda kami sudah melihat tutorialnya," ujar bodyguard pemuda itu.

"Lalu untuk apa tetap berdiri disitu. Pesankan!" Reas hanya menggeleng mendengarkan percakapan orang konglomerat di depannya. Tak lama makanan yang dipesan Reas telah datang. Nie menyambutnya dengan tersenyum tipis.

"Saya sudah memesan makanan tuan muda," ujar bodyguard yang telah kembali dari meja pegawai. Pemuda langsung duduk di salah satu meja dan memainkan handphone miliknya.

"Makanlah yang banyak Nie. Aku sangat takut jika dilaporkan kepada pihak berwajib dengan laporan telah mempekerjakan pegawaiku dengan buruk," Nie menanggapinya dengan tersenyum sinis "Kau harus menaikkan gaji ku,"

Reas mengernyit. "Aku tak tau apa yang akan kau beli jika gajimu ku naikkan. Lagipula kau juga bukan tipe gadis yang suka membeli banyak barang," Nie meletakkan sendok nya dan menatap Reas dengan malas.

"Jika kau menaikkan gaji ku mungkin nanti aku akan dengan mudah mendapatkan seorang pria. Kau tau? Aku lelah dengan mak comblang diluaran sana yang selalu menjodohkan ku denganmu," ujar Nie sedikit berbisik.

"Sadarlah Javanie. Aku ini Sundareas andrean pesonaku bahkan mengalahkan pemuda di depan kita," balas Reas sedikit berbisik juga karena orang di depan mereka selalu melirik dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus membawamu ke psikolog setelah ini,"

Reas dan Javanie tertawa bersama. Tidak ada istilah bos dan pegawai diantara mereka. Reas sudah seperti kakak untuk Javanie dan Nie sudah seperti adik bagi Reas.

Mereka berdua sadar jika di dunia ini hanya ada manusia yang selalu menginginkan simbiosis keuntungan sepihak maka dari itu jarang sekali baik Reas maupun Nie yang merespon orang lain lebih dari rekan kerja.

"Aku terlalu kenyang. Yudi habiskan makanan yang masih utuh itu. Kau memesan terlalu banyak," perintah pemuda itu kepada bodyguardnya. Entah berapa gaji bodyguard itu namun sepertinya ia sangat patuh dan tidak berani melawan sama sekali.

"Saya tidak berani tuan muda," bodyguard pemuda itu menunduk hormat. "Ibuku selalu memukulku jika membuang makanan. Makan atau ku lempar kau kedalam huta Amazon?" Bodyguard pemuda itu langsung mengambil piring dan melahapnya dengan cepat.

"Ibuku juga sering memukul pantatku jika makan sembari berdiri. Apa duduk di sampingku bisa membuatmu mati?" Tanpa perintah kedua bodyguard bernama Yudi itu langsung duduk didepan tuan mudanya.

"Sebenarnya ia berniat baik. Tapi sepertinya ia tidak tau caranya," guman Javanie dengan tatapan yang tertuju penuh kepada pemuda itu.

"Dia seumuran denganku sepertinya. Ya walau nasib kami sedikit berbeda," balas Reas ikut menanggapi. "Aku kenyang. Yang bayar kau kan bos. Tapi tunggu kau punya uang?" Reas menatap sinis kearah Javanie.

"Kau meremehkan dompetku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang