CHAPTER#OO : AWAL

52 6 0
                                    

Sore hari ditaman kota, terdapat dua anak yang tengah bermain bersama. Senyum dan tawa tak luput dari wajah mungil nan polos mereka. Berharap senyuman itu tak pernah pudar dari wajah.

Langit sore mulai menjingga. Beberapa penyapu jalanan terlihat mulai berkemas untuk kembali pulang ke rumah. Namun tidak dengan dua insan yang tengah berlarian di pinggir jalan.

Tanpa sadar sebuah batu menghalangi jalan mereka dan membuat seorang gadis kecil tersandung dan jatuh di trotoar. Untung saja lututnya tidak terluka dan berdarah.

Boneka panda yang sejak tadi ia genggam terlempar ke tengah jalan, mengganggu beberapa pengendara yang berlalu lalang.

Gadis kecil itu bangkit dan berjalan dengan hati-hati untuk mengambil boneka miliknya tersebut. "Adhara jangan kesana!" Teriak Adewa yang tak jauh berada di trotoar. Dia habis membeli eskrim yang tak jauh darimana. Adhara telah mencapai bonekanya dan segera berjalan ke tempat berdirinya Adewa.

Mata Adewa menangkap sebuah mobil berwarna hitam yang tengah melaju menuju kembarannya. Langkah Adhara yang kecil dan jalanan yang ramai membuatnya kesulitan untuk mencapai trotoar. Adhara tidak boleh sampai terluka. Dia sudah sepenuh hati menjaga kembarannya itu.

Dengan cepat Adewa berlari menuju Adhara dan menolaknya secara kuat agar terhindar dari mobil itu.


BRAKKK !!


Semua mata tertuju pada suara benturan keras berasal dari jalanan tersebut. Tampak Adhara yang tergeletak dan Adewa yang terpelanting beberapa meter dari Adhara.

Adhara merasakan perih di area lututnya dan terdapat goresan kecil disana. Namun darah tak kunjung berhenti merembes keluar. Pandangannya mulai meremang.

Mata Adhara menjelajah mencari saudaranya yang ternyata telah dikerubungi banyak orang. Ia ingin menghampiri Adewa namun kekuatannya serasa dikuras habis. Adhara hanya bisa menatap Adewa yang sekelilingnya digenangi darah.

Orang-orang berhamburan menghampiri keduanya. Mencoba menelpon ambulance.

Langit yang kala itu berwarna jingga mulai terganti dengan awan hitam yang entah kapan datang. Rintik kecil air dari langit mulai membasahi jalanan. Beberapa orang berteduh dan beberapa lagi masih setia menjadi penonton atas insiden kecelakaan tersebut.

" Adewa..." Lirih Adhara saat melihat darah Adewa yang menyatu dengan air hujan. Mencairkan darah kental yang menggenang di sekelilingnya.

Tak tau harus berbuat apa, Adhara sangat tak berdaya. Ia hanya gadis kecil berumur 7 tahun yang lemah.

Tak lama ambulance datang disertai beberapa petugas medis yang mulai mengangkut tubuh Adewa ke dalam ambulance. Adhara turut ikut dibawa ke rumah sakit bersama Adewa.

Petugas medis mencoba melakukan pertolongan pertama pada Adewa namun sepertinya sudah terlambat.

Pendarahan pada kepala Adewa terlalu parah. Nafasnya tak berhembus dan jantungnya sudah tak terasa berdetak lagi.

Sementara Adhara, kesadarannya hilang. Dia pingsan karena mengeluarkan banyak darah. Tak tahu menahu pasal Adewa.

Namun sebangunnya ia dari pingsan, tangisan pilu yang didengarnya. Tangisan karena kehilangan seseorang yang benar-benar berharga. Adewa telah pergi untuk selamanya. Karena menyelamatkan nyawa Adhara, yang nyawanya hampir saja melayang.

. o0o.

Adhara kecil melangkahkan kakinya menuju rumah bertingkat dua namun tampak mewah dan megah. Kaki kecil nya menyusuri taman yang pernah menjadi tempat ia, adewa, beserta sahabatnya bermain bersama. Sedih rasanya saat mengingat mereka tidak bisa bermain bersama Adewa lagi.

Adhara tiba di depan pintu rumah keluarga milik sahabatnya. Ragu rasanya ingin menekan bel, Adhara takut dengan tatapan sahabatnya. Apakah ia akan dibenci karena tanpa sengaja membuat Adewa pergi?

.

Dan dimulailah penderitaan seorang Adhara. Ketidakadilan dan kebencian semesta padanya yang telah membunuh saudaranya sendiri. Kegelapan yang kian datang tanpa hentinya, memadamkan tiap cahaya yang masih menyala pada hati.

. . . Selamat membaca . . .
Jangan lupa like & comment bila suka ^^

[1] ADHARA (ROMBAK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang