Hidup itu penuh misteri, hidup itu penuh dengan rahasia. Kita tidak tahu kapan napas ini berhenti dan rindu paling berat di dunia adalah rindu kepada seseorang yang telah tiada.
****
Rintik hujan semakin deras. Di bawah pohon rindang, terlihat seorang remaja duduk di sebuah bangku taman sedang melamun. Memikirkan masalah yang sedang menimpanya. Gadis itu adalah Tasya. Dia sedang duduk ditemani temannya yang bernama Tomi.
"Sya, Tasya kamu kok, malah melamun." Tommy pun melambaikan tangannya kepada Tasya.
"Aku tidak berbeda, aku masih Tommy yang dulu ... Oh iya, kamu kenapa?" ucap Tommy
"Aku tidak apa- apa kok, Tom," ucap Tasya
"Serius! Kamu tidak apa-apa, cerita saja sama aku jangan sungkan," ucap Tommy sembari menepuk pundak Tasya.
“Aku baru saja putus dengan pacarku," ucap Tasya.
“Kok, bisa? Kenapa?” ucap Tommy.
“Apa kamu sudah menjelaskan kepada dia, bahwa kamu tidak selingkuh.” ucap Tommy.
“Sudah, kok, Tetapi dia lebih percaya omongan orang lain dari pada percaya kepadaku. Aku bersama dia sudah empat tahun,” ucap Tasya sembari meneteskan air mata.
“Oh, begitu ya,” Tanpa bertanya panjang lebar Tommy langsung memeluk Tasya.
Tiba- tiba ada seorang pemuda yang menghampiri mereka. Dia adalah Toni mantan pacar Tasya.
“Tasya? Oh, ini ya, selingkuhanmu, aku tidak menyangka kamu tega sekali selingkuh dengannya,” ucap pemuda itu penuh dengan amarah. Tommy pun melepaskan pelukannya.
“Tidak Toni, aku tidak selingkuh. Dia adalah sahabat kecil dan kita baru saja bertemu,” ucap Tasya.
“Jangan bohong kamu! Sudah tidak percaya lagi kepadamu,” ucap Toni.
“ Hai! Kamu, kalau berani jangan sama cewek. Jangan bentak-bentak Tasya. Seharusnya kamu lebih percaya sama Tasya dari pada percaya omongan orang lain,” sahut Tommy yang jengkel kepada Toni, kemudian membawa pergi Tasya dari hadapannya. Merasa sudah jauh dari Toni, Tomo berkata,
“Sya nanti malam kamu ada acara tidak?” ucap Tommy.
“Tidak ada kok, memangnya kenapa?” ucap Tasya
“Nanti malam kita jalan. Ada sesuatu yang aku ingin katakan kepadamu,” ucap Tommy pada Tasya yang dibalas anggukan kepala.
Malam pun tiba, Tommy menjemput Tasya. Mereka pergi ke sebuah Cafe Coffee, dekat dengan sekolah mereka. Mereka duduk di bangku Nomor 99, tak lama kemudian ada seorang pelayan menghampiri mereka,
“Malam, Kak, mau pesan apa?” ucap pelayan itu.
“Coffe mik milk 2 Kak,” ucap Tommy.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang. Tanpa mereka sadari, Toni mantan pacar Tasya ada di belakang bangku mereka. Tiba- tiba Tommy memengang tangan Tasya sembari berkata,
“Sya, maukah kamu jadi pacarku?” ucap . Tasya kaget dan terdiam. Dia bingung harus menolak atau menerima Tommy, sedangkan dia masih mencintai Toni.
“Sya, kok, malah diam saja,” ucap Tommy.
“Hm ... maaf Tom, aku tidak bisa menerima kamu jadi pacarku. Kamu tahu sendirikan, kalau aku baru saja putus dengan Toni dan aku masih mencintainya,” ucap Tasya dengan lembut sembari, menggenggam erat tangan Tommy.
“Iya, aku mengerti kok, Sya. Seandainya kamu tahu? aku menyukaimu sejak kita kecil Sya. Aku kesini itu demi kamu, aku selama ini mencari tahu keberadaanmu Sya dan tanpa di sengaja kita ketemu di taman,” ucap Tommy.
“Maaf ya, Tom, aku tidak bisa menjadi pacar kamu,” ucap Tasya sembari, meneteskan air mata. Tommy hanya terdiam dan dia mengerti apa yang dirasakan oleh Tasya. Karena Tommy selalu mengerti dan memahami Tasya sedari dulu. Sedangkan Toni kaget mendengar ucapan Tasya, dan dia merasa bersalah karena dia pada waktu itu tidak percaya dengan Tasya.
Akhirnya mereka pulang dan Toni mengikuti mereka. Setelah Tommy mengantarkan Tasya pulang, Toni pun menghampiri Tasya,
“Sya, aku ingin bicara sama kamu,” ucap Tommy
“Iya, kamu mau bicara apa kepadaku?” ucap Tasya, penuh rasa heran.
“Maaf, Sya, aku sudah membuat kamu sedih dan terluka karena aku mengira kamu selingkuh dengan Tommy, padahal kamu masih sangat mencintaiku,” ucap Toni dengan lembut.
“Tidak apa- apa kok, Ton. Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu minta maaf kepadaku,” ucap Tasya. Sebelum Toni selesai bicara, tiba-tiba Hp Tasya berbunyi, tertera panggilan nomor asing. Ternyata ada seorang pemuda yang menghubungi dia. Bahwa Tommy kecelakaan dan Tommy sudah ada di Rumah Sakit. Tasya panik dan dia bergegas menuju Rumah Sakit bersama Toni. Setiba di sana Tasya menanggis histeris karena Tommy sudah meninggal. Toni pun memeluk erat Tasya dan Toni berkata di dalam hati, Tommy kenapa kamu pergi secepat ini, aku belum sempat meminta maaf kepadamu, karena waktu itu aku kira kamu selingkuh dengan Tasya.
Beberapa bulan kemudian Toni mengajak bertemu Tasya dan Toni berkata,
“Sya, kamu baik-baik saja kan?” tanya Toni. Tasya hanya terdiam dan dia bersandar di pundak Toni. Setelah itu Tasya berkata,
“Aku merindukan Tommy, Ton. Aku sangat kehilangan dia karena Tommy adalah sahabatku yang paling setia. Aku bahkan belum sempat membuat dia bahagia, Ton,” ucap Tasya sembari meneteskan air mata.
“Iya aku tahu Sya, Ikhlaskan Tommy. Tommy sudah tenang di sana dan ini jalan terbaik untuk kamu dengan Tommy,” ucap Tommy, sembari memeluk erat Tasya
“Tidak semudah itu Ton kemarin waktu di Cafe Tommy mengatakan bahwa dia suka sama aku dan aku menolak dia” ucap p Tasya.
“Iya, aku tahu, waktu itu aku ada di belakang bangku kamu dan Tommy. Makanya aku waktu itu langsung ke rumah kamu untuk minta maaf kepadamu. Aku ingin kembali bersamamu waktu itu, tetapi sebelum aku mengatakan itu semua, kita mendapat kabar bahwa Tommy kecelakaan. Akhirnya aku tidak jadi berkata begitu Sya,” ucap Toni
“Oh ... begitu ya, Ton. Aku juga masih mencintaimu, Ton dan aku baru menyadari bahwa aku sangat sayang kepada Tommy, meski sebatas sahabat dan aku belum sempat mengatakan itu kepada Tommy,” ucap Tasya. Toni hanya terdiam.
“Seandainya kamu tahu Ton, rindu yang paling berat adalah rindu kepada seseorang yang telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya,” ucap Tasya.
“Iya Tasya, aku tahu,” ucap Toni sembari menggandeng tangan Tasya dan dia mengajak Tasya ke suatu tempat. Ternyata tempat itu adalah tempat di mana Tommy di makamkan. Setelah itu Toni berkata,
“Jika kamu rindu kepada Tommy, kita bisa datang ke sini, Sya Kapan pun yang kamu mau,” ucap Ton.
“Terima kasih Ton,” ucap Tasya.
Akhirnya mereka pulang dan lima tahun kemudian mereka menikah meski usia mereka masih muda dan suatu hari Tasya merindukan Tommy. Akhirnya Tasya dan Toni mengunjungi makam Tommy dan Tasya berkata di dalam hati
“Tom, aku sangat merindukanmu. Aku hanya bisa mendoakan kamu dan aku belum sempat membuat kamu bahagia Tom. Maafkan aku Tom dan sekarang aku sudah bahagia bersama Toni.”