Pertemuan yang Aron rencanakan sudah tiba. Aron bahkan sengaja membelikan baju untuk Arel.
Atasan dengan belahan dada berbentuk V yang memperlihatkan tulang bahu Arel yang begitu menggoda, jangan lupakan leher jenjangnya yang dihiasi choker hitam.
"Aron, kakak tidak percaya ini, kau bahkan membelikan baju untuk kakak? Kakak semakin yakin, kau akan menemui kekasihmu. Bahkan kau membawaku ke tempat yang bagus."
Arel memandangi sebuah restoran yang segaja Aron pesan private roomnya.
"Ya, tapi ini bukan kekasihku. Dan, bisakah kau tidak norak?" Aron memandang kesal Arel yang bertingkah laku seolah baru pertama kali ke restoran mewah.
"Ah, maaf Aron. Kakak sudah lama sekali tidak ke restoran mewah. Kau tahu kan, semenjak kepergian orang tua kita, kakak harus pintar-pintar menghemat keuangan. Apalagi kau dan aku masih berkulliah. Maaf, kalau selama ini perlakuan kakak membuatmu risih. Kakak hanya ingin menjadi orang yang dapat kau andalkan. Sudah lama sekali kita tidak bisa berbicara seperti ini, rasanya ini seperti sebuah hadiah bagiku."
Arel mengenggam tangan Aron dan menatapnya dengan penuh kasih.
Plak!
Aron menepis tangan Arel
"Arel, aku penasaran, sebenarnya kau ini laki-laki atau bukan sih? Sedari dulu kau selalu feminim dan memperlakukanku seperti seorang gadis. Itu menjijikkan."
Arel merasa sakit mendengar perkataan adiknya tersebut.
Tak lama kemudian seorang lelaki yang dipandu oleh pelayang datang memasuki bilik meja makan yang Aron pesan.
"Yo, Aron!"
lelaki dengan usia tak jauh beda dari Aron itu, menjabat tangan Aron sambil melirik sesaat ke arah Arel.
"Akhirnya kau datang juga, lama aku menunggumu." Seolah menghilangkan keberadaan Arel, mereka berbicara berduaan.
"Maaf bro, hei apakah ini barang yang kau ceritakan? Jangan bilang dia saudaramu. Bro, aku tak mau ambil resiko kalau itu orang terdekatmu." Bisik pria itu sambil memandangi Arel yang keheranan.
"Ah, maaf aku belum memperkenalkan diri. Perkenalkan aku Gion temannya Aron. Kami satu kampus." Gion menjabat tangan arel yang lembut lalu duduk di samping aron.
"Iya, aku Arel, kakak kembarnya." Arel tersenyum manis, hal itu membuat Gion sempat terpanah.
"Ekhem! Arel, dia adalah orang yang kuceritakan. Karena makanannya sudah datang, kau bisa berbincang dengannya dulu aku ingin ke toilet sebentar."
Aron berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan kakaknya.
Sebenarnya apa sih alasannya mengajakku kemari?
-Arel
"Tak kusangka kalian benar-benar mirip. Kalau tidak jeli orang tidak akan bisa membedakan kalian." Ucap Gion sambil memandangi wajah Arel.
"Ah, rupanya rambut dan mata kalian sedikit berbeda ya, aku baru sadar." Gion memandangi arel dengan teliti, jujur saja Arel sedikit risih.
"Iya, mataku lebih kecoklatan sedangkan Aron lebih ke biru. Rambutnya lebih ke platinum. Aron juga jauh lebih tinggi." Jelas Arel lalu memakan makanan yang disajikan di meja.
"Aku heran, mengapa malah kau yang Aron perkenalkan." Cicit Gion.
"Maaf, kau bicara apa tadi?" Arel yang merasa diajak bicara memperhatikan Gion yang masih belum menyentuh makanannya.
"Ah tidak, silahkan makan." Gion memulai makannya sambil sesekali menatap Arel.
"Arel, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Arel yang sibuk makan menatap Gion.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Gigolo So Cute
Roman d'amourArel, lelaki berumur 20 tahun yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Membuat setiap perempuan iri ketika melihatnya. Para lelaki pun bisa terpesona dan lupa akan orientasinya. Namun, di suatu malam. Saudara kembarnya Aron. Menjualnya pada kena...