“Aku butuh ruang untuk bercerita, butuh seseorang yang mau membuatku bahagia. Apakah ada yang bersedia?”
—Isabella.
***
“Pada akhirnya Cinderella menikah dengan pangeran...
Senyum seorang gadis bernama Isabella pun mengembang membaca kisah Cinderella. Terkadang ia bertanya, kapan ada seseorang yang menerimanya apa adanya, membuatnya bahagia dan juga mengusap air matanya ketika ia menangis. Tentu, semua gadis pasti mengharapkan itu, termasuk Isabella.
Bella menantikan hal itu. Ia akan bersabar dalam penantian. Gadis berusia 20 tahun itu menatap kakinya, senyumannya kemudian memudar, lalu air matanya keluar secara perlahan.
Setelah kecelakaan 15 tahun lalu, kakinya lumpuh total. Bella tidak bisa lagi berjalan, setiap ke taman ia hanya bisa melihat orang-orang berlarian, sedangkan dirinya hanya dapat melihat dari kejauhan. Tapi setelah luka pasti ada bahagia.
Bella percaya.
“Tapi Bella juga anak kamu. Kamu seharusnya juga memperlakukan dia sama seperti kamu memperlakukan Alesha.”
Suara teriakan marah dari seorang wanita paruh baya membuyarkan lamunan Bella. Ia membuka gorden jendela, melihat kedua orang tuanya yang sedang berhadapan.
Seperti, penderitaan yang Bella rasakan sekarang masih kurang, ia juga harus dihadapkan dengan problem keluarganya yang tidak kunjung usai.
Bella selalu bertanya, bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang utuh? Bagaimana rasanya mendapatkan pelukan dari ayah dan bunda? Bagaimana rasanya selalu melihat mereka bersama?
Pasti bahagia.
Namun, Bella tak pernah merasakannya. Semenjak ayahnya bercerai dengan ibunya, semenjak itu ayahnya sudah jarang mengunjunginya. Ketika datang, ayahnya hanya memberikan ia uang. Tapi yang Bella butuh kan adalah kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang : Antara Kita dan Luka
Fiksi Remaja[Terbit Oleh @/Lpublisher_ tersedia di Shopee] Isabella selalu membutuhkan ruang untuk bercerita, tetapi semua orang seolah-olah menganggap dirinya tidak ada. Kecelakaan yang dialaminya membuat ia dinyatakan lumpuh total, seakan penderitaan itu masi...