04. Let's Talk

203 40 11
                                    

Tubuh Wheein terjungkal saat sesuatu menendang punggungnya keras. Matanya mengerjap pelan lalu mulai meregangkan tubuhnya hingga setengah lingkaran.

"Jam berapa sekarang?" gumam Wheein dengan suara khas bangun tidur, "Argh... punggungku sakit" omelnya yang harus rela tidur di lantai karena kamarnya dikuasai oleh Solar sedangkan sofa ruang tengah ditempati oleh Moonbyul.

Wheein terbangun dan mengucek matanya, aroma sup hangat segera tercium di indra penciumannya. Membuat wanita itu segera membuka mata lebar-lebar.

"Unnie?" tanya Wheein tak menyangka bahwa Solar sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Bangunkan Moonbyul sekalian, makan siang akan segera matang."

"Makan siang?" Wheein memiringkan kepalanya, dia pikir sekarang masih pagi? Tapi mengingat mereka baru pulang pukul tiga dini hari, wajar saja kalau mereka bangun saat makan siang.

Tapi bukankah itu berarti Moonbyul sudah tidur terlalu lama?

Wheein segera menoleh pada sosok yang masih pulas di atas sofa. Tangannya dengan nakal memijat hidung Moonbyul agar wanita itu tak bisa bernafas dan terbangun.

"Ugh.. ugh... " tangan Moonbyul menggapai-gapai hingga akhirnya dia membuka mata. "Aish.. sial! Kupikir aku tenggelam dan mati!" umpat Moonbyul menendang tubuh Wheein.

"Bangun! Mau sampai kapan kau tidur" balas Wheein terkekeh lalu pergi meninggalkan Moonbyul menuju kamarnya.

"Ya! aish.. bocah itu!" omel Moonbyul belum menyadari keberadaan Solar disana."Hah... jam berapa sekarang? Apa Yongsun tidak mencariku?" Moonbyul mengecek ponselnya lalu segera berdiri dengan mata membulat, "Gawat-gawat-gawat, bagaimana keadaanya sekarang, dia pasti sangat marah padaku" Moonbyul segera berjalan pergi keluar.

"Memang" balas Solar yang sejak tadi melihat tingkah istrinya.

Mendengar suara istrinya, tubuh Moonbyul  seketika membeku layaknya ikan yang dibekukan sebelum dijual. Sementara itu kakinya bergetar seperti baru melihat pelaku pembunuhan berantai.

"Aku memang sangat marah padamu" lanjut Solar meletakkan peralatan makan dengan kasar.

Membuat Moonbyul bergidik ngeri dan menarik nafas pun susah rasanya.

"Sekarang pulang lalu mandilah, aku ingin bicara sesuatu denganmu nanti" tutup Solar dan Moonbyul pun segera kabur dari rumah Wheein.

Tak lama berselang, Wheein kembali dengan wajah segar. Dia baru saja selesai mandi dan berganti pakaian.

"Apa makanannya sudah matang?" tanya Wheein dengan wajah berbinar. Bangun tidur dan dimasakkan oleh Solar adalah mimpi yang menjadi nyata bagi Wheein.

"Loh... kenapa dipisahkan?" wajah Wheein berubah bingung saat Solar memisahkan sup menjadi dua mangkuk.

Solar membalas kebingungan Wheein dengan senyuman, "Aku membagi sup nya untuk Moonbyul dan diriku."

"Tunggu, kita tidak makan bersama?"

Kembali Solar memberikan senyumannya pada Wheein, "Lain kali ya, terimakasih untuk makanannya" balas Solar membawa semangkuk sup dan dua mangkuk nasi.

Wheein menghela nafasnya dalam. Rupanya mimpi tak akan pernah menjadi kenyataan.

Di rumah, Solar sudah menunggu Moonbyul menyelesaikan mandinya yang sengaja dibuat lama. Solar tahu ini taktik Moonbyul untuk mengulur waktu lebih banyak.

Tapi sayangnya Moonbyul lupa kalau hari ini adalah hari libur, jadi sekalipun dia mengulur waktu hingga setengah hari pun, hal itu tak berpengaruh apapun.

NEIGHBOR [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang