Pita menunggu sang kakak yang tak kunjung pulang. Padahal sudah tengah malam dan kakaknya tak terlihat batang hidungnya. Apa Ayah dan Ibunya tidak khawatir?
Bahkan ia mencoba untuk menelepon Ohm tapi tidak pernah diangkat walaupun aktif.
"Kemana si brengsek itu?!" Makinya. Masa bodo jika ia dijuluki adik durhaka. Memang pada kenyataannya kakaknya itu 'brengsek'.
Terlalu serius mengeluarkan kata makian untuk Ohm, Pita sampai tak menyadari Ibunya -Roxie menghampirinya.
"Pita? Kau sedang apa sayang? Sudah larut malam bukannya tidur justru berada di ruang keluarga sendirian. Menunggu seseorang atau apa?" Tanya Roxie.
"Mommy kenapa mengejutkanku?" Ucap Pita mengelus dadanya pelan.
Roxie terkekeh. "Maaf maaf, Mommy tidak bermaksud sayang. Kamu belum jawab pertanyaan Mommy."
"Sedang menunggu putra kesayangan Mommy," jawab Pita.
"Ada apa dengan kakakmu?"
"Anak kesayangan Mommy itu sudah-" Pita menghentikan ucapannya.
"Sudah...?"
"Sudah larut malam belum pulang juga. Memangnya Mommy dan Daddy tidak khawatir?"
"Tidak. Karena kakakmu sudah dewasa dan sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah kenapa Mommy dan Daddy tidak khawatir. Sudah, lebih baik kamu tidur sekarang. Besok harus sekolah. Mommy juga besok harus ikut Daddy-mu ke Korea."
Setelah mengatakan itu, Roxie kembali ke kamarnya.
"Kalau memang bisa membedakan yang baik dan buruk, kenapa ia menghamili anak orang?!" Gerutu Pita.
* My happiness is you *
Esok paginya, Pita sudah menunggu di ruang makan. Daddy dan Mommy-nya sudah berangkat pagi-pagi sekali dengan pesawat pribadi mereka. Sementara ia masih di meja makan menunggu sang kakak, walaupun ia telah selesai menyantap makanan paginya.
Lama menunggu, padahal sudah waktunya bagi Pita untuk berangkat ke sekolah, Ohm tak kunjung bergabung dengannya di meja makan.
"Bibi Arm," panggil Pita pada salah satu maid yang sudah lama bekerja di keluarga Ritprasert.
"Iya nona muda, bisa saya bantu?" Tanya Bibi Arm.
"Si breng- maksudku Phi Ohm, tidak bibi bangunkan?" Tanya Pita.
"Tuan muda Ohm semalam tidak pulang, nona." Beritahu Bibi Arm.
"Apa? Lalu Mommy dan Daddy tahu?" Tanya Pita dan Bibi Arm mengangguk.
"Dasar orangtua aneh! Anaknya semalaman tidak pulang kenapa mereka diam saja...." Gerutu Pita sembari melangkah keluar menuju mobil Audy-nya yang sudah terparkir di halaman rumah.
Bahkan sampai di kelas pun, Pita masih menggerutu. Membuat teman-temannya menatap heran gadis dengan rambut sebahu itu.
"Kau kenapa Pita?" Tanya Blue yang memiliki nama asli Benyapa Aof.
"Sedang kesal karena seseorang,"
"Siapa? Aku boleh tahu tidak? Pria atau wanita?" Bukan Blue yang bertanya, melainkan Prim. Gadis yang terkenal dengan cat kuku warna warninya.
"Bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang tidak penting."
Pita langsung mengacungkan jari telunjuknya dan membawanya ke depan bibir Prim, saat gadis itu ingin berbicara lagi. "Masih membahasnya, jangan harap kau bisa melihat hasil tugasku!" Ancam Pita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My happiness is you
FanfictionPenyesalan selalu datang terlambat. Dan kini aku menyadari bahwa kebahagiaanku adalah kamu. "Maafkan aku Fluke. Phi berjanji tidak akan menyakitimu lagi." Ohm memegang erat kedua tangan kecil Fluke. Namun pemuda kecil itu justru melepaskan genggaman...