End : Your Eyes on Me

2K 222 23
                                    

Saat Bakugou membiarkan Todoroki tidur di sebelahnya. Kenyataan bahwa kini hubungan mereka berdua bukan hanyalah sekedar teman sekelas terasa lebih nyata.

Bakugou menoleh ke sebelahnya. Melihat wajah damai Todoroki membuatnya tersipu. Ia memberanikan diri untuk membelai rambut kekasihnya. Sesuai dugaannya setiap helai yang berbeda warna itu terasa lembut di permukaan kulitnya. Todoroki mempunyai rambut lurus yang indah, tidak seperti rambut jabriknya yang seolah bisa menusuk orang.

Dadanya terasa penuh dan sesak. Bakugou kembali menatap bukunya lalu membacanya. Tidak ada satupun huruf yang masuk kedalam kepalanya. Sesekali ia mencuri pandang ke lelaki yang tertidur di sebelahnya----perasaannya ini adalah bukti ia juga menyukai Todoroki kan? Karena sampai saat ini pun dia belum berani menyatakan perasaannya sendiri.

"Kenapa pula aku harus jatuh cinta pada bedebah satu ini!!? batinnya berteriak kesal bukan kepada siapapun. Semuanya hanya kebetulan, tidak ada alasan yang pasti. Hanya satu yang di ketahuinya, perhatian Todoroki terhadapnya membuatnya jatuh cinta pada pemuda tersebut.

Setelah puas berdebat dengan batinnya sendiri. Barulah Bakugou merasa lebih tenang. Ia kembali membuka bukunya dan membacanya, kali ini dia mampu mencerna setiap kata yang tertera di atas halaman buku.

OXO

Malamnya, setelah selesai makan malam dan mandi. Mereka berdua saling berbagi futon. Salahkan Todoroki yang mengundang orang menginap tapi tidak punya futon cadangan, akhirnya mereka harus tidur berdesakan.

"Bakugou. Jangan terlalu menjauh," ujar Todoroki sambil menarik tangan si empunya nama agar lebih mendekat kepadanya. "Kau bisa masuk angin kalau tidur di lantai," sambungnya cepat sebelum Bakugou mulai memberontak.

Bakugou mengurungkan niatnya untuk mengoceh. Tumben Bakugou menurut dan bergeser agar tubuhnya lebih masuk kedalam futon, untung saja tadi dia bawa selimut sendiri jadi tidak perlu rebutan.

Ruangan itu ber-AC. Suhunya pas, tidak terlalu dingin ataupun panas. Hangat---mereka berdua berbagi kehangatan. Todoroki dan Bakugou saling bertatapan, masih belum ada diantara mereka yang mengantuk. Canggung adalah kata tepat untuk situasi mereka saat ini. Sekarang kedua remaja tersebut mempunyai status sebagai sepasang kekasih, bukan teman sekelas biasa.

Ingin menyentuh atau ingin di sentuh. Jantung mereka seakan-akan bakal meledak kalau terlalu lama saling menatap dengan intens seperti ini. Sunyi senyap. Mereka sama-sama tidak mengetahui apa yang ada di dalam benak masing-masing.

Sampai pada akhirnya Bakugou menyerah. "Tutup matamu! Jangan melihatku seperti itu terus!" suaranya memecahkan keheningan. Semua lampu sudah dimatikan, ruangan itu remang berkat cahaya bulan yang masuk melalui jendela balkon.

"Hahaha...." Todoroki tertawa pelan. Mengabaikan ucapan kasar kekasihnya, ia malah mengulurkan tangannya dan mengacak puncak kepala pirang kekasihnya tersebut. Di luar dugaan rambut jabrik Bakugou sangatlah lembut dan halus. "Melihatmu di bawah sinar bulan seperti ini.....kau terlihat sangat cantik." Tangannya turun lalu menggosok pipi Bakugou yang seketika itu merona hebat. Terlebih lagi, Todoroki mengatakannya dengan senyuman paling kalem dan tulusnya, membuat kondisi mental Bakugou mulai menggila.

"Be-berisik!! Sudah sana cepat tidur sialaan!!!" Demi menutupi rasa malunya. Bakugou memutar balik arah tidurnya. Punggungnya menghadap Todoroki yang masih tersenyum padanya. Sepasang manik sewarna batu rubi membulat sempurna. Perut Bakugou merasa sedikit tertekan karena ulah Todoroki yang memeluknya dari belakang.

"Kau ingat besok pagi kita masih harus berangkat ke sekolah?" tanya Bakugou.

"Memelukmu seperti ini membuatku merasa lebih nyaman," jawab Todoroki seraya menempelkan dadanya dengan punggung Bakugou. Pelukannya sedikit lebih erat, dagunya ia letakan di atas pundak kekasihnya yang pemalu.

Your Eyes on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang