Mitologi tentang Sang Dewi

240 45 5
                                    

content warnings : talks a lot about (fictional) history and myths it would be boring
trigger warnings : misgendering and dialogue about crossdressing

⠀⠀⠀⠀Senja itu sang putra mahkota acapkali mengoceh. Permasalahannya masih sama, mengusut mengenai aksi ekstrem menyelinap ke dalam perpustakaan. Selaku seorang putra mahkota, Seonghwa jelas tahu betul mengenai ganjaran yang nantinya akan diberikan apabila seorang rakyat menyusup masuk ke dalam perpustakaan. Apalagi dengan membawa keluar sebuah buku dari sana.

⠀⠀⠀⠀"Bukan aku kok yang benar-benar menyusup ke dalam perpustakaannya."

⠀⠀⠀⠀Tuturan untuk membela diri itu langsung digubris oleh Seonghwa dengan delikan tajam. Alasan, pikirnya.

⠀⠀⠀⠀"Lantas?"

⠀⠀⠀⠀"Kawanku, namanya Kang Yeosang. Dia seorang kutu buku."

⠀⠀⠀⠀Sebelah alis Seonghwa terangkat, ia terlihat menelisik sekaligus menaruh curiga di saat yang bersamaan. Sang putra mahkota merasa heran bukan main.

⠀⠀⠀⠀"Jadi karena dia seorang kutu buku, maka dari itu dia menyusup untuk mengambil buku yang ingin ia baca?"

⠀⠀⠀⠀"Yah, aku yang menyuruh, sih. Habisnya--"

⠀⠀⠀⠀Terlambat. Seonghwa terlanjur mengayunkan buku mitologi bersampul keras itu ke arah Hongjoong. Beruntung sekali anak rakyat itu gesit, ia langsung menengadahkan kedua lengannya untuk melindungi bagian kepala. Putra mahkota itu pasti belum mempelajari cara memegang senjata yang benar, menghajar seseorang dengan buku saja hanya mengandalkan keberuntungan kena sasaran. Entah itu dahi, kepala belakang, wajah, atau mungkin lainnya.

⠀⠀⠀⠀"Hei, dengar dulu!"

⠀⠀⠀⠀"KAU! KALAU MAU CARI MATI, TIDAK USAH BERKOMPLOTAN DENGAN KAWAN KUTU BUKUMU KE DALAM PERPUSTAKAAN SEGALA! KAU TIDAK SADAR TENTANG APA YANG AKAN MEREKA LAKUKAN KALAU KALIAN SAMPAI TERTANGKAP?!"

⠀⠀⠀⠀Kali ini sebelah alis Hongjoong yang terangkat. Atas nama Sang Aurora, apakah kali ini ia diizinkan untuk meninggi dengan berpikir bahwa sang putra mahkota tengah bersikap perhatian atas dirinya?

⠀⠀⠀⠀Memang benar, sih.

⠀⠀⠀⠀"Begitu buku itu sudah selesai dibaca, aku dan dia tetap mengembalikan buku tersebut ke tempat semula, kok."

⠀⠀⠀⠀Sudah mengambil, kemudian dikembalikan seperti semula? Unik sekali penyusup kecil ini.

⠀⠀⠀⠀Seonghwa menyilangkan kedua tangan di hadapan dadanya. Kali ini ia menggesturkan bahwa ia akan menyimak.

⠀⠀⠀⠀"Aku dan Yeosang sangat suka membaca. Sayangnya, di tempat kami tinggal membaca buku itu dilarang. Kau pasti tau itu, Hwa. Bisa menghindari buta huruf dengan adanya surat berita yang diedarkan dari rumah ke rumah saja sudah sangat bersyukur. Setidaknya, kami bisa belajar membaca dari surat kabar itu."

⠀⠀⠀⠀Anak rakyat itu meringis pelan, "dan nyatanya, sebagian besar buku di perpustakaan itu pun hanya dibiarkan berdebu. Ada yang debunya menjadi sangat tebal di permukaan buku, lho! Kau tau, Seonghwa? Mereka yang memiliki hak untuk dapat membaca buku seolah-olah tidak membutuhkannya."

⠀⠀⠀⠀Seonghwa tertegun. Seumur-umur, ia tidak pernah mengetahui secara langsung mengenai seluk beluk masyarakat di negerinya di atas hukum yang berlaku.

⠀⠀⠀⠀Lagi-lagi keduanya hanya terdiam, selayaknya Patung Dewi Pelindung yang berdiri di balik keduanya. Hongjoong menghela napas. Ia memilih untuk menengadah ke arah senja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Déjà Vu [JoongHwa | Fantasy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang