Chapter 01

286 23 2
                                    

Di sore hari yang cukup cerah dan indah, Natira Saudza sedang duduk santai di pinggir lapangan berumput yang ada di depan asrama sambil nyemilin biskuit dan teh botol.

Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan beberapa helai rambutnya membuat ia menikmati suasananya. Seharusnya Natira pulang ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri, dikarenakan gadis itu baru saja selesai berolahraga, sehingga keringat pasti menempel di tubuhnya.

Tetapi, Natira belum mau meninggalkan tempatnya yang terasa sangat nyaman. Ia malas untuk beranjak pulang.

Selion High School itu memang ya, cocok banget dijadikan tempat healing. Selama Natira sekolah di sini, dia tidak pernah mengalami yang namanya stress karena ulangan dan sebagainya.

Tempatnya yang menyatu dengan alam, bikin Natira betah sekolah di sini. Letaknya juga jauh dari perkotaan. Natira tidak pernah mendengar suara kendaraan yang berlalu lalang. Paling-paling Natira sering mendengar suara hewan-hewan seperti burung-burung yang beterbangan melintasi sekolahan.

Saking betahnya di sekolah, Natira lebih memilih untuk tinggal di asrama. Padahal rumahnya itu tidak terlalu jauh dari sana. Untung orangtuanya setuju saja selama Natira bisa jaga diri dan bisa menjaga prestasi.

Akhirnya Natira dibiarkan untuk tinggal di asrama Selion High School.

Sumpah! Tinggal di asrama itu enak banget! Pikir Natira.

Memang asramanya tidak sembarangan, asrama di Selion benar-benar berkualitas. Fasilitasnya sangat lengkap, keamanan dan kenyamanannya juga sudah terjamin.

Belum lagi, di Selion itu serba ada.

Kalau Natira kehabisan makanan atau minuman, dia tinggal pergi ke minimarket yang ada di sekolah. Terus kalau Natira pengen nongkrong sama temen-temennya, dia tinggal pergi ke cafe Selion. Belum lagi kalau misalnya Natira gabut, dia bisa mancing di danau atau sungai yang ada di Selion, atau dia bisa main sepeda keliling Selion yang lumayan luas.

Sangat menakjubkan bukan?

Meskipun biaya sekolahnya sangat mahal, Natira tidak masalah. Toh dia anak satu-satunya, belum lagi kedua orangtuanya sama-sama kerja, jadi urusan biaya bukan masalah baginya.

Enak banget hidup gue.

Natira menarik napas tenangnya. Dia belum genap satu tahun tinggal di asrama, tapi ia sudah menemukan kenyamanan dan juga ketenangan di sana, sehingga rasanya Natira tidak mau pergi dari sana.

Kemarin saja saat sekolah di liburkan selama satu minggu, Natira ketar-ketir karena tidak mau pulang ke rumah.

Meskipun akhirnya dia pulang juga karena di jemput. Dan saat waktunya masuk sekolah lagi, Natira senang bukan main, dia langsung beres-beres untuk minggat dari rumah dan tinggal di asramanya kembali.

Bukan apa-apa, tinggal di rumah itu sangat membosankan. Apalagi Natira anak tunggal yang sering di tinggal orangtuanya karena pekerjaan.

Jika tinggal di asrama 'kan, Natira bisa main dan ngobrol dengan teman-teman seperjuangannya.

Seperti sekarang, Natira sedang menonton teman-temannya yang olahraga mandiri di lapangan depannya.

Ada Levin Prakoso yang sedang main panahan, ada Sei Akasha sama Reon Aji yang sedang mainin bola bisbol, dan ada Gista Cindya yang lagi sibuk nonton anime di hapenya, itu cewek wibu lagi duduk santai di bawah pohon mangga sendirian.

Natira memperhatikan Levin yang berdiri hanya dua meter dari tempatnya.

Cowok itu sedang menatap papan target yang berada jauh di depannya dengan serius, mata tajamnya benar-benar memperhatikan satu titik yang berada di tengah papan dengan fokus.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang