Aku dengar orang memanggilnya "-nu", iya sesingkat itu.
Sungguh jarang sekali telingaku ada yang mendengar nama depannya disebut dengan lengkap. Kadang aku merasa panggilan dengan dua huruf itu terdengar terlalu menggemaskan untuknya yang berpostur tinggi menjulang dengan badan yang gagah. Ah... Apa yang sedang aku pikirkan, membayangkannya saja sudut bibirku menyimpulkan sedikit senyuman. Sepertinya aku harus mengontrol diriku sendiri.
Entah sejak kapan perhatianku sering tertuju padanya. Rasa kagumku kadang sering tidak tahu diri, aku terlalu penasaran dengan lelaki yang satu ini.
"permisi-"
"permisiii"
"PERMISI"
AKU TERSENTAK KAGET. BISA-BISANYA SATU RUANGAN MENEGURKU TAPI AKU SAMA SEKALI TIDAK SADAR.
Sesegera mungkin aku menundukkan kepalaku lalu mengangkatnya kembali dengan memasang muka penuh rasa bersalah, "maaf maaf", ujarku.
Seisi ruangan lalu menganggukkan kepalanya menunjukkan pengertiannya terhadap kesalahanku, tapi kemudian salah satu diantara mereka menunjuk sesuatu di belakangku.
Sungguh. Aku tidak tau apa yang mereka ingin sampaikan, aku mengkerutkan dahiku kebingungan.
"mbak, permisi saya boleh lewat?", Kalimat itu terdengar tepat di belakangku dengan tangan dari si sumber suara ini menepuk pundakku pelan.
aku menoleh ke belakang, "Oh, iya gapap-"
"Tch, lo sih bang nuu! Telat mulu. Cepetan gabung dah lama bener", ujar Kak Mirza di sana.
"iya iyaa, sabar", balas lelaki yang dipanggil dengan sebutan 'nu' ini. Aku memajukan kursiku ke depan, memberikannya jalan masuk untuk bergabung dengan bangku pertemuan ini.
Aku membelalakkan mataku dalam muka yang kutangkup dengan tangan sendiri. MALU. INI ORANG PANJANG UMUR BANGET, BARU DIPIKIRIN LANGSUNG MUNCUL GITU AJA.
meet him in person,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.