Prolog.

1.2K 223 67
                                    


☁︎︎ My Name is Not Imam ☁︎︎ ──

"Cepetan, Chandra!" Seruan itu membuat Haechan terperanjat. Kernyitan keluar dari dahinya. Tumben sekali temannya ini bersemangat dan terburu-buru saat akan melaksanakan sholat Ashar.

"Tumben."

Renjun tidak menjawab kebingungan yang Haechan berikan, ia menarik lengan temannya itu dengan cepat. Renjun ingin cepat sampai ke masjid untuk menempati Shaf pertama.

Sesampainya didepan masjid ia lepas sepatu itu dan pergi untuk mengambil wudhu. Ia buka keran didepannya, kemudian membasuh tangan sampai ke kaki.

Setelahnya Renjun masuk kedalam masjid diikuti dengan Haechan disampingnya. Ia mengedarkan netranya mengamati siswa-siswa yang berada didalamnya. Belum banyak siswa yang sampai disana. Renjun menatap kagum lelaki yang duduk bersila dibarisan paling depan, sangat khusuk berdoa.

Haechan ikut menatap pandangan temennya yang tertuju pada Jaemin. "Mundur aja, Ray." Sahut Haechan yang diberi kernyitan bingung dari sang teman. "Jodoh itu cerminan diri, coba lo bercermin." Lanjutnya membuat Renjun kesal.

Renjun tahu ia tidak soleh seperti Jaemin. Tapi, apa salahnya berusaha dahulu. Jodoh tidak ada yang tahu.

Ia meninggalkan Haechan yang masih menertawainya. Masa bodoh, Renjun kesal. Renjun mendudukkan dirinya tepat disebelah Jaemin, berharap Jaemin menoleh padanya barang sedetik pun. Namun harapannya hanya angan, Jaemin masih tetap fokus dengan doa-doanya.

"Harus caper gimana lagi, nih." Gumaman Renjun dalam hati.

Karena semua usaha yang ia lakukan untuk menarik perhatian Jaemin sama sekali tidak berhasil, akhirnya Renjun memilih untuk diam dan tidak bertingkah.

Sholat akan segera dimulai, semua siswa dan siswi berdiri untuk memulai sholat Asharnya.

Jaemin menoleh kearah Renjun disebelahnya. "Shafnya tolong diluruskan." Ujarnya pada Renjun. Yang dititah meluruskan Shaf malah tersenyum cerah.

"Luruskan Shafnya .... meluruskan Shaf adalah bagian dari kesempurnaan sholat." Jelasnya lembut, ia takut menyinggung perasaan orang didepannya.

Renjun yang mendengarnya semakin terpesona. Netranya tidak bisa lepas untuk memandangi indahnya wajah lelaki itu.

Haechan menyenggol lengan Renjun lalu berbisik. "Munduran, bego. Disuruh luruskan Shaf malah senyum-senyum keliatan banget dakjalnya." Bisik Haechan menyadarkan temannya yang sedang dirasuki setan.

"Iya mas. Eh, Naufal." Renjun memundurkan tubuhnya dengan rasa malu lalu ikut meluruskan Shafnya juga tak henti-hentinya merutuki diri dalam hati.





" Renjun memundurkan tubuhnya dengan rasa malu lalu ikut meluruskan Shafnya juga tak henti-hentinya merutuki diri dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan deket-deket, gue masih punya wudhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan deket-deket, gue masih punya wudhu."

"Tapi aku juga cowok, Ray."

"Aduh Na, aku tuh kalo deket-deket kamu berasa bukan muhrim." :(

My name is not imam.
© 2021, prijexx.

Akhirnya setelah sekian banyak pertimbangan, aku publish lagi hehe.




My Name is Not Imam, JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang