Satu

7 1 0
                                    

Jalanan mulai basah, banyak kendaraan berlalu-lalang melintas, dalam keadaan hujan sekalipun. Aku buru-buru melangkah menuju sebuah bangunan berwarna merah di pinggir sambil membawa beberapa buku di tangan. Langit semakin gelap, namun sepertinya hari ini akan jadi hari yang panjang. Sudah terlambat sepuluh menit untuk menghadiri kelas dalam kursus ini, namun aku yakin masih hanya beberapa orang saja yang ada dikelas. Aku masuk kedalam ruangan customer service, membuka kulkas dan membeli beberapa minuman dingin, haus sekali, tidak peduli bagaimana cuaca saat ini.

"Hari ini akan ada murid baru katanya." 

Alisa menghampiriku, aku hanya ber-oh ria sambil mengangguk. Aku dan Alisa perlahan menaiki anak tangga dan menuju ke lantai dua, ruangan yang biasanya akan dipenuhi dengan ratusan pertanyaan, perdebatan, juga hafalan dalam waktu satu setengah jam.

Masih sepi, hanya ada satu orang temanku didalamnya, Raina.

"Capek, ga disekolah apalagi disini, samaaaa aja!" raina menggerutu, aku tertawa mendengarnya, karena satu kelas berada diposisi yang sama. Cukup unik karena kami berada dalam satu kelas dan angkatan yang sama, karena biasanya dalam satu kelas akan selalu ada murid dari angkatan yang berbeda-beda.

Beberapa menit kemudian guru yang akan mengajar hari ini masuk, Mister Adwan. Beliau sudah mengajar dikelas kami dalam waktu dua tahun ini.

"Hari ini kalian akan dapat teman baru! " Mister adwan terlihat senang sekaligus bertepuk tangan, karena kelas ini yang tadinya hanya berisi tiga orang, akan bertambah menjadi lima orang, menurutku tetap saja akan membosankan dan sepi.

Aku ikut bertepuk tangan sambil tertawa, jujur saja, bertepuk tangan seperti ini membuatku sedikit bahagia, seperti anak lima tahun yang sedang menghadiri pesta ulang tahun temannya. Alisa dan Raina ikut bertepuk tangan, mau tidak mau, meskipun raut wajah mereka sangat sangat lelah dan mengantuk, tapi lucu sekali melihat ekspresinya.

Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu dan membukanya, terlihat dua orang laki-laki. Yang satu berkacamata dan mengenakan jaket hitam, dan yang satunya lagi mengenakan kemeja biru. Mereka sepertinya berada di satu sekolah yang sama. Mister adwan mempersilahkan mereka masuk dan mencari tempat duduk, namun saat itu tempat duduk yang tersedia hanya ada disebelahku satu dan satu lagi di ujung dekat mister adwan. Laki-laki berkacamata itu menghampiriku dan duduk disebelah bangku ku.

Pelajaran berlangsung seperti biasanya, ponselku bergetar, baterainya tinggal sedikit dan aku lupa untuk membawa powerbank. Aneh sekali, padahal biasanya selalu diletakkan di dalam kotak pensil. Aku memanggil alisa pelan, menanyakan apakah dia membawa powerbank hari ini atau tidak, ia menggeleng. Aku melirik anak baru di sampingku, mau tidak mau aku harus meminjam powerbanknya .

"Hai, kamu bawa powerbank ?" dia hanya diam, mungkin tidak terdengar karena fokus mencatat pelajaran didepannya. Aku bertanya sekali lagi,

"Kamu ada bawa powerbank ?" dia masih saja terus mencatat, aku yakin suaraku sudah cukup jelas terdengar, astaga dia membuatku malu setengah mati saat ini.

Aku menghela nafas, menyerah karena tidak tau akan pulang naik apa jika ponselku tidak bisa kugunakan. Beberapa saat kemudian laki-laki itu mulai membuka suara.

"Kamu berbicara padaku ?" aku menutup mataku, tanda kesal sekaligus kagum dengan pertanyaan yang diajukannya.

"Bukan, dengan ponselku!" ia hanya ber-oh ria dan melanjutkan catatannya. Salut sekali dengan laki-laki ini, jika dunia mengadakan lomba untuk mengumpulkan manusia-manusia menyebalkan, dia pasti akan jadi salah satu juaranya.

"Ya jelas denganmu!" aku menoleh kearahnya, ia masih tetap menulis, beberapa menit kemudian ia merogoh sesuatu dari sakunya, benar, sebuah powerbank. Ia memberikannya kepadaku tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, aku langsung mengambilnya dan mengisi baterai ponselku.

