TENTANG IK: PART 1.

164 14 10
                                    

Kalau kalian disuruh memilih antara diam atau bersuara. Kalian lebih memilih yang mana? Pasti bersuara kan? Begitupun Nathan, ia lebih memilih untuk diam daripada bersuara. Menurutnya, kenapa harus bersuara kalau suara kita tidak didengarkan?

"Good morning, Nathan...," sapa Areana saat putra bungsunya berjalan ke ruang makan. Wanita itu lantas mencium pipi anak bungsunya. Kemudian berlari ke arah mobil.

Nathan kembali menghela napasnya, daripada bersuara dan bertanya kepada sang Mami. "Kenapa Mami tidak sarapan bersama Dena dan Nathan?" Atau "Papi dan Mami kenapa selalu tidak ada waktu?" Lebih baik dia diam saja. Karena jawabannya tetap sama, yaitu "Maaf sayang, Mami dan Papi harus pergi..." Atau hanya dibalas oleh senyuman dan mereka pergi.

Nathan sudah terbiasa.

Terbiasa ditinggalkan. Dan diabaikan. Jadi, dia memilih diam.

"Than, gua berangkat dulu." Dena langsung berdiri dan mengambil barang-barangnya, sesaat setelah Ik duduk di kursi meja makan.

Lelaki itu hanya mengangguk tanpa suara. Lalu meminum susunya, dan mengoles roti tawarnya dengan isian selai kacang. Kemudian memakannya dengan khidmat. Mengabaikan suara Dena yang mengomeli Supir pribadi gadis itu.

Lelaki itu hanya menghela napas saat notifikasi dari seseorang tergampang pada layar ponselnya.

Cc: Ik, di mana?
Cc: Chaca sama Iyan udah di sekolah. Alma juga
Cc: Cepetan yah, Ik. Luv u muachhhh-,

Ik hanya diam mengabaikan pesan dari Natasha. Kemudian mematikan layar ponselnya. Dan menghabiskan gelas susunya. Lelaki itu beranjak dari sana, tak lupa mengambil tas dan kunci motornya.

.
.
.

Nathan menghela napas saat sampai di depan parkiran SMA BINEKA TUNGGAL IKA karena dua orang remaja yang sudah menantinya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Lelaki itu langsung memundurkan langkahnya, sesaat setelah menyandarkan standar motornya. Tanpa melepaskan helmnya, lelaki itu berusaha menghindar dari pelukan dua anak manusia tersebut. Siapa lagi kalau bukan Natasha dan Bryan?

Lelaki itu langsung melepaskan helmnya dan menatap kedua penganggu tersebut dengan tatapan tajam. Yang membuat keduanya langsung menelan saliva secara bersamaan. Ik hanya berdecak, kemudian berlalu dari sana. Meninggalkan Iyan dan Chaca yang masih diam di tempat mereka.

"Astagah, Yan! Ik nyeremin juga!"

Lelaki yang merasa dirinya tampan itu langsung mengangguk setuju. "Iya, mana tampangnya nyeremin lagi..."

"Padahal Ik cuma natap kita lho. Belom juga bicara," gurutu Chaca sambil duduk di salah satu motor.

"Tapi kalau Ik udah bersuara. Bisa mati kita. Yuk ke kelas!" Iyan langsung menarik Chaca untuk berlari mengejar Ik yang masih berjalan dengan santainya. Seperti tidak mendengarkan suara-suara dari beberapa kelompok siswa-siswi yang bergosip. Lelaki itu hanya diam, berjalan lurus ke depan. Berbeda dengan itu, Chaca dan Iyan langsung berhenti untuk mendengarkan gosipan dari anak kelas XII.

Kurang kerjaan, batin Ik sambil menghentikan langkahnya dan langsung menangkap tubuh mungil dari gadis yang hampir saja terjatuh. Refleks gadis itu langsung memeluk tubuhnya, yang membuat beberapa fokus anak SMA BTI tertuju pada keduanya. Apalagi ini berada di tengah lapangan. Ik hanya diam, kemudian menatap wajah Kakak Kelasnya yang sudah memerah karena menahan malu. Ik langsung melepaskan jaketnya dan memasangkannya pada gadis itu. Dan membawah gadis itu ke dalam UKS. Mengabaikan beberapa tatapan dari siswa-siswi BTI.

Nathan tetap Nathan. Buta dan tuli, kata Salwa. Karena lelaki itu selalu pura-pura tidak melihat dan mendengar.

"Kalau lo masih mikirin kata-kata orang lain, gimana mau jadi diri lo sendiri?"

.
.
.

"Ik?" Salwa yang daritadi menunggu Ik di depan UKS langsung mencegat lelaki itu dan menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan. "Lo gak pa-pa kan?" tanyanya dengan nada khawatir.

Ik hanya menggeleng, lalu berlalu dari sana.

"Ik! Lo dengerin gue kan? Kok lo mau-maunya dipeluk sama cewek yang gak bener kek Kak Yoola!" omel gadis itu, masih mengikuti lelaki yang ada di depannya. Bukan rahasia umum lagi bagi siswa siswi BTI kalau Yoola Aldebaran adalah gadis yang tidak benar. Bahkan ada gosip bahwa gadis itu menjual dirinya pada para Sugar Daddy.

Ik hanya mengangguk-ngangguk, kemudian menggenggam tangan Alma. Dan menariknya ke dalam perpustakan. Lelaki itu menatap sahabatnya dengan tatapan yang sangat lembut. "Ma, lo juga cewek. Dia juga."

Alma langsung menghela napasnya dan bersiap membantah, "Tapi Ik-" Tapi gelengan dari Ik membuat gadis itu mengurungkan niatnya dan menahan emosinya.

Ik hanya tersenyum tipis. "Seburuk apapun cover seseorang. Jangan jadiin itu tolak ukur, Ma. Bisa jadi, yang dikatakan semua orang itu belum tentu kebenaran."

"Ik, tap-"

Sebelum Alma kembali mengeluarkan argumennya, Ik langsung menyelah, "Suara semua orang lebih banyak dari suara Kak Yoola. Ma, bagaimanapun kita menjelaskan diri kita sama orang lain. Gak ada yang bisa paham."

"Dia hanya salah jalan, Ma. Jangan dihakimi, tapi dinasehati."


.
.
.

HAI, SEMUA... INI ANDIS. KITA KETEMU LAGI. SETELAH HAMPIR 2 TAHUN TAMATNYA FML. DAN HAMPIR JUGA SETAHUNAN LEBIH ANDIS HIATUS DARI DUNIA KEPENULISAN. KINI ANDIS KEMBALI MEMBAWAH HAL YANG BARU SETELAH BELAJAR... ANDIS JUGA MERENUNGI KEKUARANGAN-KEKURANGAN ANDIS DALAM MENULIS. TERNYATA CRINGE. I KNOW, KALIAN BIASA AJA. TAPI BAGI AKU. CERITA AKU YANG LAIN ITU CRINGE. AKU MEMANG GAK SEBERBAKAT ITU, AKU JUGA GAK SEMPURNA. TAPI AKU MENCOBA.

MAKASIH SUDAH MENDUKUNG AKU YAH.

AKU SAYANG KALIAN.

THANKS.

FML: TENTANG IKWhere stories live. Discover now