Aku membuka mata dan mengedipkannya beberapa kali, pandangan yang awalnya buram kini mulai nampak cerah.
Tapi aku sadar ada yang tidak beres dengan apa yang sekarang aku lihat.
Langit-langit ruangan yang menjulang jauh ke atas, dengan dekorasi mewah yang tak sesuai kamarku, bahkan setelah aku mengamati ruangan tempatku membuka mata, nampak jelas jika ini bukan kamarku, rumahku, dan halaman ku.
Aku mencubit lenganku, dan merasa pedih karna ulah sendiri.
Seketika aku sadar, aku tidak bermimpi.
Tapi pemandangan ruangan mewah dan megah ini jelas bukan sesuatu yang aku kenali, jafi aku kembali mencoba menampar diri sendiri untuk membangkitkanku ke alam nyata.
Tapi hanya rasa sakit dan panas yang ku dapatkan, dari itu.
" ugh "
aku menggerang pendek, antara bingung, terkejut, dan setengah sadar.
Tak lama pintu besar dengan ukiran mewah yang cocok dengan desain kamar, terbuka dan seorang lelaki pertengahan baya masuk.
Ia membuka lebar matanya saat mata kami saling bertemu, tapi ia segera menunjukkan senyum lembut khas otang tua yang bijak.
Aku jelas tak mengenal lelaki tua ini, tapi ia tersenyum seperti melihat cucunya yang datang berkunjung.
Lelaki tua itu segera sampai didekat ranjang tempatku duduk dengan linglung, dan ia membungkukkan tubuhnya yang nampak tua ke arahku yang makin bingung.
Lalu sapaan dengan bahasa asing yang baru ku dengar lepas dari bibirnya, seolah itu adalah hal yang wajar.
Tapi aku segera menatap kaku pada kata asing yang anehnya ku mengerti ini.
" yang mulia, apakah tidur anda nyenyak? "
adalah apa yang lelaki tua itu tanyakan.
" umm... Eumm, permisi..? "
tanyaku dan aku sadar jika kata yang keluar dari bibirku bukanlah bahasa tempatku tinggal.
Lelaki tua yang sopan itu menatapku dengan pandangan, seolah berkata 'ada masalah apa?'.
Tapi aku tak bisa secara spontan menanyakan apa yang sedang terjadi pada orang asing yang memanggilku dengan panggilan bangsawan era kolosal.
Jadi aku dengan ragu-ragu kembali bertanya.
" waktu kapan sekarang? "
Lelaki tua yang sopan dan lembut itu nampak bingung sebentar, sebelum membalas apa yang aku tanyakan dengan asal.
" sekarang jam 6 pagi di hari 21 marec tahun 1432 kalender facix, yang mulia. "
Aku berkedip dua kali dengan pikiran kosong.
Apa artinya? Aku bahkan tak mengerti hari apa? Ditanggal berapa? Dan tahun apa? Dari jawaban yang lelaki tua itu sebutkan.
Raut wajah lelaki tua yang sopan itu nampak khawatir saat ia kembali bertanya padaku yang terbengong-bengong.
" apakah anda membutuhkan waktu lebih yang mulia? Jam sarapan masih beberapa jam dari sekarang, jadi anda bisa kembali melanjutkan istirahat "
Aku menatap pada lelaki tua yang menawariku untuk kembali melanjutkan tidur.
Aku jelas tak mengerti bahasa apa yang dia gunakan, pakaian hitam ala butler dalam serial, dan bahkan ruangan mewah yang bersinar karna banyaknya barang berwarna emas dan porselen menghias.
Tapi satu hal yang aku yakini.
Ini bukan lagi kamarku, rumahku, dan bahkan mungkin bukan dunia yang pernah aku tau dan tinggali.
Jadi untuk mulai berjaga-jaga dengan dunia asing yang kini ada didepan mataku, aku harus bertindak senormalnya orang dunia ini.
" eum... Bolehkah aku bertanya sesuatu yang lain..? "
tanyaku dengan canggung.
Lelaki tua itu nampak kembali terkejut, dan membalas dengan tergesa.
" yang mulia anda bisa berbicara santai kepada hamba yang rendahan ini "
Lelaki tua itu menjatuhkan satu lututnya ke lantai, dan menundukkan kepalanya dengan hormat.
Aku menjatuhkan rahang karna terkejut, ini bukanlah reaksi yang ku harapkan akan terjadi. Jadi aku juga membalas dengan segera.
" uhhh... Eumm, dengan apa aku harus memanggilmu?? "
Dengan pertanyaan itu, lelaki tua yang sopan mengangkat kepalanya dan menatap kepadaku.
" dan kamu bisa bangun dari lantai itu, aku tak masalah.. "
lanjutku lagi karna canggung melihat orang yang lebih tua darimu berlutut didepanmu.
" anda bisa memanggil saya kepala pelayan seperti biasa yang mulia "
Balas lelaki tua itu yang kembali menundukkan kepalanya hormat dan segera bangkit dan berdiri dengan sopan.
" tidak.. tidak, aku butuh namamu "
balasku yang membuat lelaki tua yang mengaku kepala pelayan itu menatapku dengan mata kacau.
Aku yang memperhatikan tatapan lelaki tua itu, segera mencari alasan logis agar ia tak mencurigaiku.
" eum.. Eumm, aku... Aku merasa lebih baik jika memanggil seseorang dengan nama mereka. "
Kataku tergagap dan kembali tersenyum canggung serta menghindari tatapannya.
Tak lama pandangan kacau lelaki tua itu kembali normal, dan ia menunjukkan senyum hangat tetapi tetap sopan dan membalas.
" anda bisa memanggilku Antreas yang mulia pangeran Elias de Lionansix "
Aku kembali berkedip dua kali atas jawabannya.
Dari balasan yang barusan ia berikan padaku, jelas jika aku bangun ditubuh yang dipanggil pangeran Elias de Lionansix.
Aku membiarkan Antreas yang seorang kepala pelayan mengurusku untuk bersiap, sedangkan aku harus merenungkan tentang apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our PRINCE hope's
FantasySaat terbangun aku sudah berada didalam tubuh seorang pangeran manja yang menjadi sandra politik. Dan sialnya, ini adalah tubuh salah satu tokoh dalam sebuah novel romansa yang tidak pernahku baca. Dalam kekacauan ini aku akan berusaha hidup sesua...