Beberapa jam kemudian kelas selesai, tiba-tiba mister adwan berdiri dan melirik kearah laki-laki disampingku.

"Oh iya, kita belum kenalan sama teman baru, ayo perkenalan dulu!" Laki-laki disebelahku mulai berdiri setelah selesai membereskan buku-bukunya diatas meja.

"Angkasa Azafran, panggil aja Asa, kelas dua SMA" ia duduk kembali ke tempat duduknya, aku mengangguk sambil bergumam setelah mengetahui namanya, sekarang giliran temannya untuk memperkenalkan diri.

"Halo, nama aku Vano Radian, panggil aja Vano, aku kelas satu SMA, salam kenal! " temannya memperkenalkan diri dengan ramah, tapi laki-laki ini malah memperkenalkan dirinya dengan sangat dingin, jika bisa dikutuk menjadi sebuah benda, mungkin dia akan menjadi sebuah kulkas nantinya.

***

Saat yang lainnya telah keluar kelas dan menuruni tangga, aku masih berada didalam kelas, menunggu hujan reda, tapi laki-laki kulkas ini masih saja berada disebelahku, dia menungguku? Atau aku berbuat salah padanya? Atau jangan-jangan dia mendengar semua kutukan dariku? seperti telepati? Ah tidak mungkin.

"Kak Asa, ga pulang? kenapa masih disini?" Ia sibuk memainkan ponselnya, memainkan permainan online dan menggerutu berkali-kali karena kalah.

"Menurut kamu kenapa ?" Aku mengernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaannya. Ya mana aku tau kenapa, jawab saja sendiri!

"Karena belum dijemput ya? Atau karena lupa bawa jaket hujan?" Aku menatap kearahnya. Ia mematikan ponselnya dan melihat ke arahku.

"Powerbank nya balikin, aku mau pulang." Astaga, aku baru ingat! ternyata aku meminjam powerbank nya tadi, ternyata dia menunggu powerbanknya, ya ampun malu sekali.

Aku melepas kabel yang masih terpasang di ponselku dan memberikan benda itu padanya.

"Terimakasih" Aku langsung berdiri dan menuju ke luar kelas, saat akan menuruni anak tangga, tiba-tiba ia ikut berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Panggil Asa aja, ga usah pake kak." Ia menatapku dari ujung pintu.

"Oke Asa!" aku menoleh kearahnya lalu tersenyum dan melanjutkan menuruni anak tangga.

***

Ternyata hujannya belum reda, pasti akan memakan waktu yang lama untuk sampai kerumah.

"Kenapa? Nunggu hujannya berhenti?" Laki-laki itu tiba-tiba saja berdiri disampingku, aku terkejut sekaligus heran karena dia mulai berani berbicara duluan denganku.

"Iya, belum pulang juga? Lupa bawa jaket hujan?" Ia mengangguk. Beberapa saat kemudian hening, hanya ada suara hujan dan beberapa kendaraan yang lewat.

"Nama kamu?" Ia mulai membuka pembicaraan.

"Airin Kalila, panggil aja Kala." Aku menoleh kearahnya sembari tersenyum, ia masih tetap menatap fokus kearah depan, padahal didepan hanya ada sebuah bangunan, tidak menarik untuk dipandang.

Ia merogoh sakunya dan memasang earphone di telinganya, namun tiba-tiba saja ia memasangkan satu lagi earphonenya ditelingaku. Aku sedikit terkejut namun tidak menolak setelah mendengar lagu yang baru saja diputarnya.

"Suka Coldplay ?" ia mengangguk.

Hujannya semakin deras dan langitnya semakin menghitam, hanya ada pemandangan bangunan-bangunan tua dihadapanku. Aku masih sibuk mendengarkan lagu-lagu yang diputar dari ponselnya, hampir semuanya lagu dari Band favoritnya.

"Lagu paling favorit di Coldplay apa ?"

Ia berfikir sejenak.

"Yellow" aku mengangguk dan menatap kearahnya.

"kenapa ya judulnya yellow ?" ia tersenyum dan menatap kearahku.

"Karena bright? Terang ?"

aku tertawa, padahal bukan itu maksud dari pertanyaanku.

"Kala, hujannya sudah mau reda" Aku mengangguk.

"Iya, sebentar lagi bisa pulang" Ia menoleh kearahku.

"Mau pulang denganku ?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untuk AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang