Empat anak perempuan berlarian saling mengejar, "Kak Jeong jangan aku dong! Kak Dahyun aja!!!" Suara Puteri Kerajaan Matahari itu melengking saat melihat perempuan yang paling tua di antara mereka mengejarnya.
Namun langkah kaki Jeongyeon bukannya melambat malah semakin cepat, membuat perempuan bertubuh mungil itu berteriak semakin kencang, "AAAAAAAA!" Dahyun dan Momo diam-diam menertawakannya.
Suara teriakan itu bergema di ujung batas wilayah mereka, Chaeyoung yang ketakutan pun tidak melihat ke arah mana ia berlari, "Chaeyoung, stop!" Saking ketakutannya, bukannya berhenti, ia malah terus berlari, "KAK JEONG BERHENTI!" Jeongyeon memperlambat langkahnya, mengulurkan tangan, "Udah-udah mainnya, jangan ke situ!"
Namun Chaeyoung sudah memegang ujung jembatan perbatasan antara Kerajaan Matahari dan Kekaisaran Bulan, "CHAEYOUNG!" Teriakan Jeongyeon membuat Dahyun dan Momo berhenti tertawa, mereka berlari ke arah Puteri satu-satunya, "Chaeng udah, kita ngaku kalah, udah!"
Chaeyoung menatap ketiga teman yang diperintahkan untuk menjaga dan bermain dengannya, "Bener? Kak Jeongyeon stop dulu!!" Chaeyoung, termuda dari mereka berempat tidak percaya saat Jeongyeon berjalan maju, hendak menarik tangannya, ia masih beranggapan mereka bermain.
Posisi Chaeyoung kini hampir mencapai pertengahan jembatan, Momo melirik ke atas, langit sudah mulai redup, senja mulai datang dan sebentar lagi mereka akan kehilangan sinar matahari, "CHAEYOUNG SINI!"
Sambil tertawa, Chaeyoung mengambil langkah mundur, kakinya tepat berada di tengah jembatan, tanpa sadar ia kehilangan keseimbangannya dan jatuh terduduk, kedua tangan dan pantatnya berada di wilayah Kekaisaran Bulan.
Belum sempat ia tersadar akan situasinya, kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat. Desau angin, suara lembut dan langkah kaki.
"Penyusup memasuki wilayah Kekaisaran!" Katana dihunuskan ke arah Chaeyoung yang menganga, "Tahan." Perempuan berkimono memerintah. Jantung Chaeyoung berdegup cepat, antara bilah dan bila saat melihat tatapan datar sang Puteri Berkimono.
--
"Keluar semuanya." Para prajurit, petinggi kerajaan dan kaum intelijen pun keluar, tiga dari mereka menyeret anak-anak mereka yang ditugaskan untuk menjaga Puteri Kerajaan namun malah pulang dengan masalah.
Begitu hanya tinggal Raja, Ratu dan putri sulung mereka, sang Raja mengambil cambuk tipis dan panjang, tanpa kata ia memerintahkan putrinya untuk mengulurkan tangan, "R-Raja..."
Tanpa iba, Raja itu tidak mengindahkan cicit ketakutan anaknya, "Son Chaeyoung, tangan kamu."
Gemetar, kedua tangan diulurkan dan dua sabetan secepat kilat pun dilayangkan, Son Chaeyoung yang kala itu berumur 9 tahun menangis kencang saat kulit tangannya mengelupas dan mulai mengeluarkan darah, "Pertama, kamu adalah Puteri Kerajaan Matahari, tidak seharusnya kamu bermain keluar istana hingga sejauh itu!"
Tali kembali diayun mengenai lengan Chaeyoung, kain hanbok mahalnya robek dan darah segar mengalir dari lengan atasnya, "Kamu tahu kamu berdarah murni Kerajaan Matahari dan kamu tidak seharusnya berada di luar jika matahari hampir tenggelam!! Kamu mau mati tanpa sinar matahari!?" Di balik sikap keras sang Raja, ada kekhawatiran yang mendalam atas sikap teledor putri mahkotanya.
"Sudah, sayang. Chaeyoung sudah memahaminya, dia pasti tidak akan mengulanginya, ya kan, sayang?" Masih menangis keras, Chaeyoung kecil mengangguk sambil berlari ke pelukan Ibundanya, hati sang Ayah akhirnya melunak, "Chaeyoung."
Masih terisak, Chaeyoung menengok ke sang Raja, "Apa yang mereka perbuat padamu? Apa ada hal lain?"
Chaeyoung menggeleng, ia menceritakan kepada Ayah dan Ibunya sambil terisak, "Kakak itu ngehentiin pisau-pisau panjangnya, Ayah..." Sang Ayah menghela napas, ia menatap Chaeyoung dengan tajam, "Selain itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
FantasyKetika Matahari dan Bulan dipisahkan oleh perairan dan satu jembatan. Son Chaeyoung sang Puteri Matahari dan Myoi Mina sang Puteri Bulan. Bahasa baku non kaku. Genre: Fantasy. Setting: Kerajaan. Bagian dari project #MiChaeng32423 Enjoy!