1. Tabrakan

11 0 0
                                    

"Lebih baik kita cerai!!"

Lagi, kata-kata yang sama terdengar entah yang keberapa kalinya ditelinga gadis itu.

Ia lelah dengan pertengkaran kedua orangtuanya yang sepertinya tiada habisnya, ia pun heran mengapa ibunya tetap berusaha mempertahan-
kan pernikahan dengan ayahnya yang jelas-jelas sudah meninggalkannya.

Ayahnya yang ternyata diam-diam memiliki wanita lain dibelakang ibunya yang menyebabkan keluarga mereka menjadi seperti ini. Hancur.

Rumah yang awalnya dipenuhi canda dan tawa kini telah lenyap, tergantikan oleh teriakan dan isak tangis.

Keluarganya yang dulu menjadi sumber kekuatan, kini hanya menyisakan sesak baginya.

Ayah dan Ibu yang menyayanginya telah tiada, dan kini yang ia dapati sekarang hanyalah seorang ayah yang bengis dan ibu yang acuh tak acuh kepadanya.

Kebahagiaannya pun telah sirna dan yang tersisa hanya kesedihan yang tiada akhir.

Arti cinta baginya pun sudah hilang tertinggal dimasa lalu dan kini hanya menjadi kenangan.

Pada akhirnya ia pun lebih memilih untuk menulikan pendengarannya dan pergi tidur berharap hari esok menjadi lebih baik untuknya.

Walaupun ia tak yakin apakah semesta akan mengizinkan dirinya untuk berbahagia.

--------

Tanpa terasa pagi pun telah tiba, terlihat sang mentari mulai menampakkan eksistensinya disebelah timur.

Kicauan burung terdengar merdu dipagi hari.

Mungkin saat ini menjadi pagi yang indah bagi sebagian orang, tapi tidak untuknya.

Tidak untuk hari ini, hari esok atau mungkin selamanya.

Ia merasa lelah untuk menanti kebahagiaan datang kepadanya.

Sudah, daripada terlarut dalam kelamnya suasana hati dan sebelum mendengar lagi teriakan dari kedua orangtuanya gadis itu memilih untuk bangkit dari ranjangnya dan bersiap untuk pergi kesekolah.

--------

Sesampainya disekolah ia pun langsung menuju kekelasnya, karena
terlalu tergesa-gesa ia tidak terlalu memperhatikan jalanan dan akhirnya menabrak seseorang.

Brakk

"Aww, tambah tepos nih pantat gua," katanya sambil meringis dan membayangkan keadaan pantatnya yang pastinya akan semakin tepos karena beradu dengan kerasnya ubin sekolah.

"Makanya kalau jalan hati-hati," kata lelaki yang baru saja ia tabrak tadi.

Karena tak enak hati laki-laki itupun mengulurkan tangannya kepadanya.

Ia pun dengan senang hati menerima uluran tangan dari lelaki itu, cogan uyy, rezeki tidak boleh ditolak pikirnya.

"Sandhya Aditama " gumam lelaki itu sambil melihat kearah nametag
-nya, iya itu namanya sontak Sandhya  pun terkejut dan langsung menutupi dadanya.

"HEH, NGAPAIN LU LIAT-LIAT DADA GUA!" teriaknya spontan kepada laki laki dihadapannya.

Seketika laki laki itu pun langsung gelagapan "E-eh nggak gitu, gua nggak sengaja niat gua cuma mau liat nametag lu kok. Lagian lu tepos apanya yang mau diliat ... ." kata lelaki itu dengan kalimat terakhir yang dilirihkan.

"APA LU BILANG, NGAJAK RIBUT YA LU!!" hilang sudah image tampan yang baru saja Sandhya sematkan pada lelaki dihadapannya ini, dengan perasaan kesal ia memilih pergi dengan langkah yang dihentak hentakkan.

"Lucu, sampai bertemu lagi Sandhya..." Akhsa pun terkekeh kecil, lalu pergi kearah yang berlawanan dengan Sandhya.

Ada hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu.

--------

Sandhya pun sampai dikelasnya dengan muka ditekuk, hal itu membuat teman sebangkunya Azkia Danendra cukup bingung.

Pasalnya jarang sekali temannya ini datang dengan wajah kusut seperti itu, biasanya Sandhya akan datang dengan senyuman yang lebar seperti orang gila.

Senyum palsu yang tidak disadari oleh siapa pun tentu saja, bahkan ia sekalipun.

Sandhya pun berjalan kebangkunya lalu membanting tasnya.

"Lu kenapa dah?" tanya Azkia kepada Sandhya yang kelihatannya masih betah dengan ekspresi kesalnya.

"Masa tadi gua tabrakan sama cowok di koridor, terus dia ngatain gua tepos," adu Sandhya padanya.

"Ya kan lu emang tepos," kata Azkia dengan tampang watadosnya sambil mengelap tangan bekas makan bakwannya ke rok Sandhya.

"He'em pinter ye udah ngatain gua, ngelap tangan bekas jajanan ke rok gua lagi, emang minta disantet lu," kesal Sandhya

"Heheh piece." Azkia pun hanya terkekeh sambil membuat gaya piece dengan tangannya.

"Eh btw kok lu-"

Omongan Azkia terpotong karena wali kelas mereka pak Johnny masuk ke kelas dan di ikuti seorang murid laki laki.

Murid pindahan sepertinya, terlihat dari seragam yang ia kenakan tampak berbeda dengan yang lainnya.

Sebentar itu kan laki laki yang ia tabrak tadi!?!

"Selamat pagi anak anak, bapak membawa murid baru dia pindahan dari SMA kembang tujuh rupa. Mohon perkenalkan diri kamu," kata pak Johnny lalu mempersilakan murid baru itu untuk memperkenal-
kan diri.

"Perkenalkan nama saya Akhsa"

Degg

Sontak jantung Sandhya seakan akan berhenti.

Akhsa.... nama itu kan.

Murid baru bernama Akhsa itu pun menoleh kepada Sandhya yang masih terkejut, lalu tersenyum penuh arti.

Senyuman yang sepertinya pernah Sandhya lihat sebelumnya, senyuman yang bahkan mengalahkan indahnya pelangi.

Dan tanpa sadar Sandhya pun membalas senyuman Akhsa dengan senyuman miliknya.

Senyuman tulus yang setelah sekian lama tercetak dibibirnya.

👉 To Be Continue 👈

----------

Akhsa Maheswara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhsa Maheswara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhsa || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang