[ pro.logue ]

21 2 4
                                    

German , 1997

   suara mesin tik menggema memenuhi ruangan, udara dingin menusuk kulit masih terasa. pria itu mengeratkan mantel, kemudian kembali melanjutkan sebuah cerita yang sedikit lagi selesai.

aroma khas dari kayu yang telah lama, ditambah teh chamomile berpadu menjadi satu. aroma petrichor* menguar, menambah kesan lama.

"kau masih mau menjadi penulis?" ucap pria dihadapannya, yang kini sedang menyesap teh chamomile hangat.

sesaat jari pria itu berhenti menari, menandakan atensi pria itu beralih kepada pria yang masih ada dihadapannya. "bagaimana dengan kau, masihkah menyempurnakan percobaan mu itu?" tanya nya, sedikit menyunggingkan senyum.

pria dihadapannya menaruh secangkir teh, yang tersisa setengah. terdengar suara tuk membuat pria yang sedang menatapnya khawatir, takut takut teh itu berceceran mengenai meja yang baru saja dibersihkan.

hujan masih saja belum berhenti sejak satu jam yang lalu, membuat pria yang ada di hadapannya harus bertahan lebih lama lagi.

"sedikit lagi, aku yakin kali ini aku akan berhasil menyempurnakannya. aku hanya perlu bantuanmu, shelton." ucap pria itu menatap rancu pada pria dihadapannya.

pria yang disebut shelton, menghela nafas. "begitukah caramu meminta bantuan dariku, nicolau?" ucapnya.

pria yang disebut nicolau terkekeh, mengetahui bahwa pria dihadapannya ini membalaskan dendam dengan berbalik kata kata.

"jadi, apa kau akan membantuku hendrik? ayolah, penyempurnaan fisiknya sudah 100% ku jamin. hanya tinggal kau latih, beberapa tahun hingga dewasa nanti."

hendrik kembali menatap mesin tik yang sisi sisinya sudah mulai kecoklatan, menatap cerita yang masih belum menemukan titik akhir. kendati demikian, hendrik mengangguk. menyanggupi titah yang diberikan oleh jasper, pria dihadapannya ini.

"esok akan kubawa ia ketempat ini, dan jangan lupa untuk memperlakukannya selayaknya ia manusia hendrik." ucapan jasper adalah, mutlak.

hendrik justru memikirkan, takut takut percobaan jasper kali ini gagal. ia menghela nafas, menatap jasper dengan sayu.

seolah olah berkata bahwa hendrik pun kini tidak mengetahui apakah ia bisa memberikan jiwa yang seutuhnya atau tidak, jasper sepertinya sudah terlampau percaya pada kemampuannya ini.

  rintik hujan mulai berhenti, jasper merapihkan kemeja yang kusut lalu memakai mantel yang tertanggal pada pundak kursi.

menundukan, tanda penghormatan membuat hendrik terkekeh. jasper masih saja mengikuti kebiasaan yang keluarga nya terapkan.

"baiklah, sepertinya perbincangan ini sudah selesai. aku pamit, dan aku akan datang kesini esok. selamat tinggal, hendrik shelton." ucap jasper, tersenyum. lalu melangkah lenggang kearah pintu kayu.

decitan yang terdengar pelan mengilukan telinga itu berhenti diiringi dengan suara tutupan pintu. menandakan bahwa jasper sudah benar benar pergi dari kediamannya.

sekali lagi, ia menatap mesin tik nya tapi enggan melanjutkan cerita. sebab, hendrik tidak tau akhir yang ia temui akan seperti apa.

(•••)


(•••)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(•••)

(•••)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(•••)

kamusnya WVOS

petrichor : Petrichor adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, petra yang berarti batu, dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa dalam mitologi Yunani. Istilah ini dicetuskan tahun 1964 oleh dua peneliti CSIRO, Isabel Joy Bear dan Roderick G. 

kembali lagi di cerita yang berbeda bersama aku wkwkw, semoga kalian gapernah bosen bosen ya baca cerita dari ku, karena aku gabakal pernah bosen untuk menuliskan imajinasi imajinasi haluku.

dan maka dari itu, aku akan mengajak kalian untuk lebih berhalusinasi lagi agar bersama sama kita halu huhu.

jangan lupa tinggalkan jejak, ya.

love lots,
khailakhai.

WERD VERLIEFD OP STAAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang