Hange menatap datar sosok pemuda disampingnya. Sudah hampir dua jam sejak kedatangan pemuda itu ke rumahnya, namun Hange masihlah tidak mengerti dengan jalan pikiran sosok tersebut sampai saat ini.
"Ini benar-benar konyol, cebol" sarkasnya, mendengus bosan. "Mau sampai kapan kau menyembunyikan jati dirimu? Kau tidak akan tahu perasaannya seperti apa jika kau hanya mengandalkan via chat tanpa mau menemuinya" Hange menggelengkan kepalanya, dan sedikit memijat pangkal hidungnya.
"Aku hanya malu, Kuso Megane" lirih Rivaille , jari kecilnya sibuk menggambar abstrak pada karpet berbulu yang menjadi alas duduknya. Bibir ranumnya ia gigit kedalam, saat kedua matanya menyorot sendu. "Aku hanya tidak siap akan responnya nanti" sambungnya, disambut helaan nafas lelah sahabatnya.
"Terserah kau saja" dan setelahnya, Hange pun memilih beranjak menuju tempat tidurnya. Merebahkan tubuh letihnya, ia pun memunggungi sosok sahabatnya begitu saja. Rivaille semakin menunduk dalam melihat respon Hange. Dan berpikir memang seharusnya ia tidak menceritakan masalahnya pada sahabat kacamatanya.
Mendesah pelan. Rivaille pun ikut beranjak dari duduknya. Dan dengan bisikkan lirih untuk pamit. Ia pun berlalu keluar kamar sahabatnya. Selepasnya pintu itu tertutup rapat. Hange sedikit melirik kebelakang, dimana untuk terakhir kalinya sahabat pendeknya menghilang. Sorot matanya menyipit tajam, dan dengan sedikit seringaian dibibirnya. Ia pun mulai menutup matanya menuju alam mimpi.
.
.
.
Bel pulang sekolah barulah selesai berbunyi. Sorak sorai kegembiraan para siswa siswi memenuhi tiap sudut sekolah. Dengan berbondong-bondong mereka mulai meninggalkan kelas. Rivaille yang berada diantara para murid Maria Senior High School yang ingin pulang. Nampak seorang gadis kacamata yang berada beberapa meter dibelakangnya tengah mengejar langkah kakinya."Ce~ bol~!" serunya, menepuk pelan bahu sempit sahabatnya. Nafasnya sedikit terengah, "Kau jalan cepat sekali. Apa kau masih marah padaku soal semalam?" tanyanya, sedikit mengernyitkan halisnya.
"Aku tidak! Lagi pula kenapa aku harus marah?" cibirnya, melipat kedua tangannya didepan dada. Ia sedikit memutar bola matanya malas, saat mendapati tatapan curiga dari Hange. "Sudahlah ayo pulang" ajaknya, tidak ingin masalah itu semakin panjang.
Hange hanya mengidikkan bahunya kecil, dan saat kedua matanya melihat sekelebat pemuda jangkung yang berada beberapa meter didepannya. Saat itu juga sebuah seringaian bermain dibibirnya.
"Oi cebol" panggilnya, yang ditanggapi gumaman malas Rivaille. Hange sedikit berdecak kesal akan respon itu, lalu ia pun menunjuk sosok yang sejak tadi sudah berada dalam jangkauan matanya. "Itu Eren-mu, kan?" tanyanya, menujuk sosok tinggi didepan mereka. Rivaille yang semula lemas, mendadak tubuhnya jadi menegang kaku. Dan secara perlahan kedua matanya mengikuti arah tunjukkan jari Hange. Yang langsung membuatnya nyaris memutar badan, namun sayangnya tindakan selanjutnya yang dibuat sahabatnya sukses membuatnya memekik tertahan.
"Sial! Mau apa dia" gumamnya, dengan langkah lebar Rivaille mencoba mengejar Hange. Rivaille cukup bisa membaca situasi apa yang akan dilakukan sahabatnya. Namun, lagi-lagi Rivaille hanya bisa meruntuk dalam hati atas tindakan bodoh sahabatnya yang kini sudah berhasil menyamai langkah kaki panjang pemuda Yeager.
Dengan tetap menjaga jarak dengan dua sosok didepannya, Rivaille pun mendengarkan dengan hati-hati apa yang akan dilakukan sahabatnya.
"Hai, kau Eren kan? Eren Yeager?" mulai Hange, yang sempat memberikan lirikkan jahil padanya yang berada tepat dibelakangnya. Rivaille benar-benar akan memukul kepala berkuncir kudanya jika ia berbuat macam-macam pada Eren-nya. Opsh!
"Ah iya, ada apa ya?" tanya pemuda Yeager sedikit mengerutkan halisnya, merasa asing dengan gadis kacamata disampingnya. Dan ia sedikit melambai pelan pada temannya yang pamit duluan padanya.
"Oh, apa kau mengenal Rivaille? Rivaille Ackerman?" pertanyaan Hange sukses membuat pemuda pendek itu melototkan kedua matanya, terkejut. Sialan! Mau apa sih si kacamata itu! Rivaille benar-benar gemas dan tidak sabar untuk menyeret sahabatnya agar menjauhi Eren. Ia tidak ingin, tepatnya belum siap bertemu dengan pemuda tinggi itu!
"Ah, Rivaille ya? Iya, dia teman chat ku. Memang kenapa?" jawaban lugas Eren, semakin membuat Rivaille nyaris asma dadakan. Ia bersumpah saat ini kedua kakinya terasa sangat lemas, menyadari bahwa Eren tidak melupakan dirinya yang hanya berani muncul pada layar chatting.
"Apa kau sudah bertemu dengannya?" tanya Hange, kembali melirik Rivaille dengan seringaiannya yang semakin melebar. Dan saat mendengar jawaban tidak dari pemuda disampingnya, saat itu juga dengan polosnya Hange menunjuk sahabat pendeknya yang sudah pucat pasi begitu saja. "Oh, kalau begitu kebetulan ia berada tepat dibelakangmu. Dia Rivaille" ujarnya, menyebalkan. Tidak hanya mengejutkan Eren, namun Rivaille pun rasanya ingin tanah pijakannya menelannya saat itu juga. Dan saat Eren membalik badannya dengan tatapan penuh penasaran, saat itu juga Rivaille membalik badannya dan berpura-pura membenarkan tali sepatunya, yang pada kenyataannya tidak ada apa-apa. Hange hanya mendengus bosan, melihat tingkah gugup sahabatnya.
"Oh?" Eren sedikit mengernyit bingung, melihat punggung sempit tersebut. "Kau.. Rivaille?" tanyanya, sedikit menepuk pelan pundak pemuda pendek yang langsung menegang kaku. Hange bersumpah, ia merasa pinggangnya nyaris encok karena terlalu menahan tawanya melihat tingkah konyol sahabatnya. Apalagi ketika dengan bodohnya Rivaille membalik badan seraya tersenyum kaku.
"H-hai" dan Rivaille bersumpah ia akan membunuh si kacamata karena sudah membuatnya berada dalam situasi bodoh dan konyolnya. Kedua matanya mendelik tajam pada Hange yang sedang menahan tawanya. Eren hanya menatapnya kikuk, tidak mengerti dengan tatapan mendelik sosok kecil didepannya pada gadis tomboi yang ia yakini sahabatnya.
"Senang berkenalan denganmu, Rivaille" dan dengan cengiran lebarnya, Eren berharap bisa menghilangkan sikap gugup pemuda mungil dan cantik didepannya. Sudah Eren duga bahwa pria inilah yang bernama Rivaille. Dan Eren senang juga lega saat dugaannya benar. Dan ia rasa ini akan memudahkannya untuk mendapatkan hati pemuda mungil ini.
"Aku senang ternyata kau Rivaille" ucapnya, memberikan senyuman lembutnya. Dan sukses membuat pemuda pendek itu bersemu malu, dan sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak menjerit karena terlalu senangnya dirinya.
.
.
._ EnD _
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Stupid Ver EreRi
FanfictionRivaille tidak mengira akan berkenalan secara resmi dengan pria pujaannya.. Ini semua berkat Hange! Ver EreRi ErenxRivaille , BoysLove