Apa kabarmu nona?
Kuharap kau tak terkejut dengan datangnya catatan ini. Aku akhirnya memutuskan untuk menulis catatan ini untukmu. Entahlah, aku selalu merasa kau pasti bisa membaca catatanku, meskipun aku tak begitu yakin apakah ada internet di surga. Tapi bukankah surga adalah tempat dimana semua keinginan bisa terwujud? Ah, sudahlah.. Rasanya penyediaan akses internet bukanlah perkara besar untuk Tuhan kan?
Nona,
Saat aku menulis catatan ini, aku baru saja menyelesaikan mengarsir wajahmu di atas kanvas. Hmm.. tubuhku terasa letih dan semacam mau rontok, tapi ini tak menyurutkan niatku untuk menulis selembar catatan cinta untukmu, perempuanku. Oh ya, Nona.. kamu tak perlu khawatir, karena sebelum menulis surat ini, aku sudah makan malam, jadi kau tak perlu pasang muka cemberut, sambil tiba-tiba marah-marah, dan memaksaku untuk makan, seperti yang sering kau lakukan dulu..
Nona...
Semalam, tanpa sengaja aku menemukan rekaman video ponselmu. Aku ingat, waktu itu kita sedang bercanda di dalam kedai kopi. Aku baru sadar, kalau ternyata saat itu kau merekamnya, seolah-olah saat itu kau sudah tahu, bahwa kita tak lagi punya banyak waktu. Aku terus mengulang-ulang, bagian ketika aku bernyanyi keras dengan suaraku yang tak ramah lingkungan dan mirip kaleng rombeng, namun semua kekonyolanku itu, cukup untuk membuatmu tertawa terpingkal-pingkal sepanjang kita duduk dan menikmati sisa kopi yang mendingin. Aku terus dengarkan dengan seksama rekaman itu, bagaimana lekuk tawamu mengalun, semacam harmoni yang memberikan energi, semua itu sekejap saja membuatku tertegun tanpa sepatah kata, dan tak berapa lama, kusadari mataku sudah berkabut. Aku sungguh merindukanmu..
Entah mengapa aku selalu berdebar setiap melihat kiasan namamu dicatatan ini. Belum lagi arsir wajahmu, yang seakan sudah membatu di kepalaku. Terkadang aku benci akan pagi, yang selalu memaksaku untuk menyaksikanmu yang tak ada. Sejujurnya, aku lebih suka malam, saat aku bisa sejenak terpejam, dan kembali menemukanmu disana. Kau muncul seperti jantung cahaya, yang berkilauan di atas samudera tenang tanpa gelombang. Ah, sebenarnya aku tak yakin dimana aku sedang hidup saat ini, yang aku tahu, saat ini aku sedang berada pada satu titik, dimana semua terlihat samar-samar, dan satu-satunya yang terlihat jelas adalah kau..
Nona..
Aku masih terus mengunjungi makam dan rumahmu di sana, setiap akhir pekan. Syukurlah, Ayah dan Ibumu sehat-sehat selalu, meskipun rambutnya semakin terlihat memutih. Kami sering menghabiskan waktu berdua, sekedar menonton pertandingan sepak bola, ditemani sepiring kacang goreng buatannya.. Oh ya Nona, setiap aku bermalam di rumahmu, aku suka memandangi kamarmu, yang di sudutnya terdapat setumpuk kado ulang tahunmu yang belum sempat kamu buka satu-persatu. setiap melihat itu, aku hanya mengucap dalam hati ;
" betapa Tuhan selalu menang.."
Nona..
Sebelum tidur, aku ingin mengecup keningmu lewat catatan ini. Ayo, sekarang pejamkan matamu sebentar saja, karena aku akan tiba disana memelukmu erat. Selamat malam nona, selamat tidur perempuanku, aku akan terus menghitung setiap detik yang berkurang, sampai kita dipertemukan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR NONA...
Short StorySebelum tidur, aku ingin mengecup keningmu lewat catatan ini. Ayo, sekarang pejamkan matamu sebentar saja, karena aku akan tiba disana memelukmu erat. Selamat malam nona, selamat tidur perempuanku, aku akan terus menghitung setiap detik yang berkura...