Bagaikan seorang raja, aku dituntut untuk sempurna. Mempelajari dunia politik sejak dini, mempelajari etika agar aku terlihat elegan, mempelajari strategi perang agar aku dapat melindungi kerajaan ini.
Bagaikan sebuah piala, aku harus menjadi yang paling direbutkan. Aku harus berwarna emas dan memiliki tinggi diatas piala lainnya. Menjadi yang selalu disimpan diposisi tengah dan bahkan terkadang dipodium paling tinggi.
Bagaikan sebuah lagu, aku harus masuk kategori terpopuler. Tidak boleh ada lagu yang mengalahkanku dalam kurun waktu 1 bulan. Tidak ada boleh lagu yang lebih populer dibanding diriku.
Bagaikan sebuah film, aku harus menjadi paling nomor 1 di Indonesia bahkan dunia. Disutradai oleh sutradara terkenal, dibintangi pemain film yang sedang naik daun. Mendapatkan penghargaan karena semua usahaku.
Tapi...
Bagaikan seorang raja, apabila aku kalah dalam peperangan aku dianggap sebagai raja yang gagal melindungi rakyatnya.
Bagaikan sebuah piala, apabila ada seseorang yang mendapatkanku, aku hanya disimpan dan dipajang didalam lemari kaca.
Bagaikan sebuah lagu yang populer, aku akan menjadi tidak populer lagi apabila ada lagu baru yang mengalahkan posisiku. Lagu baru yang sangat cocok dengan masa kini, sebuah lagu yang akan selalu ada setiap detik. Menghempaskan posisiku menjadi kategori lagu kenangan.
Bagaikan sebuah film, banyak resiko yang harus aku lakukan. Melindungi pemeran film yang setiap saat dapat tersandung skandal. Ada skandal sedikit, aku akan tenggelam dan tergerus waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renungan Malam
PoetrySedalam samudera, terdapat sebuah kisah yang tak terungkap. Segelap malam, terdapat hati yang tak tersentuh. Semerah darah, terdapat rasa yang tak terbendung. Sederas aliran sungai, terdapat kalimat yang tidak bisa diucapkan.