00

109 15 5
                                    


 
 

 

    Chirp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
 
Chirp... Chirp...

 
Winwin kecil sedang asyik mengamati dua ekor anak ayam berbulu kuning yang saling  bercengkrama satu sama lain.
 

Jauh di belakangnya terdengar samar sorak sorai bocah pria lainnya yang sedang bermain bola sepak.

 
Winwin menoleh ke belakang sejenak lalu menghela pelan.
 

Terlihat sekali kontras perbedaan antara kelompok anak tadi dengan dirinya yang memang lebih senang menyendiri.

 
Ditatapnya lagi dua anak ayam yang mulai mematuk-matuk tanah.

 
Sudut bibir bocah berusia lima itu sedikit mengerucut sedih. "Kalian lapar ya?"
 

Sayangnya, tidak ada yang bisa ia berikan untuk dikonsumsi si anak ayam. Dan saat Winwin ingin meraba kantongnya, tiba-tiba saja...

 
DUK!
 

"AWW!" Winwin mengaduh ketika kepalanya tertimpa bola.

 
Terdengar derap langkah menghampirinya.

 
"Eh, sori, sori!"

 
Seorang bocah laki-laki berkulit gelap menghampiri Winwin dengan wajah cemas.

 
Bola sepak yang tadi mengenai kepalanya itu sudah memantul kembali dan berguling tak jauh dari kakinya.

 
Bocah berkulit gelap tadi mengambil alih bola tersebut. "Hei, sakit ga?" tanyanya masih dengan wajah cemas.

 
Namun Winwin yang memang pendiam dan terkesan tertutup hanya membisu. Sempat terlihat mengusap-usap kepalanya yang terkena bola tadi sebelum kembali berjongkok dan menggiring dua anak ayam yang mulai berkeliaran mencari makan.

 
Winwin tidak sadar jika pergerakannya diamati oleh sepasang mata yang sedaritadi belum beranjak dari tempatnya.
 

"Kas, lempar sini bolanya!" teriak bocah lain dari kejauhan yang rupanya menunggu operan di bawah teriknya matahari.

 
Bola dilempar dan sorak sorai kembali terdengar.

 
Namun lewat ekor matanya, Winwin mendapati bahwa bocah tadi masih berdiri di sampingnya. Entah menunggu apa.

 
"Ikut main bola yuk?" Bocah yang rupanya mempunyai suara bariton itu pun akhirnya ikut berjongkok dan menawarkan sesuatu yang jelas-jelas akan mendapat penolakan.

 
Winwin menggeleng tak tertarik. Ia lebih tertarik dengan si dua anak ayam.

 
Lalu seolah mengerti, bocah asing tadi berlari. Pergi ke arah lain selain lapangan.

 
Winwin sempat menatap sosok yang semakin menjauh itu dengan sedikit heran. Tapi, ia tidak memiliki intensi untuk memikirkan hal apapun lebih jauh lagi. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara membuat dua anak ayam tadi mendapatkan makanan.

 
Cukup lama Winwin berpikir. Ia sempat ingin membawa pulang anak ayam tersebut, tapi ia butuh wadah untuk menampung keduanya.

 
Tepat di saat itu, bocah berkulit gelap tadi kembali.

 
Dengan napas terengah dan senyum mengembang, ia merobek bungkusan mie instan yang dibelinya di warung terdekat. Mematahkan dan meremukkan mie kering tersebut untuk diberikan kepada dua anak ayam yang segera berjalan menghampirinya.

 
Winwin terhenyak menyaksikan kedua anak ayam itu mematuk-matuk mie instan dengan antusias. Kakinya pun berjalan mendekat dan ikut berjongkok tak jauh dari bocah asing tadi yang kini berpeluh.

 
"Ngapain kamu repot-repot begini?"

 
Bocah yang rupanya mempunyai senyum menawan itu pun mendongak. "Kamu sendiri kenapa ga mau gabung main bola?"

 
Ngeselin, Winwin membatin.

 
Keduanya memilih diam dan enggan menjawab masing-masing pertanyaan.

 
Sampai akhirnya Winwin berhasil membawa pulang dua anak ayam tadi dalam sebuah kardus bekas yang berhasil ditemukan si bocah berkulit gelap itu.

 
Sesampainya di rumah, dua anak ayam tadi berpindah tempat ke kandang ala kadarnya yang dibeli oleh sang Papa.

 
"Udah dikasih nama belum, Win?"

 
"Umm... Yang satu Wingwing..." Telunjuknya mengarah kepada anak ayam yang berukuran lebih kecil. "Satunya lagi Kaskas!"





🐤

 

nb:kebayang pas liat foto ini 🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nb:
kebayang pas liat foto ini 🥺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

komorebi. // LuWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang