Documentary 4 (Terbiasa)

26 4 1
                                    

21:47 PM

"James, boleh aku nanya sesuatu?" Kata Ayana.

"Boleh dong. Kamu mau nanya apa?" Jawabku.

"Kenapa kamu minta id-Lineku?" Tanyanya.

**


"Gapapa, aku cuma mau kenal kamu." 

"You look different from the others." Lanjutku

"Apanya emang yang beda?" Ayana terus bertanya.

"Dari cara kamu ngelakuin sesuatu, cara kamu bersikap, sampe cara kamu ngomong, banyak deh pokoknya. Aku ngerasanya beda aja." Jawabku sedikit kikuk.

"Kamu lucu juga ya kalau jawabnya serius kayak gitu, hahaha."

"Giliran jawab serius malah di ledekin ya, makasih loh." 

"Hahaha iyaa maaf, jangan ngambek gitu dongg :)"

***


"Steff, lo liat Ayana gak?" Tanyaku

"Ayana? Di ruang seni sih tadi kak." Ujar Steffani, Teman sekelasku yang juga satu ekstrakulikuler dengan Ayana.

"Oke-oke!"

Aku bergegas ke ruang seni meninggalkan Steffany dengan tatapan bingungnya.

"haduh James-James, masih aja susah bilang makasih." Gumam Steffany.

**

Langkahku terhenti di depan ruang seni memandangi sepatu-sepatu yang berserakan.

"Lah, kok rame?"

Aku mencoba untuk tidak menghiraukan sepatu-sepatu yang berserakan itu. Dengan santainya kakiku melangkah masuk ke dalam ruang seni.

"Nah ini dia penyanyi andalan kita."

"LAH IYA RAME BANGET!?!" Dahiku mengernyit seketika.

Semua mata tertuju ke arahku, dan yang hanya aku bisa pastikan bahwa aku satu-satunya murid laki-laki yang berada disana. Benar, hanya murid-murid perempuan yang kebanyakan adik kelasku karena wajah mereka yang begitu asing untukku.

"Waduh kirain sepi, hehehe. Kok rame banget pak, lagi ada apa nih?" Tanyaku kikuk.

"Ini lagi audisi buat lomba music festival nanti, nah bapak lagi nyari murid-murid baru biar nanti ada yang bisa nerusin prestasinya setelah angkatan kamu." Ujar Pak Danis menjelaskan dengan serius.

"Kamu duduk dulu aja, kita tetep jadi latihan hari ini." Tambahnya.

"Hah? Latihan?? Duh perasaan gue kesini cuma mau nyari Ayana deh, bukannya mau latihan. Sial, kena jebakan gue."

Aku berjalan menuju sudut ruangan. Aku menunduk lesu dan mengabaikan ramainya siswi-siswi di kanan kiriku.

"Mau ngapel malah latihan, Ayana juga ternyata gak ada disini pula."

"Bener-bener deh tuh steffani isengnya gak liat waktu." Aku terus meracau dalam hati.

Mataku menulusuri setiap wajah yang rata-rata tidak ku kenal, sampai ketika......

"Loh? Kamu ngapain disini?" Ucapku berbisik dari jauh.

"Hehehe, aku nemenin dia." Ayana menunjuk perempuan disampingnya.

Sungguh, aku malah salah fokus dengan senyum manis yang kembali merekah itu.

"Terus ikut audisi juga dong?"

"Humm maybe." Ia mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.

Aku terkekeh melihat ulahnya yang ikut menyelinap ke ruang seni tanpa tau tujuan dari ini semua. Mataku yang terkunci pada Ayana, melihat bagaimana ia tersenyum, tertawa dengan temannya yang tanpa aku sadari, bibirku juga ikut merekah perlahan karenanya. Tentu saja aku salah tingkah bahkan salah fokus. Perempuan itu yang terus menghantui pikiranku seminggu terakhir ini dan senyum itu, merupakan senyuman terindah yang sebelumnya belum pernah aku lihat selama 16 tahun hidup.

"Oke, selanjutnya Nazeefa Sophia Ramadhini, ada?" Suara pak Danis memenuhi seluruh ruangan.

Aku yang sedari tadi terus menerus menguncin pandangan pada Ayana sampai tidak menyadari bahwa ternyata hanya tinggal aku, Sophie, dan Ayana, murid yang berada di dalam ruang seni.

"Goodluck!! Yeaayy." Terlihat jelas Ayana sangat mensupport temannya untuk audisi festival musik ini.

Sophie berdiri dan berjalan menghampiri Pak Danis. 

***

Line call & messenger

"Iya ya, tapi aku salut loh, kamu bisa support banget gitu yaa sama Sophie."

"Kan memang harus saling support, bener gak? :D "

"Hehehe iya deh bener..."

"Eh iya, persiapan kamu gimana? 2 hari lagi kan lombanya?"

"Belum yakin banget sih..."

"Kenapa gak yakin gitu? Suara kamu bagus loh, temen-temenku aja banyak yang ngakuin, yaa walaupun terkadang aku jadi di ledekin terus sih kalau topiknya udah ngebawa-bawa nama kamu, hahaha.."

"Ummm gak tau aku juga, kamu dateng gak nanti? Kan temen kamu lomba tuh."

"Yah kalo weekend gini sih biasanya aku suka diajak pergi sama Mama, kemungkinan sih engga."

"Ohhh gitu, padahal sayang banget ya kapan lagi gitu kan bisa nontonin sophie lomba."

"Cie berharap aku dateng nihh? Hahaha."

"Dih pede bangeett!! Hahaha..."

"Jadi kalau aku gak dateng gapapa??"


****

TO BE CONTINUE

DILARANG KERAS UNTUK MENJIPLAK CERITA INI!

HAI READERS! Jadi segini dulu ya documentary 4 alias chapter 4nya. Terlalu sedikit ya? Nanti author kasih yang agak panjang di documentary 5 deh. Author minta maaf banget nihh kalo upnya agak kelamaan, semoga minggu depan udah mulai normal yaaa..!! Jangan lupa untuk di vote, di share dan save ke library kalian biar gak kelewatan untuk update selanjutnya! See you in documentary 5

Dengan ucapan terima kasih sebanyak banyaknya


Author

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M STILL HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang