Gift

14 2 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku perlahan duduk di kursi halte dekat rumahku sembari membuka handphone. Ah ada pesan belum terbaca dari seseorang. Lantas aku segera membacanya.
'Saya lagi otw nih, tunggu di halte ya.'
Sontak aku tersenyum membaca pesan tersebut. Aku pun membalasnya dengan riang.
'Hati-hati di jalan, Pak Taka.'

Selang beberapa menit kemudian, muncullah Pak Taka dengan motornya yang berhenti tepat di depan halte. Ia membuka kaca helmnya dan tersenyum kikuk padaku.
"Maaf ya, tadi masih ada urusan dengan client. Jadi terlambat begini."

Aku tersenyum kembali. Ku ambil tas ransel yang tergeletak di kursi halte, lalu menghampiri pria tersebut.
"Nggak apa-apa pak. Malah saya yang ngerepotin bapak nih."

Pak Taka terlihat mengernyitkan dahinya. "Kita kan sudah janjian, ya harus saya tepatin dong. Udah yuk naik, keburu hujan." Sahutnya. Aku menganggukkan kepalaku dan segera memakai helm yang diberikannya padaku lalu naik ke boncengan motor tersebut.

Tak lama kemudian sampailah kita di sebuah toko buku yang cukup terkenal di daerah sini. Aku memang sedang mencari buku referensi untuk tugas sekolahku. Karena aku tidak bisa naik motor dan kakakku sedang sibuk dengan pekerjaannya, Pak Taka menawariku untuk menemani ke toko buku. Sangat baik bukan?

Motor sudah terparkir dan kita segera memasuki toko tersebut. Berbagai buku berjejer rapi di setiap raknya. Aku dan Pak Taka pun melenggang pergi mencari buku yang ku perlukan. Pak Taka juga terlihat asik melihat buku resep masakan dan memperlihatkan isi buku tersebut padaku. Sasuga Takamama, pikirku.

Setelah aku menemukan buku yang ku cari, kami berkeliling dahulu melihat komik yang baru saja rilis. Kami  banyak bertukar cerita tentang game dan komik yang kami sama-sama suka sambil bercanda gurau.

Aku melihat jam tanganku dan terkejut melihat jarum jam tersebut. Aku menepuk pundak Pak Taka dan menunjukkan jam tanganku padanya. "Pak, udah jam 7 ternyata."

Pak Taka juga tampak terkejut dan sedikit terkekeh. "Astaga, lama juga ya kita disini. Sampai lupa waktu." Aku yang mendengar perkataannya juga terheran, toko buku memanglah tempat yang asik untuk menghabiskan waktu senggang. "Pulang yuk, awannya udah tebel banget tuh." Lanjutnya lagi, sambil melihat ke arah jendela besar di toko tersebut. Aku mengganggukkan kepalaku tanda setuju.

Jalanan di kota saat perjalanan pulang terlihat sepi. Sepertinya mereka tahu bahwa akan turun hujan dan memilih untuk tidak keluar rumah. Saat itu pula aku merasakan adanya rintik hujan turun dari langit gelap tersebut.

Kurasakan Pak Taka sedikit terkejut ketika rintik tersebut mulai menjadi buliran air yang semakin banyak. Ia pun menepikan motornya ke emperan toko yang terlihat sepi dan bisa dijadikan tempat untuk meneduh. Kami turun dari motor seiring dengan hujan yang semakin deras.

"Ah tahu begitu saya bawa jas hujan. Saking terburu-buru saya jadi lupa." Keluh Pak Taka sambil melepas jaketnya. Ia melihatku agak kedinginan karena tak memakai jaket. Lantas ia memakaikan jaketnya pada tubuhku. Aku yang terkejut segera melihatnya. "Nggak usah pak, nanti bapak kedinginan."

Pak Taka masih fokus memakaikan jaketnya padaku. "Ini juga salah saya tidak membawa jas hujan." Sahutnya. Aku tersipu malu karena dengan bodohnya tak membawa jaket di saat suasana mendung seperti tadi.

"Padahal hari ini hari spesial, jadi nggak spesial ya. Yang penting sudah ke toko buku."

Perkataan Pak Taka itu membuatku membelalakkan mata. Ah ya! Aku ingat sesuatu. Hari ini kan hari ulang tahun Pak Taka! Hadiah sudah ku siapkan di tas ransel, tapi kenapa aku lupa? Apakah harus kuberikan sekarang? Apakah ini waktu yang tepat?

Aku menundukkan kepalaku sambil memainkan jemari di tanganku yang mendekap tas ransel sambil memikirkan waktu yang tepat untuk memberikan hadiah padanya. Pak Taka melihatku dengan ekspresi bingung. "Kamu kenapa? Sakit?"

"Anu... Pak.." Aku menggigit bibirku, kebingungan. Aku segera mengeluarkan sebuah bingkisan dengan pita cantik berwarna biru dan memberikannya pada Pak Taka. "Selamat ulang tahun, pak. Maaf saya lupa." Lirihku.

Pak Taka yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Aku yang masih menggenggam bingkisan tersebut pun semakin bingung dengan reaksi Pak Taka. Setelah meredakan tertawanya, ia menerima hadiah yang ku berikan sambil tersenyum. "Terima kasih ya. Ternyata kode-kode saya tadi berhasil mengingatkanmu ya?" Kembali, ia tertawa kecil.

Wajahku memerah malu. "Karena terlalu asik berkeliling dan berdiskusi sih jadi lupa, pak." Kataku. Pak Taka tersenyum sembari menepuk pelan kepalaku. "Sekali lagi terima kasih ya. Maaf membuatmu harus kehujanan."

Aku tersenyum riang. "Sudah lama saya nggak kehujanan naik motor, pak. Sekali-sekali hehe. Oh ya, hadiahnya dibuka di rumah aja ya pak, nggak surprise nanti." Terangku. Pak Taka mengacungkan jempolnya dan mengedipkan sebelah matanya tanda setuju yang membuatku semakin tertawa.

Awan gelap perlahan menghilang dari langit. Hujan pun mulai reda dan meninggalkan banyak jejak berupa genangan air di jalan depan emperan toko yang kami singgahi. "Sudah terang pak, kita pulang yuk."

Pria tersebut mengambil kunci motor yang berada di saku celananya dan segera menaikinya. Ia mengayunkan tangannya menandakan agar aku cepat menaiki boncengan motornya. "Jaketnya jangan dilepas, dipakai saja ya." Ucapnya.

Aku mengiyakan ucapannya tersebut dan lekas melesat menuju rumahku.

Si Mamat makan semangka
Lagi apes dimakan Lulu
Selamat ulang tahun Pak Taka
Semoga sukses selalu!




- FIN -










Author's note:

Sekali lagi selamat ulang tahun buat Pak Taka! Ini dadakan banget short fic nya, bikin cuma dalam waktu 3 jam dan bingung harus post dimana. Akhirnya post disini aja deh karena dah berdebu juga.

Maaf kalau banyak typo dan banyak yang aneh. Sekali lagi, buatnya dadakan jadinya yang terlintas di pikiran ya ketik aja gitu T_T

Makasih buat lobaktachi yang mungkin kebetulan mampir baca fic aneh ini. Selamat berhalu buat kalian hehe. ❤️

GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang