Pendeta

197 29 4
                                    

Aku Jungkook-bungsu dari tujuh bersaudara. Umurku 12 tahun.

Kakak pertamaku bernama Seokjin, dia adalah seorang jenderal Angkatan Darat yang sedang bertugas di Irak. Kakak keduaku bernama Yoongi, produser musik yang sangat terkenal. Kakak ketigaku adalah Namjoon. Dia ilmuwan yang bekerja untuk NASA. Selanjutnya kakak keempatku bernama Hoseok, seorang model papan atas yang saat ini tinggal di Amerika. Kakak kelimaku namanya Jimin, dia seorang CEO di sebuah perusahaan peninggalan orang tua kami yang telah meninggal sejak tiga tahun yang lalu.

Dan kakak terakhirku bernama Taehyung. Dia tidak bekerja, entah apa alasannya. Dia hanya tinggal di rumah dan mengurus segala kebutuhan rumah juga kebutuhan saudara-saudara kami.

Kak Taehyung baik, meski dia tidak banyak bicara tapi dia selalu mendengarkan keluh kesahku. Sesekali dia juga menanggapi lelucon yang aku lontarkan. Kak Taehyung berbeda dengan kelima kakakku yang lain. Mereka selalu mengabaikanku dan sering marah-marah karena aku kerap membunyikan bel rumah saat sedang bosan.

Padahal aku hanya ingin bermain dengan mereka. Tapi mereka semua tidak peduli padaku kecuali Kak Taehyung.

Aku dan Kak Taehyung sering bermain di gudang belakang, entah bermain rumah-rumahan atau bermain petak umpet. Meski aku telah kehilangan orang tuaku, tapi aku tidak kehilangan kasih sayang kakakku yang satu ini.

Suatu malam, keenam kakakku berkumpul di ruang tengah. Kakak-kakakku yang bertugas di luar negeri pulang tadi sore. Aku senang kami bisa berkumpul di sini. Kami duduk melingkar di atas karpet dan aku duduk di pangkuan Kak Taehyung.

Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi. Kak Jimin yang sejak tadi seperti sedang menunggu seseorang, segera bangkut dan berlari untuk membuka pintu. Aku mendengar Kak Jimin bercakap-cakap dengan seseorang dan mempersilakan orang tersebut masuk dan bergabung bersama kami.

Aku melihat seorang pria yang sepertinya seorang pendeta tersenyum kepada kami lalu beralih menatapku dengan tatapan sulit diartikan.

"PERGI DARI RUMAHKU!"

Aku cukup terkejut saat Kak Taehyung tiba-tiba saja berteriak. Dia terlihat marah dan langsung memelukku erat.

Sementara kakakku yang lain segera menjauh dariku dan Kak Taehyung. Mereka terlihat sangat ketakutan. Ada apa ini?

Pendeta itu tiba-tiba saja membuka buku yang dibawanya. Dia membaca kalimat yang ada di buku itu dan sayangnya aku tidak paham. Hanya saja aku merasa tubuhku semakin lama semakin sakit. Aku memanggil-manggil nama Kak Taehyung namun suaraku tidak bisa keluar sama sekali.

Bahkan sekarang Kak Taehyung tidak bisa melihatku lagi.

***

Malang, 21 Maret 2021.
Rohmatu Milala.

RIDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang