1. Her assumtion

608 35 8
                                    

Aku tau aku telah menjadi tetangga yang menyebalkan saat mendapati diriku sendiri tengah menekan bel apartment Sehun di waktu yang selarut ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tau aku telah menjadi tetangga yang menyebalkan saat mendapati diriku sendiri tengah menekan bel apartment Sehun di waktu yang selarut ini. Sebenarnya aku bisa saja meminta paman Jo untuk menolong ku hanya saja mengingat kondisinya yang dipertengahan lima puluhan membuatku tidak tega untuk melakukannya. Meskipun aku yakin dia tetap akan membantu ku dengan senang hati.

Aku baru saja pindah ke unit apartment nomor 511 satu bulan yang lalu dan selama itu pula hanya paman Jo dan Sehun yang aku kenal. Paman Jo adalah penghuni unit 510, ia adalah pria tua yang ramah dan hangat. Kami sering bertemu saat kami hendak pergi bekerja di pagi hari. Kami akan menaiki lift bersama dan berbagi obrolan ringan di pagi hari, ia membuatku merasakan aura positif setiap kali bertemu dengannya. Paman Jo pernah bilang ia bekerja di salah satu perusahaan kontruksi yang letaknya tak jauh dari gedung apartment ini.

Lalu Oh Sehun, penghuni unit 512 yang letaknya di ujung lorong lantai 5 gedung ini. Dia hanya lelaki tampan berumur di akhir dua puluhan dan dia seorang Gay. Sejujurnya aku bukanlah orang yang akan memusingkan orientasi seksual orang lain. Aku bahkan tidak peduli sama sekali. Hanya saja dinding apartment ini tidak cukup aman untuk menahan suara-suara erotisnya setiap kali ia dan partnernya berbagi kenikmatan. Suara laknat itu membuatku terganggu. Aku juga pernah mendapati seorang lelaki cantik keluar dari tempatnya dan memberikan sebuah kecupan di pipi Sehun sebelum ia pergi. Uh, pasangan yang manis bukan ?. 

Aku masih menganggapnya seorang Gay hingga detik dimana ia berhasil mendaratkan bibirnya pada milik ku. Mencium ku. Melumat bibir ku dengan cara yang tak pernah aku bayangkan. Tangannya menahan tengkuk ku. Membuatku terkunci hanya padanya. Ciumannya terasa nikmat dengan aroma bir yang terasa diantara kami dan membuatku terlena detik itu juga.

Sehun kemudian mendorong ku semakin bersandar dipunggung sofa. Menekan dada kami satu sama lain. Membuatnya semakin mengeratkan kungkungannya pada tubuh ku. Lidahnya menuruni leher ku seraya menuju tulang selangka ku dan terus bergerak hampir mendekati dada ku. Sehun kembali menekan tubuhnya padaku. Membuatku dapat merasakan kejantanannya yang mulai tegang dibalik celana rumahan yang ia kenakan. Tunggu dulu. Apa ia baru saja ereksi ?

"Sehun, berhenti. Tunggu dulu."

Aku mencoba menarik kesadaranku kembali. Seingatku, aku hanya akan menemaninya minum bir sebagai rasa bersalah ku karena telah membuatnya terganggu selarut ini. Membuatnya melakukan perbaikan pada keran kamar mandiku meski aku tetap harus memanggil teknisi pagi nanti.

Saat itu Sehun menyadari bahwa aku masih mengenakan jubah mandiku ketika aku pergi menekan bel apartmentnya. Ia berinisiatif menawarkan kamar mandinya untuk aku gunakan menyelesaikan kegiatan ku yang sempat tertunda. Selesai membersihkan diri, Sehun memintaku untuk menemaninya minum bir. Dia bilang aku membuatnya tidak bisa tidur kembali. Lalu entah bagaimana kami berakhir dengan berbagi ciuman panas disofanya dan hampir saja aku melupakan fakta bahwa lelaki ini adalah seorang gay.

"Sssh, Suzy.."

Nafas Sehun sama beratnya denganku. Wajahnya memerah dengan matanya yang terselimuti kabut gairah. Aku melihat keinginan yang sama besarnya dengan yang aku rasakan. Mengingat kejadian panas yang baru saja terjadi dan melihatnya terangsang seperti ini, perlahan menghancurkan asumsiku bahwa ia seorang gay.

Gay Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang